6. Inconveniences

66 5 4
                                    

Saat aku sedang berjalan menuju depan komplek, ada reza yang sedang berjalan dengan memakai sweter berwana abu abu sambil menggedong tasnya di bahu sebelahnya dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. Aku tetap berjalan di belakangnya, sesampai di depan komplek aku bertemu dengan reza yang mungkin sedang menunggu angkot untuk pergi ke sekolah sama sepertiku. Ketika reza mengetahui bahwa di situ ada aku, dia mengeluarkan handphone-nya dan langsung memakai earphone ke telingannya. Mungkin dia sedang mendengarkan musik atau kemungkinan dia takut aku menyapanya. Tapi siapa juga yang mau nyapanya.
             Sewaktu angkot tiba aku langsung masuk ke dalam angkot, tapi aku merasa ga nyaman karena reza duduk di sebelahku. Aku dan reza terasa seperti orang asing, padahal aku satu sekolah bahkan sekarang aku satu rumah dengannya.

Ahhh ntahhlahhh... aku malas memikirkan tentang reza.

~~~~~

              Di sekolah aku seperti orang yang dikucilkan meskipun tidak ada yang pernah mengucilkan aku, aku merasa kayak gitu karena aku bener bener engga pandai bergaul. Aku bener bener kangen sama gea, aku pengen seperti dulu lagi.
          Saat aku masuk kelas, kebetulan banget gea lagi duduk sendiri, aku berpikir ini kesempatan aku untuk memperbaiki hubungan aku dengan gea.

"Geaa,, kamu udah mengerjakan pr belum? Aku lupa kemarin engga ngerjain" tanyaku yang sambil menghampiri gea dan duduk di sebelah bangkunya.

"Huh? " jawabnya bingung dan kaget. "Ngapain kamu di sini?"

"aku cuman nanya, kamu udah ngerjain pr atau belum?"

"Udah deh mending pergi ajahh, sanaa!" Gea yang mencoba mengusirku.

"Kenapa aku harus pergi? Emang aku engga boleh nanya pr ke kamu? Biasanyakan aku suka nanya pr ke kamu?" Jawabku yang agak kesal ke gea karena mencoba mengusirku.

"Iyahh,, tapii ntar ujung ujungnya kamu bakal nanya tetang hubungan aku dengan alvin" jawab gea sinis. "Ahhh.. aku udah tau kebiasaan kamuu minn.."

"Keeee...naapaaa? Eee...mmaangg. aku salah nanya kayak gitu ke sahabat aku sendiri?" Jawabku yang kaget mendengar ucapan gea kepadaku.

"Apa kamu bilang sahabat ?" Ucap gea dengan rasa yang tidak percaya. "Sahabat apaan??? Seharusnya sahabat itu saling mendukung bukannya ngelarang laranggg" jawab gea yang membuat hatiku terluka.

"Huhhh??" Aku sangat kaget gea berbicara seperti itu dan rasanya aku ingin menjatuhkan air mata, tapi aku harus mencoba untuk menahannya. "Aku bukan mauu ngelarang kamuu gea,, tapi aku cumannn..." lanjutku yang pembicaraanku di potong oleh gea.

"Cumann apahhh??? Udahlahhhh,, capekk akuu!!! Mending kamu yang pergi atau aku yang pergi."

"Geaaaa" jawabku ingin menyakin gea sambil menahan air mataku.

"Ohh.. aku belum pergi??? Yaudah biar aku yang pergiii!!" Jawab gea yang langsung berdiri dan pergi meninggalkan aku.

"Geaaaa!!!" Teriakku sambil mengeluarkan karna sudah tidak kuat menahan air mata.

            Teman teman satu kelas langsung melihat ke arahku, dan membicaraku. Jadi aku langsung lari ke luar kelas untuk pergi ke kamar mandi. Saat aku lari di koridor sekolah sambil menutup wajahku dengan tangan karena malu wajahku penuh dengan air mata, aku tidak sengaja menabrak leon yang sedang memegang air minum. Karena aku tidak sengaja menabraknya, baju leon menjadi basah karna ketumpahan minumannya.

"Huhhh??" Aku mengelap air mataku yang berada di wajahku, Ketika aku melihat ke arah orang yang aku tabrak, dia sedang memengang gelas kosong di tangan kanannya dengan kepalanya yang melihat ke arah bajunya basah aku langsung panik karena ini semua salah aku. "Uhhh... baju kamu basahh,, ahh...maaf... maaf... maaf... aku engga sengaja"  jawabku panik dan aku bingung apa yang harus aku lakuin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang