Chapter 1

3.7K 18 5
                                    

Namanya Nur…… nama yang cukup pasaran di Indonesia. Nama yang diambil dari Bahasa Arab yang artinya cahaya. Hampir seluruh orang Indonesia tau arti nama itu. Terkadang, hal itu malah membuat nama itu jadi tak berarti. Kurang greget dan terkesan biasa-biasa saja.

Seorang istri yang juga ibu dari ke-empat orang anak. Diusianya yang belum lagi menginjak angka 30, Ia sudah memiliki cukup banyak anak. Sedikit repot, disela-sela kesibukannya yang juga seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan konstruksi.

Setiap hari, rutinitasnya ya cuma itu-itu saja. Pergi kerja pagi hari, pulang sore hari. Ngurus suami, anak, pekerjaan rumah yang bisa dikerjakan di hari Sabtu dan Minggu, ketika kantornya libur. Semuanya terasa monoton.

Tapi ada satu hal yang tak seorang pun tau tentang Nur. Ia adalah seorang “Pemimpi” atau “Pengkhayal” sejati. Kisah hidupnya dari kecil, menurutnya bukanlah kisah yang indah. Meski tak sampai harus digarap versi sinetron. Karena itulah, Ia punya satu sisi kehidupan lain yang hanya Ia saja yang tau. Sisi dimana Ia selalu mengkhayalkan tentang banyak hal. Kebanyakan isi dari kehidupan khayalannya itu berkisar tentang seorang pria yang dianggapnya sebagai kakak. Sebagai anak tertua dan wanita satu-satunya dari dua bersaudara. Ia sangat merindukan sosok seorang kakak laki-laki yang bisa melindunginya. Dan karena masa kecilnya jauh dari orang tua, karena Ia tinggal dengan nenek kakeknya, Ia besar tanpa merasakan kasih sayang. Dari situlah hidup khayalannya semakin berkembang. Meski seiring tahun berjalah. Khayalan itu selalu berubah-ubah dan berganti-ganti. Menjadi “intermezzo” tersendiri dalam hidup Nur.

Hingga suatu hari, sepulang kerja.

Angin tampak membelai lembut rambut Nur yang memang sudah acak-acakan. Dimatanya terlihat rasa jenuh. Disandarkan kepalanya di punggung sang suami yang asyik mengamati nyala lampu lalu lintas yang masih berwarna merah. Seperti kebiasannya setiap kali motor yang ditumpanginya terhenti di lampu merah. Ia selalu mengedarkan pandangan ke kanan dan kiri jalan. Melihat pengemudi-pengemudi motor lain yang juga gemas menunggu lampu berubah menjadi hijau. Malah seringkali ada pengemudi yang menerobos karena tak sabar. Baginya hal itu menyenangkan. Mengamati orang-orang yang juga sama sepertinya, pulang dari kantor. Ada yang membawa barang di jok belakang, ada yang membawa penumpang yang kebanyakan istri atau pasangannya. Dan yang sering membuatnya tersenyum, kadang si istri/pasangan pengemudi-pengemudi motor itu terlihat asyik merangkul si pengemudi. Bermanja-manja dan hal-hal lain yang tak luput dari pengamatannya.

Saat asyik berkelana, matanya menangkap sosok pengemudi motor yang dibelakangnya duduk seorang wanita sangat cantik dengan celana super ketat dan t-shirt ketat tanpa lengan yang membungkus kulit mulusnya. Si wanita asyik merangkul manja. Yang membuat Nur tertarik, sepertinya si pengemudi motor itu risih diperlakukan seperti itu. Semakin diamati…. Postur si pria yang tinggi, tegap dan gagah dengan kulit putih terang yang terlihat dari telapak tangannya yang memegang stang motor… mirip dengan…….

Ia semakin mengamati sosok itu sambil menahan napas. Pandangannya membentur wajah si pria yang tertutup helm. Hingga Ia terkesiap saat matanya bertemu mata dengan pria itu yang sekarang juga sedang memandangnya. Beradu mata. Sedetik….dua detik… Dadanya berdebar aneh… manik mata si pria seakan menembus hatinya. Kenapa pria itu menatap lekat padanya. Bola mata itu semakin jelas terlihat. Hitam namun terbias warna biru pucat yang berpendar cemerlang…….. “Reza…..” Tanpa sadar nama itu terucap lirih dari bibirnya.

Ia tersadar saat motor yang ditumpanginya mulai melaju. Hhh…. Sudah hijau rupanya. Sedikit ragu diliriknya si pria tadi. Ternyata pria itu masih memandangnya. Menatapnya lebih dalam, membuat degup jantungnya makin tak menentu. Hingga pandangannya terhalang laju motor-motor lain yang saling bersisipan.

Dilingkarkannya tangannya di pinggang sang suami. Dibenamkannya wajahnya di punggung suaminya sambil bergumam dalam hatinya. “ Hhh… badai itu telah pergi…. Tapi  kenapa orang itu mirip sekali dengan Reza……… Reza……. Ooh..God… dan kenapa Ia memandangku seperti itu…… betulkan dia Reza…? Oh No.. That’s imposible…. Reza is a FAKE…. And there’s nothing you can do Nur…. Just wake up. This is your live. Your REAL live…”

Malaikat dari MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang