part 4

3 0 0
                                    

Di sebuah hutan gelap, angin berhembus secara tidak normal.

*Bang

Terdengar sesuatu yang besar jatuh ke tanah, menyebabkan burung beterbangan karna terkejut.

Debu beterbangan dan siluet seorang pria tinggi pun terlihat.

"Ayah..!" suara teriakan anak muda pun terdengar di bagian luar hutan, dan seorang pemuda pun terlihat menghampiri siluet itu.

"ada apa dio ?" balas siluet itu.
"Ayah, apa kita masih memerlukan lebih bnyak kayu ? Ini sudah pohon ke 10." tanya pemuda bernama dio sambil melihat sekelilingnya, banyak pohon setinggi 10m yang tumbang.

"Hmm,, sepertinya sudah cukup, sekarang kau lanjutkan tebang dahan-dahannya dan kumpulkan menjadi satu dengan batang yang lain, aku akn mengawasi sekeliling." perintah pria tinggi itu menunjuk tumpukan batang kayu yng dahannya sudah di bersihkan bertumpuk disebuah gerobak sambil melempar sebuah kampak kehadapan dio.

"Tapi, ayah akan lebih cepat jika kita mengerjakannya bersama iya kan ?"

"Dio, apa kau tau apa itu ?" suara pria itu sangat serius.

"Hmm ya, itu the great wall of cloud kan ? Terus apa hubungannya ayah ?"
"Dan apa kau sudah dengar cerita tentang hutan Cloud ?"
Dio hanya mengangguk
"Bagus, apa kau tau, jika penghuni hutan Cloud ingin keluar dari hutan maka tak ada yg bisa menghalangi mereka?"
Ucap pria itu dengan nada suram.

"Hiiiikk!! T,ta,tapi bukanka.."
"Kau masih anak-anak, nanti seiring berjalannya waktu kau akan tahu semua kebenarannya anakku. Sekarang cepat bersihkan dahannya dan kumpulkan jadi satu, hari sudah hampir malam."
"S,s,siap ayah."
_______________________

*Hooooaaaammm*

"Terus bagaimana? Apa yg harus kulakukan?" gumam seorang pemuda dengan wajah yg mengantuk.

*Bang

{Hmmm apa itu,, apakah ada pertempuran atau semacamnya di hutan ini,, hmm ya sudahlah,, kan tidk ada salahnya kalau hanya melihat.} pikir pemuda yg kini sudh agak tidak mengantuk itu.

*Bang
*Bang
*Bang

Dengan langkah yg tidk terlalu lambat atau terlalu cepat pemuda yg sudah agak tidk mengantuk itu pun sampai di tempat tujuan, tapi setelah melihat apa yang ada di depannya wajah pemuda itupun berubah jadi aneh.

50 meter di hadapan nya terlihat anak muda dan pria sedang menarik sebuah kereta berisikan tumpukan batang kayu yang lumayan bnyak.

Yah secara harfiah memang bukan mereka yg menariknya tapi seekor kuda tua yang kondisinya cukup mengenaskan.

{Hmm...  Apa aku harus mengikuti mereka,? siapa tahu aku bisa dapat makanan. Hehehe} pikir pemuda itu.

"Hmm?" di saat pikiran licik pemuda itu masih berjalan, tiba-tiba pemuda itu menghilang tanpa meninggalkan bayangan sekalipun.

Di tempat lain.

"Oh tidak..." ucap seseorang dan berusaha langsung menghilang.

Tapi, sial baginya sosok pemuda itu sudah di belakangnya saat iya membalikkan kepala, mata biru yang dingin bagaikan es, ditambah wajah tampan yg tanpa ekspresi itu membuatnya bergidik ngeri.

"Apa yang kau lakukan di sini rain,?" ucap pemuda itu datar.
"Aha,,ha,,ha,, arza kau makin hari terlihat makin tinggi saja ya,, ha ha ha" balas sosok kepada arza.
"Hentikan omong kosong ini, kau belum menjawab pertanyaan ku..?"
"Haaaa aku di suruh khan untuk mengawasimu supaya tidak mengacau.." atmosfir sekitar menjadi semakin dingin, tenang sebelum gunung meletus.
"Apa itu benar paman yang menyuruhmu, rain ?" mendengar ucapan dingin arza, rain mengangguk dengan cepat sambil berkata,
"T,,tentu saja itu benar kalau tidak aku tidak akan berani, walaupun tuan salamir yang menyuruh."
"Hufft ya sudah sekarang ayo kita mencari kota saiza atau apapun itu, aku sudah *hoooaaaamm* lelah" ucap arza kembali ke mode mengantuknya.

Melihat arza kembali ke mode malasnya, rain menghela nafas lega {Untunglah tuan salamir memang sudah minta ijin ke khan, kalau tidak aku bisa mati kali ini.}.

"Oh iya sebaiknya kau ganti penampilan mu, aku tidk mau terlalu bnyak menarik perhatian, kau tau lah, aturan orangtua brengsek itu memang merepotkan dan kau tau, dandananmu itu sangat tak masuk akal untuk orang seumuran mu" ucap arza sedikit tidak nyaman.

Mendengar ucapan arza, rain pun melihat dirinya sendiri, berjubah hitam tertutup, tanpa terlihat apapun kecuali mata.

"Haaa baik baik.." ucap rain, tapi suara yang keluar kali ini bukan lah suara yang tadinya  besar dan kasar, tapi yang keluar kali ini terdengar lebih maskulin.

Membuka penutup muka dan jubahnya, seorang elf yang kelewat tampan, berbadan tinggi, dan telinga runcing ter ekspose oleh sinar matahari yang sedang terbenam.

"Hey rain, dimana jalan arah ke kota  ?"
"Ha ha ha, jadi kau berangkat tanpa persiapan apapun ?"
"Hey hey, beberapa hari ini aku sibuk jdi tidak sempat menyiapkan apapun."
"Sibuk tidur maksudmu,?" gerutu rain,
"Hoaam~~ Apa katamu ?" sahut arza sambil menguap.
"Bu, bukan apa-apa.. Oh liat di sana ada orang kita tanya jalan ke mereka dulu saja, arza." balas rain sambil menunjuk ke arah sebuah kereta kuda yang dinaiki sepasang ayah dan anak.
"Ya sudah ayo kita susul mereka," arza pun mulai berlari kecil menuju kereta tersebut diikuti rain yang bingung melihat arza berlari.

{Ya dia berlari, tapi malas, tapi dia berlari, sungguh persatuan yang aneh saat kau berlari tapi malas berlari} pikir rain.

                    Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Monster from CloudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang