Part 9

90 10 0
                                    

Klik ⭐ sebelum membaca dan tinggalkan 🗨️ diakhir cerita

{•³•} {•³•} {•³•}

Hari sudah malam, Zia terbangun dan melihat sekeliling, ia tidak melihat keberadaan Marchel disana, padahal ia ingat sebelumnya mereka tertidur bersama.

Zia bangun dari tidurnya lalu berjalan menuju kamarnya dan membersihkan diri.

Setelah membersihkan diri Zia turun ke lantai bawah dan menuju ruang keluarga, ternyata disana ada Gerald, Juan, Allan, Marchel, dan Ozan.

Ia melangkah mendekat, mereka tidak menyadari keberadaan Zia, langkah Zia terhenti saat mendengar Gerald berbicara,

"Baiklah, nanti Papa akan mengurus soal mempenjarakan Nina." Perkataan Gerald membuat Zia mematung.

"Juan pengen secepatnya Papa memperjarakan dia." Kata Juan tegas.

"Kalau bisa Papa penjarakan satu keluarga sekalian." Marchel berbicara dengan rahang mengeras.

Allan dan Ozan mengangguk setuju dengan pendapat Juan dan Marchel.

Zia menggeleng, ia berjalan mendekat,

"Papa gak boleh masukin bunda ke penjara." Kata Zia sambil menahan amarah.

Mereka serempak menengok ke Zia.

"Dia harus dipenjara." Kata Juan tegas.

"Enggak."

"Iya."

"Enggak."

"Iya!"

"Enggak Kak!"

"Iya Zia!"

"STOP!" Gerald menggeleng melihat kelakuan anaknya.

"Sini Zia duduk sebelah Papa" Kata Gerald lembut.

Zia berjalan ke dekat Gerald.

"Papa gak boleh masukin Bunda ke penjara" Rengek Zia menahan tangis.

Sejahat jahatnya Nina kepadanya, Zia tidak pernah dendam kepada Nina. Dia tetap menganggap Nina sebagai Bundanya.

"Kenapa?" Tanya Gerald sambil mengelus kepala Zia.

Zia menggeleng, "Enggak! Pokoknya gak boleh!"

"Dia harus dipenjara Zia" Jawab Juan dengan tajam.

"Dia Bunda Zia Kak"

"Dia bukan bunda kamu! Dia mengambil kamu dari kita!, dia memperlakukan kamu dengan tidak benar, jangan pikir kita gak tau apa yang dia lakuin sama kamu!" Balas Juan dengan amarahnya yang sudah meledak.

Tangis Zia pecah, dia menggeleng tegas.

"Mau gimanapun sikap Bunda ke Zia, Zia gak peduli, Zia sayang Bunda. Seenggaknya Bunda masih mau ngasih Zia tempat tinggal, makan, dan sedikit kasih sayang."

"Sedikit kan?"

"Ish pokoknya gak boleh! Karna Bunda, Zia bisa kenal Kak Tommy, bisa kenal Ayah, bisa kenal Evan,"

"Lagian kalo Papa menjarain Bunda nanti kasihan keluarganya, Ayah pasti sedih Bunda di penjara, Kak Tommy juga, Evan masih kecil, dia masih butuh Bundanya. Mereka udah baik sama Zia, Ayah selalu sayang Zia sama kayak Papa, Kak Tommy juga sama kayak Kak Juan sama yang lain, Evan juga sama kaya Arga Alga." Sambung Zia.

Juan mengusap wajahnya kasar "Oke gini, Kakak kasih pilihan, kamu milih dia dipenjara atau kamu berhenti jadi model." Kata Juan memberi pilihan

Zia melotot tak percaya, dia menatap Gerald meminta bantuan,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FauziaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang