Ibu Tiri Monster

38 4 5
                                    


Aku mengerang saat seseorang tiba-tiba membuka jendela kamarku, yang menyebabkan cahaya yang sangat menyilaukan masuk memenuhi wajahku.

"Ma!" eluhku, yang segera menutupi wajahku dengan selimut, berharap bisa kembali tidur. Tetapi mama kembali menarik selimutku, yang membuatku kesal karena masih mengantuk.

"Fika! Jam berapa sekarang? Cepat bangun dan mandi," perintahnya.

"Apa gunanya berlibur kalau tetap harus bangun pagi," aku meringik, benar-benar tak punya tenaga untuk membuka mata.

"Pagi? Sekarang sudah hampir pukul sebelas, pokoknya mama ngak mau tahu, fika ngak boleh cuma menghabiskan waktu di kamar." 
______

Suara gelagar petir membangunkanku dari lamunan. Pikiranku kembali mengingat masa-masa saat masih bersama dengan ibuku dulu, selalu saja menjadi pertanyaan bagiku.

Mengapa? Ayahku memilih selingkuh dengan monster bermuka dua itu, aku sangat sedih karna hari itu adalah hari terakhir aku dibangunkan oleh ibuku.

Mama bahkan harus pergi karena wanita jahat itu, aku bahkan tak sudi harus memanggilnya ibu. Jika tidak dipaksa oleh ayahku, yang sedang mabuk kepayang akan cinta busuknya itu.

Lagi-lagi aku disini ditahan bagai seorang penjahat di rumahku sendiri, alasan mengapa aku dikurung karena aku mengatakan pada ayah.

Bahwa wanita itu adalah penyihir jahat yang suka memakan hati binatang maupun manusia, tetapi karena perkataanku itu aku malah dilarikan ke Psikiater.

Tetapi satu kelemahan wanita itu yaitu bunyi piano, bagaimana tidak ia langsung berteriak kesakitan saat aku menekan tuts-tuts piano itu.

Aku merebahkan diri diranjang lalu menelepon ibuku.

Tetapi gagal lagi, nomor ibuku masih tetap tidak aktif, pilihan kedua hanya ayahku dengan terpaksa aku harus menelfonnya.

Tapi tiba-tiba kamarku terbuka dengan sendirinya, tak berapa lama timbul-lah wanita monster itu.

Ia menarik kakiku, aku terbang tak menyentuh lantai. Tetapi tentu saja ini bukan pertama-kalinya, barang-barang aneh juga berterbangan diatas kepala kami.

Namun saat kakiku mendekat ke pianoku, aku langsung menekannya dengan jari kakiku. Tiba-tiba saja aku jatuh beserta semua barang-barang itu, sebuah pajangan tua dari tanah liat tergeletak dalam keadaan terbelah. Aku mendekati dan meraih pecahan hiasan menyerupai patung aneh itu, dan menyadari bercak darah di satu sisi.

"Dasar manusia sialan!" bentaknya, membuatku sedikit tersentak.

Tetapi tiba-tiba seseorang mengetuk pintu yang ternyata adalah mamaku, aku sangat senang dan langsung memeluknya.

Tiba-tiba pintu yang terbuka sendiri itu terkunci, dan mamaku dibuat terbang melayang menuju kamar utama. Aku sangat ketakutan saat wanita itu berubah menjadi monster menyeramkan, saat itu segera ku menyusul menuju kamar itu.

Namun pintunya terkunci saat wanita itu memasukinya.

"Aaaaaaaa!" Suara jeritan histeris mama membangunkan seluruh sel di tubuhku, aku mendekati pintu dan mencoba membukanya sekuat tenaga, namun sama sekali tak membuahkan hasil.

"Hentikan! hentikan! TOLONG!"

Tiba-tiba ayah telah datang.

"Ada apa?" Terdengar suara panik ayah, wajahnya yang selalu terlihat tenang menunjukkan raut kekhawatiran. Matanya membulat menatap pintu kamar, menyadari suara yang berasal dari dalam.

Ayah berusaha mendobrak, namun tubuhnya tak cukup kuat untuk merobohkan pintu itu.

"AAAA!" Jeritan memekikkan kembali terdengar. Dan terdengar suara kaca pecah.

Aku menangis ketakutan, hingga aku teringat bunyi piano adalah kelemahannya.

Segera saja kupergi memainkan pianoku dan mendentingkan tuts-tuts piano dengan lincah.

Aransemen♬ musik 'Amazing Grace'...'Turkish March' karya Mozart...'Simphony no.40' dan 'Fur Elise' karya Bethoven. ( favorit author nih^^)

Dan benar saja, ia langsung berteriak kesakitan bak drama musikal bahkan lebih dari itu. Tetapi ia mengeluarkan semua kekuatannya yang menyebabkan berbagai barang berjatuhan.

Hingga wujudnya berubah-ubah, akhirnya ayahku bisa melihat langsung monster bermuka dua ini.
Denting piano terus ku mainkan, hingga tubuhnya mulai hancur dan terdengar suara burung gagak yang sangat kuat.

Hingga denting piano terakhirku berbunyi, ia langsung hancur-lebur menjadi abu.

Hatiku yang berdetak cepat, akhirnya lega bahwa ini telah berakhir. Aku langsung berlari menghampiri mama yang memar dan luka-luka pada tubuhnya, segeraku memeluknya dan diikuti dengan ayah datang bergabung berpelukan bersama.

END

CreepyPastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang