Happy reading guys
________________________________________________
BRAAK!!
PRANG!!
Seketika Rara terlonjak kaget mendengar suara nyaring yang berasal dari bawah, lebih tepatnya ruang tengah.
Raka dan Rara saling adu pandang. Rara langsung menggenggam erat lengan Raka.
"Suara apaan tuh Ka? Jangan-jangan maling lagi? Mampus! Rumah gue kebobol! Lo gak konci pintu ya?"
"Prasaan udah aku kunci kok." Pikir Raka.
"Cek gih Ka. Takutnya maling."
"Nanti kalau aku dipukul gimana? Bukannya ngelindungin kamu aku yang babak belur nih."
"Gak gentle banget sih lo."
"Hehe. Iya. Aku becanda kok. Apa sih yang nggak buat kamu." Ucap Raka sambil mencolek dagu Rara yang membuat siempunya mendengus kesal.
"Ish cepetan sana. Keburu hilang isi rumah gue. Palingan bentar lagi nyawa juga bakalan hilang kalau lo lambat." Rara sambil mendorong bahu Raka.
"Iya sayang sabar."
"Ish jijiq." Jawab Rara menggidikan bahunya.
"Jangan jijiq jijiq ah, ntar sayang." Raka mengerlingkan sebelah matanya.
"Iihh cepetan sana!" Rara mendorong tubuh Raka agar cepat keluar.
Raka keluar dari kamar Rara untuk mengecek keadaan diluar. Saat ia menuruni tangga betapa kagetnya ia menemukan Reza yang tergeletak dilantai dengan vas bunga yang sudah pecah disampingnya. Kemungkinan tersenggol olehnya.
Raka berjalan cepat menghampiri Reza yang masih setengah sadar. Saat ia dekat dengan Reza ia mencium bau alkohol yang begitu tajam. Sudah dipastikan pasti Reza berada di club semalam.
Raka mencoba mengangkat tubuh Reza namun Reza menepis kasar tangannya.
"Lo udah ngambil kebahagiaan gue. Lo udah rebut orang yang gue sayang. Gara-gara lo dia pergi ninggalin gue."
"Bukan gue za. Semua itu salah paham." Raka mencoba menyentuh Reza namun kembali ditepis olehnya.
"Halah bullshit lo. Kalau lo nyakitin adek gue kayak lo nyakitin dia, habis lo sama gue. Gak akan gue biarin lo deketin adek gue lagi. Minggir!!" Reza mencoba bangkit lalu berjalan menuju ke kamarnya dengan terhuyung-huyung.
Raka menghela napas panjangnya. Ia sudah mencoba meyakinkan Reza tentang kejadian dulu namun Reza tak pernah mempercayai perkataannya.
Raka berjalan ke arah kamar Rara. Dilihatnya Rara yang bersender dikepala ranjang menatap khawatir Raka.
"Ada apa dibawah Ka?"
"Itu Reza baru pulang." Raka menjawab tanpa melirik kearah Rara.
"Beneran." Raka mengangguk sebagai jawabannya.
Rara beranjak dari kasur ingin menemui Abangnya. Namun pergerakannya terhenti oleh sebuah tangan kekar yang melingkar dipergelangan tangannya.
"Mau kemana?"
"Mau liat Abang gue lah. Mau introgasi dia kenapa gak pulang semaleman." Rara melepas tangan Raka dari tangannya lalu beranjak keluar.
"Tapi kamu kan masih sakit kakinya."
"Gak kok ini udah enakan." Rara mencoba berjalan santai. Ia berjalan membelakang dengan menghadap ke Raka untuk meyakinkan kalau ia bisa.
"Iya, tapi--"
KAMU SEDANG MEMBACA
RARAKA
Teen FictionRaka. Seorang badboy sekaligus most wanted. Wajah nya yang tampan mampu membuat para gadis terpukau. Walau dengan tampang badboy dan berandal, ia adalah seoang lelaki pejuang. Ia tak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya. Sikap...