04.

6 0 0
                                    

Malam ini hujan mengguyur kota Jakarta, menghasilkan bau tanah yang begitu nikmat.

Elxie yang sedang mendesain rancangan baju untuk projek baru dikantornya itu dikagetkan dengan suara petir yang terasa begitu dekat.

"AYAH!" Elxie berlari memasuki kamarnya dan meninggalkan laptop dan semua pekerjaannya diluar.

Bahkan sebagian kertas ada yang berterbangan keluar dan jatuh kebawah dan terkena air hujan.

"Kamu kenapa?" Andryan masuk kedalam kamar Elxie dengan muka paniknya— atau lebih tepatnya kaget.

Semenjak kejadian beberapa— kurang lebih 3 minggu yang lalu, Elxie mulai terbiasa dengan kehadiran Andryan.

"A-aku cu-cuman kaget sama suara petir aja, udah kamu keluar sana!" Kata Elxie sembari menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut.

"Gak. Aku bakal nemenin kamu disini, pasti sebentar lagi hujan makin lebat, dan petir mulai bersaut-sautan. Kamu pasti teriak lagi." Bukannya pergi Andryan malah masuk dan duduk dipinggir ranjang Elxie.

"Gak usah! Balik lagi kekamar kamu sana!"

Ctaar!!

Suara petir itu bagai suara orang yang sedang memainkan pecut. Mengerikan sekali.

Elxie semakin memasukan semua tubuhnya kedalam selimut.

"Kamu gak usah takut, ada aku, aku bakal jagain kamu tenang aja."

~°~°~°~°

"ELXIEE~~" seorang gadis dengan rambut yang diikat asal itu berlari kearah Elxie.

"KAMU TAU GAK AKU KANGEN BANGET!"

"AMIRA AKU JUGA KANGEN BANGET!"

Sekarang Elxie sedang berada di Bandara Seokarno Hatta. Menjemput Amira yang baru saja pulang dari Kanada untuk melanjutkan S2 nya disana.

"Kamu apa kabar? Maaf aku gak kirim pesan belakangan ini," ucap Amira dengan nada lesunya.

"Gapapa kali, aku juga tau kamu sibuk, kabarku baik, kamu gimana? Dan mana pacar kamu?"

"Oh mark? Dia....ah! Itu dia!" Amira menunjuk seorang lelaki tidak begitu tinggi, namun memiliki kulit yang putih sedang kesusahan menarik 2 koper.

"Tunggu, mark lee? He's your boyfriend? really?"

"Iya, emang kenapa?" Tanya Amira

"DIA ADIK SEPUPUKU! MARK!" teriak Elxie membuat pria yang merasa terpanggil itu menengok dan tersenyum lebar.

Mark mempercepat langkahnya walaupun sedikit kesulitan.

"Andryan, tolong bantu mark bawa kopernya." Bisik Elxie pada Andryan yang sejak tadi hanya diam menyimak percakapan Elxie dan Amira.

Andryan berjalan— sedikit berlari menuju kearah Mark.

"Itu pacar kamu? Sejak kapan?" Bisik Amira pada Elxie.

"Bukan! Dia bukan pacar aku! Yakali,"

"Yakali? Emangnya dia kenapa? Bukannya dia udah masuk tipe ideal kamu? Postur tubuhnya tinggi, punya senyum yang manis, dan tampan?"

"Dia beda Amira!"

"Beda gimana? Jelas-jelas udah masuk tipe ideal kamu kan?"

"Dia bilang dia dikirim Tuhan untuk jagain aku."

"H-HAH?!"

Angel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang