2. [Atur strategi]

58 7 0
                                    

Sometimes the problem is not resolved by pouring out the heart, but the problem can be solved with us alone. But don't do it to us.

-the adventure of the four girls-

Olivia membuka pintu kamarnya dengan semangat yang menggebu-gebu, saat ketukan berkali-kali terdengar dari pintu kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Olivia membuka pintu kamarnya dengan semangat yang menggebu-gebu, saat ketukan berkali-kali terdengar dari pintu kamarnya. Tiga jam dia menunggu, akhirnya kedua temannya itu datang juga.

Olivia mempersilahkan kedua temannya itu masuk dalam keadaan wajah terkagum. Tak henti matanya berkeliling, meneliti ruangan kamar Olivia yang pada setiap sudutnya menunjukan kesan elegan yang membuat  siapa pun manatap kagum.

Kamar berdesain lembut, berwarna putih, walau tidak begitu rapi, namun kamar ini benar-benar menyejukkan mata siapa saja yang memandang. Cukup elegan, tanpa ada karakter-karakter kartun atau sejenisnya. Itu semua cukup membuatnya terkesan formal. Menggambarkan, bahwa Olivia adalah pribadi yang simpel dan diam.

Grace dan Jane hanya terdiam sejenak, lalu salah satunya berbicara dengan nada paniknya.

"Kau tahu tidak? Kami diwawancarai habis-habisan oleh orang tua kami! Ah, mengesalkan. Sebenarnya, kami berdua hampir tidak diizinkan oleh orang tua, untuk menginap di rumahmu! " kesal Jane sambil membantingkan diri di atas kasur empuk Olivia.

"Diwawancarai bagaimana maksudmu?" tanya Olivia sambil mengangkat sebelah alisnya bingung. Menopang dagunya di atas meja belajar menatap sahabatnya itu dengan tatapan serius.

"Yaaa, macam-macam." Jane memutar bola matanya jengah, lalu matanya kembali menatap langit-langit kamar Olivia dalam keadaan berbaring tanpa minat.

"Bagaimana kamu mendapatkan ijin dari orang tua?" Tanya Olivia, yang sebenarnya dia tahu, bahwa pertanyaan tersebut tidak lebih penting dari pertanyaan, kamu sedang apa.

"Beralasan," singkat, padat dan semua orang tidak perlu tahu. Memang, sepasang kakak beradik kembar itu cenderung memiliki orang tua yang posesive dan cerewet. Pernah, perlu memohon-mohon untuk mendapatkan izin dari orang tua mereka, hanya untuk menginap di rumah Sylvie. Padahal rumah mereka berempat lumayan saling berdekatan, atau bisa dikatakan mereka adalah tetangga. "Kita kan akan menginap, lalu akan membahas strategi apa? Kau menyuruhku membawa perlengkapan seperti ingin pergi jauh, yang sebenarnya sangat di luar dugaanku. Jadi, aku sudah membawa macam-macam perlengkapan dan banyak makanan ringan. Kita tidak akan kelaparan nanti," lanjut Jane dengan riang.

"Haha. Bagus, Jane," sahut Olivia sambil terkekeh pelan.

"Cepatlah, kita bahas strateginya! Kau tahu tida--"

"Kau tahu, Olivia? Saat menuju ke rumahmu ini, kami melihat Sylvie melalui jendela kamarnya," potong Grace mulai menjelaskan dengan panik.

Seketika, atmosfer dalam ruangan itu berubah mencekam. Olivia mematung.

"Sepertinya ... dia akan pergi malam ini juga," lanjut Grace lemah dengan suaranya yang serak. Sorot matanya memancarkan rasa khawatir, panik, dan pasrah secara bersamaan.

Saat itu juga Olivia memutar otak. Masih memikirkan kalimat yang baru saja ia dengar, otak Olivia mendadak sulit mencerna perkataan Grace. Semuanya terasa buntu, "Maksudmu ... dia mengemasi semua barangnya dan memasukannya kedalam tas? Dia berpakaian ala orang yang akan pergi jauh? Berpakaian rapi?" tanya Olivia dengan panik, namun entah mengapa, ekspresi wajahnya tetap pada pembawaannya, tenang. Namun, yang Olivia pancarkan, bukanlah tenang dalam artian damai, namun... memancarkan khawatiran. Hal itu membuat suasana semakin mencekam.  Apalagi dengan keadaan ruangan yang mulanya hening, "Dan maksudmu ... dia akan kabur malam ini?" lanjutnya bertanya lemah.

Dirinya jadi berfikir, bahwa mereka akan kehilangan jejak Sylvie itu.

"I-iya. Dia mengemasi banyak barang di tasnya!" sahut Grace semakin panik.

Seketika, tanpa aba-aba Olivia berlari keluar kamar, dan mencari keberadaan Ibunya saat itu juga.

"Mom!!" serunya, saat melihat Ibunya sedang menyiram tanaman. Hal yang biasa dilakukan oleh keluarga Olivia saat sore dini hari.

Dia menghampiri ibunya.

"Boleh aku pergi malam ini? Bersama Grace dan Jane. Malam nanti, jika memungkinkan, aku akan pulang." ucap Olivia dengan nafas tersenggal yang diserang gugup. Memancarkan ekspresi memelas pada ibunya.

"Apa? Pergi malam ini?" Ibunya berbalik menatap Olivia sepenuhnya dengan tatapan heran, "Ini sudah malam!"

"Ini masih sore, Mom!" tanpa sadar dia membantah. Dia semakin merasa dikejar oleh waktu. Dia takut kehilangan jejak sahabat cerobohnya itu. Sylvie.

"Anak muda apalagi perempuan, tidak boleh keluar hingga malam tiba! Mengerti? Masuklah ke kamar, dan bersantailah bersama teman inapmu itu," mom tersenyum ceria ke arahku.

Tanpa membuang banyak waktu, Olivia pun berlari memasuki kamarnya dengan tergesa.

Maafkan aku, mom. Kali ini, aku akan menjadi anak yang nakal.

Hanya sekali ini.
Batin Olivia

"Akan aku jelaskan strateginya!"

Ucapan Olivia berhasil menarik perhatian kedua sahabatnya untuk mendekat, bersiap-siap mendengarkan ucapan yang  akan terlontar dengan baik.

"Jadi, kita akan membuntuti Sylvie. Bekerja sama untuk menyadarkan dia, bahwa apa yang dia lakukan salah. Aku khawatir! Dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi kecuali kita!" jelas Olivia dengan tenang. Namun jauh di lubuk hatinya, dia benar-benar merasa khawatir yang sangat dalam.

"Kalian mau melakukan ini, bukan?" tanya Olivia pada akhirnya dengan penuh harap, saat mendapat respons kurang mengenakan dari kedua sahabatnya, yang tak lain hanya diam dan menatap Olivia dengan melongo, "Sylvie sahabat kita sejak kecil--"

"Oke, ayo kita pergi,"

Olivia menghela nafas lega. Namun, langsung mengatakan kepada kedua sahabatnya itu, bahwa dia tidak mendapatkan izin dari Ibunya.

"Lalu kita harus bagaimana?" tanya Grace mulai pasrah.

*-To be continue-*

We are come back.

Adakah yang menanti cerita ini?

Gimana tanggapan kalian baca cerita ini?

Jangan lupa vote dan komen ya! Dukungan kalian adalah penyemangat buat kami.

[13 April 2019]

Jangan lupa chapter selanjutnya ada di lapak neth_z


[1] The Adventure Of The Four Girls : MagneticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang