Hinata tersenyum lebar saat jam pulang kerja hampir dekat, hari ini ia begitu di sibukkan dengan beberapa pekerjaan yang lumayan membuatnya berpikir keras. Perusahaan ini benar-benar menguji kinerja kerjanya, beberapa teman Hinata mulai bersiap-siap untuk kembali pulang.
"Hey, Hinata!" salah seorang gadis berambut pirang, Alea, menghampiri- nya.
Hinata mendongak, "Hm?"
"Tidak siap-siap untuk pulang? Yang lainnya sudah sibuk bersiap-siap pulang, sedangkan kau? Ku perhatikan tidak melakukan apa pun." Alea memainkan ujung rambutnya.
"Aku masih mengurus berkas ini, hanya sedikit lagi juga selesai." jelas Hinata, sambil tersenyum manis.
Alea hanya mengangguk, kemudian ia berjalan pergi. Namun, sebelum ia benar-benar pergi dari sana, gadis itu mengatakan sesuatu.
"Jika ada apa-apa, kau bisa minta tolong pada pria berambut perak yang manis itu. Biasanya dia masih belum pulang jam segini, aku pergi dulu.."
"Baiklah, terimakasih."
Gadis itu kembali fokus membereskan berkas-berkas yang bertumpuk di mejanya, setelah ini ia harus pergi ke ruangan CEO nya. Tumpukan berkas yang sudah ia rapikan itu harus ia bawa semuanya.
Hinata berjalan menuju ruangan kepala-nya, beruntungnya tempat divisinya satu lantai dengan ruangan boss nya. Lorong ruangan agak redup, Hinata menahan rasa takutnya untuk tidak berlari karena ketakutan.
Tak.
"Oh my!"
Lorong yang tadinya redup, menjadi terang seketika. Ia agak gemetar karena panik sekaligus ketakutan, suara langkah kaki terdengar mendekat.
'Okaa-san..'
Gadis manis itu memejamkan matanya karena takut, berkas-berkas yang tadinya ia pegang, sudah ia letakkan di lantai.
"Hei."
"AAAAHHHH!! MMMPHH—"
Hinata semakin memejamkan matanya.
"Ssst, jangan berteriak, Nona."
Itu suara seorang pria.
"Buka matamu perlahan, dan jangan berteriak." pintahnya.
Hinata menggeleng, tubuhnya gemetar.
"Aku tidak mau!" ucap Hinata.
"Why?!"
"I'm scared.." gumam Hinata lirih, matanya masih ia pejamkan.
"Takut? Dengan apa?" Pria itu semakin kebingungan dengan sikap Hinata.
"De-dengan mu?"
Pria itu tak habis pikir dengan Hinata.
"What? You scared with me? Crazy girl."
Mendengar kata 'bodoh', Gadis itu langsung membuka matanya.
"AP-"
Mata lavender itu bertemu dengan pemilik mata rembulan yang indah, meraka saling menatap sejenak. Pria itu langsung tersadar dengan lamunanya.
"Ya sudahlah, aku bukan hantu." ucapnya.
Hinata masih tidak berkedip, namun karena ia tidak mendapat respon apapun dari Hinata, pria itu hanya mendengus. Ia mengambil berkas-berkas yang Hinata letakkan di lantai.
"Ini, aku harus pergi."
Hinata menerima berkas itu.
Namun pandangan matanya masih terarah pada pria itu.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 malam, langit di Amerika terlihat sangat cantik dengan taburan bintang-bintang di atas langit. Hinata menatap langit yang indah itu, tangan mungilnya terulur mencoba meraih bintang-bintang yang indah itu.
"Pria itu, ah.. Kenapa sekilas mirip dengan.." ia tercekat.
"Apa yang ku katakan? Astaga." Hinata terdiam, bayang-bayang masa lalu kembali menyerangnya.
'Toneri-kun.. Gomenne.'
Tangisnya pecah, ia mencoba menghilangkan ingatan-ingatan buruk tersebut, namun kembali muncul kembali. Dadanya terasa sangat sesak, sudah sejak lima tahun ia disini, ia mencoba memendam luka lama.
***
Pagi yang seperti biasa ia lalui, beberapa menit yang lalu ia terbangun dengan perasaan kacau. Ia menangis semalaman, tidak bisa tidur dan parahnya sekarang matanya sangat sembab dan terdapat lingkaran hitam di sekeliling matanya.
Ia terlihat sangat kacau.
'Kau terlihat sangat kacau, Nata..'
Hinata tersenyum tipis.
Setelah sudah rapi, Hinata segera bersiap-siap untuk berangkat ke kantor seperti biasanya. Walau terlihat agak lesuh, ia harus tetap semangat untuk hari ini.
Hinata mengunci pintu apartemennya yang baru ia tempati sebulan yang lalu, karena tempat tinggalnya yang lama sudah selesai masa kontraknya sudah habis.
Baru saja gadis itu memutar balik tubuhnya, seseorang menabraknya sehingga membuat tubuh yang tidak siap menerima hantaman yang cukup keras harus terjatuh.
Ia meringis kesakitan.
"Ah, maafkan. Kau tidak apa-apa?" tanya seorang pria yang baru saja menabraknya.
Hinata memegang kakinya yang terasa lecet dan sakit, ia bersumpah akan memarahi habis-habisan pria yang baru saja menabraknya itu. Saat ia mendongak, matanya bertemu dengan pemilik rembulan indah.
Dia, pria yang waktu itu..
Deg.
Astaga!
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Ex Wife
Fiksi PenggemarHinata Hyuuga yang dulu bukanlah Hinata yang sekarang, mantan Nyonya Uzumaki itu merubah dirinya. Dari yang lemah menjadi yang kuat, kehidupan di masa depannya sudah ia atur dengan apik. Namun, seseorang dari masa lalunya mencoba menghalanginya. Se...