malemnya

840 63 8
                                    

Eca pov

Malemnya gue ngikut upacara api unggun dengan khusyuk.
Semua pada baris tertib, ya walaupun ada si yang rame sendiri yang berdiri paling pojok. Pas api belumnyala semua lampu di matiin, sinyain cahaya obor yang lagi di pegang para kakak-kakak DA yang ganteng and cantik.

Gue baris paling belakang, bukan gue yang mau baris di belakang, ini semua gara-gara ketos sialan aka baejin. Dia nyuruh gue baris di belakamg sambil bilang gini,

"Ca baris belakang sana cepetan!" Perintah baejin

"Ogah, nggak kelihatan gue entar" elak eca

"Udah gih sana, badan jauh dari bumi aja belagu baris di depan." aca hanya mendengus kesal, lelah tau nggak ngomong sama baejin, udah kayak ngomong sama sapi aja.

Eca pov end

Aut pov

Baejin ketawa bangga, rencanya bikin eca manyun lima senti berhasil. Nggak nyangka guyonannya bisa bikin eca gampang banget marah. Lucu. Menurut baejin tuh kalau eca lagi marah.

"Apa lo lihat lihat!?" Dengus eca kesal, rasanya ingin sekali ia menonjok pipi kinclong baejin. Tapi sayang, baejin terlalu tampan hanya untuk ia gores dengan jari bantetnya.

Baejin menyeringgai, lalu pergi tanpa berniat membalas eca. Jujur sekarang hati baejin berdetak sangat kencang. Jika eca dapat mendengarnya, mungkin eca akan merasakan hal yang sama. Namu eca tetaplah eca yang tidak peka.

Lima menit lagi upacara api unggun akan dimulai,suasana mistis dan aura-aura negatif mulai terpancar di lapangan di tengah pepohonan pinus. Iya, sekolah mengadakan kemah di hutan pinus belakang sekolah dan juga melaksanakan penyalaan api unggun di sana sekaligus jurit malam. Bayangkan betapa horornya suasana malam itu, terlebih lagi baru saja terguyur oleh air hujan.

Suasana hening menyelimuti di detik pertama menuju lampu-lampu yang di matikan secara serempah. Seperti gelap gulita, hanya ada sedikit cahaya dari bulan dan itupun  tertutup oleh awan mendung. Tibalah saat sedetik kemudian suara dari ujung terdengar, melalui mic yang sedari tadi di anggurkan.

"Baik anak-anak, mari kita mulai penyalaan api unggun"

Suasana hening semakin menyerbak, di susun oleh suara langkah kaki para pembawa obor. Sebelum obor di sentukan dengan kain berlumur minyak, mereka satu persatu melafalkan dasadarma. Hingga dasa darma ke sepuluh baru sepuluh api yang menyala sebelum api utama di nyalakan. Di ujung tumpukan kayu sudah berdiri kokoh satu tiang dengan kain berlumur minyak tanah. Sedetik kemudian api itu pun menyala berkat kain berlumur minyak yang menjalar keatas menuju tali yang terikat ke atas. Tali yang membawa api itu bertemu ujung panah yang siap mendarat ke tumpukan kayu. Kayu itupun sukses menyala dan semua bersorak senang.

Di sisi belakang barisan kelas eca, nampak seorang gadis yang mulutnya ternganga kagum dengan apa yang barusan ia lihat. Sungguh-sungguh menajubkan. Batinnya. Ia pun memperhatikan tumpukkan kayu yang mulai terbakar  dengan ganasnya, seketika tubuh mungilnya berdelik tak kuat menahan panasnya api jika ia tak sengaja tersandung kedalam api besar itu. Matanya menerawang, memfokuskan dirinya kedepan, tanpa sadar barisan mulai bubar membubarkan diri. Sekarang ia berdiri sendiri, lebih tepatnya melamun sendirim sampai-sampai seseorang mengahampirinya.

"Oi dek, sendiri ae" eca tetap diam, seolah ia tuli. 

"Dek lo nggak budek atau kerasukan setan pinus kan?" Sedetik kemudian pun eca tersadar. Begitu kagetnya eca, ia melihat sesosok yang iya tau sudah membuat hatinya panas dingin karna perlakuannya tadi sore. Seketika ia ingin  flasback, memutar memorinya dengan kejadian tadi sore.

