Kenangan Indah

690 7 0
                                    

----------------○○○○○○-----------------

Semalaman Nur tidak bisa tidur. Ranjangnya yang malam ini sepi semakin membuatnya terjaga. Masih lekat terbayang dibenaknya sosok Reza. Pangerannya yang benar-benar menjadikannya bak putri Cinderlela sepanjang hari ini meski tanpa sepatu kaca.

Tak pernah terbayang benar-benar dalam hati dan pikirannya bahwa si pemilik raga paling sempurna yang pernah dilihatnya itu akan menjelma nyata dalam kehidupannya. Ditambah dengan semua sikap lebaynya yang hampir membuatnya putus asa. Tapi, entah kenapa Ia menyukainya.

Tak dipungkiri, ternyata menyenangkan saat kita dipuja oleh seorang pria. Terlebih lagi pria ini adalah sosok yang pastinya dipuja oleh begitu banyak wanita. Ya, hari ini, Reza memperlakukannya terlalu istimewa. Berlebihan mungkin. Ia memperlakukan Nur layaknya wanita yang begitu dipujanya setengah mati. Begitu jelas terlihat kalau Reza sangat mencintai Nur, seperti pernyataan blak-blakan yang diutarakannya tanpa ragu hari ini.

“ Oh, well, I don’t know what to say…?” Jawab Nur saat Reza mengutarakan isi hatinya tiba-tiba.

“ Ok, anggaplah kau memang mengenalku seperti yang kau bilang tadi. Yeah tapi itu bukan berarti aku setuju begitu saja kau memata-mataiku. Tapi…apa tidak terlalu buru-buru kalau kau bilang ..yaah, kalau kau mencintaiku..?” lanjut Nur dengan wajah malu. Oooh Ia rasa wajahnya sudah seperti tomat sekarang.

Masih menggenggam tangan Nur, Reza lagi-lagi tersenyum yang mampu membuat intro di dada Nur semakin berirama. “ Sayaaang.. Aku tidak memata-mataimu. Dan aku sama sekali tidak terburu-buru. Ah, seandainya kau tau.. cukup lama bagiku menyimpan cinta ini hingga akhirnya hari ini aku bisa melihat wajahmu senyata ini. Merasakan dirimu begitu dekatnya denganku. Menggenggam tanganmu seperti ini, aah..betapa lamanya aku menantikan saat-saat seperti ini”, tutur Reza membuat kerut di kening Nur semakin nyata terlihat.

Detik berikutnya kerut di keningnya memudar seiring rasa jengahnya saat Ia mendapati sang pangeran tampan itu sedang asyik memandangnya. Memasung tatapannya. Mematrinya dalam pendar biru safir itu hingga seakan-akan menjelajah sampai ke dasar hatinya. Memberikan sejuta rasa yang saling tumpang tindih di hatinya. Bingung, aneh, sekaligus hangat dan damai. Tapi ada satu rasa mengusiknya. Ada sedikit rasa janggal saat sekelebat tajam pandangan mata biru safir itu seakan ingin membuka paksa pintu hatinya. Membuat buyar kenyamanan yang sejenak menghanyutkannya.

“ Jangan memandangku seperti itu..” seru Nur seraya membuang pandangannya ke arah laut.

Reza mendesah berat. Sejak tadi, baru kali ini Nur mendengarnya begitu. Dialihkannya kembali pandangannya ke arah Reza. Wajah putus asa sekilas tertangkap matanya dan dengan cepat berganti senyum mautnya lagi.

“Kenapa…?”, kini Nur yang balik menatapnya. Memuaskan diri memandang senyumnya. Mencari-cari kemana perginya ekspresi putus asa tadi. Dan sangat penasaran akan alasannya.

“ Tidak “, jawabnya lalu terdiam. Hening. Hanya saling memandang satu sama lain.

“ Hhh…. Ternyata benar tidak bisa… “. Ah, itu dia!.. ekspresi itu terlihat jelas. “Nah…kenapa ? kau tak lagi bisa mengelak. Kenapa, ada yang salah?. Apa aku sudah menyinggungmu..?” Nur semakin penasaran.

Malaikat dari MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang