April 2010
Malam nanti adalah malam yang sangat ingin aku lewati. Aku bingung kenapa hampir seluruh isi sekolah ini sangat bersemangat menyambutnya. Mereka sudah mulai grasak grusuk dari 2 pekan lalu untuk memutuskan memakai baju apa, hair do yang bagaimana, dan make up bergaya apa. Berlebihan menurutku, mereka sudah mendewakan prom night malam nanti. Ya begitulah, aku tidak begitu tertarik. Karena semakin dekat juga kemungkinan perpisahan datang diantara aku dan Adera. Aku mengenalnya saat pertama kali memakai seragam putih abu-abu. Dia mengulurkan tangannya saat aku berlari sambil membawa segerabak perlengakapan ospek. Kala itu kami sudah terlambat beberapa menit, dan aku cukup kesusahan berlari menuju lapangan. Jelas saja aku ngos ngosan, peraturan spesial untuk anak baru adalah tidak boleh memakai kendaraan ataupun diatar dengan kendaraan sampai ke sekolah. Kami dipaksa berjalan dengan jarak kurang lebih 1km. Adera lah yang membawakan barang barangku, katanya dia kasihan melihat perempuan kecil bawa barang seperti kura-kura. Sial, tapi saat itu aku hanya tertawa.
Dan sampai sekarang tetap Adera yang selalu bisa buatku tertawa.Aku sangat takut akan berjauhan dengannya. Di sekolah ini hanya dia satu satunya manusia yang bisa kupercayai. Diantara manusia yang selalu memandangku buruk, Adera selalu duduk bersamaku menghabiskan jam istirahat dan memainkankan gitar untukku.
Mereka menjauhiku karena merasa malu berteman dengan seorang anak perebut istri orang lain. Entah bagaimana berita itu cepat sekali tersebar. Tapi adera selalu jadi perisai yang kokoh untukku, dia sahabat terbaikku.Seorang pegawai negeri sederhana berhasil merebut istri pengusaha property ternama.
Berita itulah yang berhasil menarikku dari kehidupan ku sendiri. Aku malu, bahkan tak sedikit yang langsung bertanya kepadaku tentang kebenarannya, tentu saja dengan muka mereka yang menahan tawa. Tidak perlu berpura pura batinku, karena sebenarnya mereka bertanya karena hanya ingin tau saja bukan ber empati. Mereka tidak tau seperti apa rasanya, yang mereka tau status sosial mereka jauh ada diatasku, dengan dasar itu lantas mereka bisa melakukan apa saja terhadapku. Tidak adil menurutku, ya tapi itulah realita kehidupan remaja masa kini. Semua butuh pengakuan, saat mereka dianggap lebih diatas secara kasta, mereka pikir mereka adalah penguasa. Ucapan dan tindakan mereka seakan sudah berserifikat halal, jadi yasudahlah..
Sangat cepat isu itu diketahui hampir seisi sekolah, mungkin sang isu mengetok pintu setiap kelas dan membagikan brosur berisi tentang seluruh aib aib seisi sekolah ini. Dan mulai saat itu menurutku aku mengambil tindakan yang tepat untuk menarik dan menutup diri. Tapi aku gak pernah benar benar sendiri karena Adera selalu menggengam tanganku setiap saat ku tangisi kemalangan diriku sendiri. Adera selalu meyakinkanku "kamu jangan takut Aluna, mereka tidak akan bisa menghancurkan indah kamu, aku yang akan bertanggung jawab soal itu".
Kalimat yang singkat tapi selalu ku putar ulang untuk mengisi dayaku.**
"Lun.. nanti malam habis magrib aku jemput ya"
Emang harus ya der?
"Come on, you must be my girl tonight"
Banyak atuh der yang mau nemenin kamu, aku gak tertarik. Lagian kasurku lebih membutuhkanku daripada hal konyol itu.
"Jangan banyak alesan ya lunaku, okay jam 7 aku jemput" tut.. tut.. tut..
Yah dimatiin lagi telfonnya, belum juga selesai ngomong. Hmmm.. ku baringkan badanku menghadap langit langit kamar yang sudah ku tempel dengan artistic 3D bintang bintang, memandangi mereka membuatku tenang.Sekarang sudah jam 5 sore dan badanku semakin terasa susah digerakkan. Tapi aku tidak bisa menolak Adera, dia satu satunya sahabat terbaikku.
Oh Tuhan, kenapa dunia ini kau buat mengenal acara ajang pameran diri yang disebut prom night.
Baiklah aku mengalah, untuknya..Kubuka lemariku, dan mengambil gaun polos bewarna hitam panjang yang sudah lama menggantung di lemari. Gaun ini juga pemberian adera di ulang tahunku tahun lalu, dan pertama kalinya kugunakan, walaupun agak sedikit tidak nyaman saat kukenakan, mungkin karena modelnya terlalu terbuka dan mempunyai belahan sangat tinggi di bagian bawahnya. Tapi boleh juga, karena kakiku terlihat jenjang memakainya.
Rambutku kubiarkan saja terurai panjang, mungkin akan sedikit aku gulung bawahnya.
Aku juga gak mau buat Adera malu menggandengku, semoga dia tidak menertawakan penampilanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alur Aluna
RomancePerempuan keras kepala ini selalu mahir menutupi perasaannya hanya untuk memastikan semua baik baik saja. Percayalah segala bentuk kecewa dan amarah sudah tak asing baginya, Hanya saja dia tidak bicara.