Tadi sore...

"Kambing lo ecaaaaa" diana malah kabur dan di susul kak woojin yang lari ke toilet cowok sambil teriak

"Gue bilangin ke kak mark lo ca lagi deket sama baejin"

Gue malah ngakak di bawah pohon jambu sambil megangin perut.

"Seneng banget yang habis ngerjain orang" gue kaget dan langsung noleh kesumber suara.

"Eh kak guanlin" sapa gue gugup, sumpah gue malu banget. Udah tiga kali gue ketemu dia dengan kesan yang buruk, dari yang gue nggak sengaja ngelihatin dia, dia yang nggak sengaja ngelempar bola ke arah gue samapi dia yang nyamperin gue di pinggir lapangan dengan nggakak yang berkomuk:))

"Suka banget ya ca gangguin orang?" Kak guanlin mempercelas pertanyaan nya tadi.

"Eng lucu aja kak lihat pipi mereka merah, hehehe" dan sedetik kemudian, gue pengen pingsan aja. Gimana nggak pingsan kalau lo di giniin,

Kak Guanlin tiba-tiba ngelus kepala gue sambil senyum manis banget dan bilang "kamu juga nggak kalah lucu, aku sukak" 

Blang~

Suara pikiran gue yang terpecah.

"Ca? Lo nggak papakan?" Tanya sesosok laki-laki tinggi yang berdiri di depan eca dengan senyum yang terulas dari bibir tebalnya.

Seketika eca tersadar dari lamunannya yang mengingatkan memori tadi sore. Malu, iya eca malu dengan dirinya sekarang yang malah ketawa kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatak.

"Hem nggak papa kok kak, hehehehe" sesok itu memanjukan tubunya sedikit mendekat kearah eca, eca yang mengetahui pergerakan kakak kelasnya itu reflek mundur dan sedetik kemudian.

"Aaa" cicit eca pelan, karena hampir saja eca jatuh tersndung, jika guanlin tidak segera mendekap tubuh mungil eca. Iya, tidak tanggung-tanggung guanlin menangkap tubuh mingil eca yang sebenarnya dapat ia gapai dengan tangan panjangnya. Entah guanlin hanya ingin mendekap tubuh mungil eca.

"Jangan jauh, hati beku gue udah cair karna lo" sedetik kemudian  jantung eca menegang, pipinya memerah dan sekujur tubuhnya lemas. Hampir, hampir saja eca ke habisan nafas kalau guanlin tidak melepaskan dekapannya. Eca menghirup udara dengan tergesa-gesa jantungnya masih belum normal, tapi oknum yang melakukan itu tertawa dan mengelus puncak surai eca.

"Cepet sana sholat terus makan, tidur yang cepet entar malem ada jurit malam. Gue duluan, good night" tak lupa dengan senyum termanisnya lelaki itupun pergi dengan menyisakan ecadan jantungnya yang tidak bisa berhenti untuk berdetak.

Namun, disisi lain ada seorang yang menatap tak suka dengam lelaki tinggi yang baru saja mendekap tubuh mungil eca. Matanya memerah dan tangannya terkepal. Sedetik kemudian ia menghampiri sosok laki-laki itu dan menghantamnya dengan pukulan yang di hasilkan oleh tangan nya.

Bukkk

Lelaki itu tersungkur ketanah, berdiri berusaha menyeka darah di ujung bibirnya dan beralih menatap sosok laki-laki di depannya yang baru saja memukul wajah tampannya.

Dan pelakunya adalah sorang Bae Jinyoung, entah apa yang sedang ia fikirkan sekarang. Ia sangat marah sekali sekarang terutama kepada sosok di depannya yaitu Lai Guanlin. Mereka saling menatap tajam satu sama lain, dengan baejin yang masih ter-engah-engah dan guanlin yang mengepalkan tangannya tak terima.

"Lo lagi? Cih" decih baejin singkat dan langsung meninggalkan guanlin yang tengah menatapnya bingung, dan mengalihkan tangannya yang sedari terkepal untuk mengusap wajahnya.














Tbc
Gaje parah:))

MUSUH[BAEJINYOUNG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang