Amarah Tak Bersuara

47 0 0
                                    

Ahh.. Malam ini mulai terasa sepi, setiap menit kupandangi ponselku berharap akan berbunyi.
Adera sedang apa ya? Kegelisahan mulai terasa, entah karena aku takut dia melupakanku atau takut dia bahagia tanpaku. Biasanya chat recehnya sering menghiburku sebelum tidur, hmm.. helaan nafasku mulai terdengar panjang.
Sambil kupandangi langit langit kamarku, astagaaa apaan sih, kenapa aku harus mengingatnya.

**

Tin... tin... tin.. tiiiinnn..
Suara nyelekit yang berhasil menembus telinga langsung masuk kedalam mimpiku, aku langsung tersentak bangun dengan muka setengah sadarku dan langsung mengintip jendela ke arah halaman rumah, ahh makhluk itu lagi yang muncul. Kutarik panjang selimutku menutupi wajah ini. Keputusanku sudah bulat, aku akan tidur dan membiarkan makhluk itu hidup didunia nya beberapa saat, anggap saja hukuman karena sudah tidak menghiraukanku beberapa hari ini, lagian bergelut dengan pertanyaan pertanyaan tentangnya di kepalaku sungguh menyita energiku. Dan aku ingin mengisinya kembali dengan berniat tidak menghiraukannya.

"Morning sunshine" sapanya sambil tersenyum dengan matanya yang berbinar-binar menarik paksa selimut yang sudah nyaman di wajahku.
Makhluk ini seperti punya ilmu menembus dinding, tiba tiba saja dia bisa muncul di hadapanku, atau lebih tepatnya aku lupa mengunci pintu.
"Lun.. Aluna..." guncangan 2 skala ricter mulai terasa
"Aderaaaaaa! ini Sabtu loh awas sanaa" ku dorong badannya berharap aku punya tenaga super sehingga aku bisa menggeser makhluk ini menjauh dari kasurku, tapi tidak bisa. Tubuhku saja seukuran dadanya, kekuatanku hanya bisa menggeser tangannya saja.
"Ayo dong bangun lun" guncangan 3 skala richter semakin nyata.
"Gak mauuu, masih ngantuk, sana aahh"
"Bangun dong cantik" guncangan 4 skala richter mulai membuatku pusing. Baiklah aku menyerah dan mulai mau berdikusi.
"Iya sejam lagi ya, ayolah der kamu bantuin mama dulu sana atau noh sama Marinka, kamu ngapain gitu jangan gangguin aku dulu, aku gak bisa tidur kemarin, dan aku benar benar mengantuk saat ini" suaraku mulai menekankan nada di hadapannya, kali ini tidak ada goncangan, karena makhluk itu langsung berdiri melangkahkan kakinya. Menatapku binggung tanpa ada kata kata lagi keluar dari mulutnya. Dia menghilang dibalik pintu kamar yang bisa ditembusnya tadi. Aku hanya bisa memandangnya pergi begitu saja. Ada penyesalan sedikit, harusnya aku tidak perlu marah, dia tidak bersalah sama sekali. Ah sudahlah. Biar kami berada di dunia yang berbeda sementara waktu. Dia pasti mengerti aku dengan segala moodku.

Tak lama kudengar suara tertawa dari arah jendela. Oh ternyata Adera dan Marinka sedang membersihkan kolam ikan ditaman. Akhirnya aku lega, Adera sudah seperti salah satu isi kartu keluarga dirumah ini. Mungkin rumah ini sudah mulai merasa sepi hanya dihuni oleh 4 orang saja. Aku, mama, Marinka dan bi Mirna. Syukuralah, kalau gitu aku tidak perlu merasa bersalah membiarkan makhluk itu berhenti menggangguku sementara aku tertidur. Pikiranku butuh waktu untuk beristirahat.

Ya ampun sudah jam 3 sore, tidurku serasa pingsan, cacingku juga sudah butuh asupan untuk memperpanjang nyawanya. Kurenggangkan tulang tulang ini hingga mengeluarkan bunyi bunyi yang indah sampai pandanganku mengarah ke ponsel di atas selimutku.
Astaga.. aku lupa sudah mengabaikan Adera. Ku check hpku tapi tidak ada chat masuk darinya. Apa mungkin dia marah ya. Ah sudahlah nanti juga dia kembali lagi.
Sebaiknya aku turun dulu mengisi amunisi cacingku.

"Akhirnya tuan puteri sudah sadar, tapi sayangnya pangeran kodoknya keburu pergi" suara ledekan Marinka datang dari arah meja makan.
"Tuan Puterinya udah berubah jadi monster kelaparan, berisik lu! Aduh kenapa ini ya, udah mulai pusing kepala gue, kelaparan kali ya" ku sandarkan kepalaku di sandaran kursi sambil mengusapnya.
"Lagian kakak sih gak biasa tidur lama, lagak begadang, nah ni minum" segelas jus mangga disodorkannya ke arahku. Aku suka sekali manga, dan perempuan ini.
Masya Allah adek gue manis bener, sampe terharu nih.
"Entahlah yaaa, soalnya kakak gue hatinya keras kek batu, payah"
Maksudnya? 
"Sis.. sekelas Wonder Women aja bisa jatuh cinta, kekuatan supernya juga gak bakal hilang karena itu"
Udah deh, gausah sok nerawangin isi pikiran sama hati gue
"Ya kali sisss, kamar kita tetanggaan loh. Malem malem ngomong sendiri, awas nanti ke bablasan"
Ah masa sih? Perasaan gue kemarin diem diem aja gak ngelakuin apapun, cuman lagi gak mood aja.
"Jangan tunggu tungguan, nanti keburu doi lupa jalan pulang"
"....." Muka binggungku hanya buat dia tertawa dan tidak menjawab apa apa, dan malah langsung naik ke atas.
Mungkin ini yang dinamakan ikatan darah. Gak perlu banyak bicara tapi saling merasa.

Marinka.. perempuan dewasa yang akan selalu menjadi gadis kecilku saat pertama dia lahir kedunia.

Akhirnya kurendahkan egoku untuk tau kabar lelaki itu. Aku mencoba menelfonnya 2 kali tapi tidak ada jawaban. Aku mencoba tenang tanpa membiarkan pemikiran apapun merusak dinding otakku. 
Busy? pesan singkat yang kukirim ke whatsapp nya. Beberapa jam berlalu tapi tidak berubah menjadi 2 checklist biru. Rasa bersalah mulai datang tanpa tau apa tujuannya.
Hari terasa berlalu dengan cepat, sore yang harusnya bewarna ceria dihantam gelap yang semakin meliarkan pikiranku.
Adera, kenapa begitu sulit aku mengendalikan apa yang ada di hati ini. Kenapa harus ada ikatan yang selalu ingin kujaga kekuatannya.

Tenang.. aku bisa mengendalikan ini semua, adera mengajariku menjadi perempuan yang harus bisa berfikir tenang dan terang. Tapi bagaimana dengan keadaan ini, karena alasan ketidak tenanganku adalah dirinya, sahabat yang harusnya tidak kucintai dengan diam.

Mungkin semua orang mulai tau kenapa malam itu berwarna gelap. Kita diberi jeda untuk beristirahat dalam malam atau ikut berlari tanpa arah di dekap temaram.
Alam sudah bekerja sangat baik untuk membuat warna, pagi yang membawa harapan, siang yang mengajari perjuangan, sore yang mebiarkan fikiran memutuskan apa yang ingin dibawa  beserta apa yang ingin dibiarkan saja.
Dan senja dengan warna indahnya yang menenangnya justu merupakan waktu terpenting di kehidupan ini. Dalam senja kita belajar menerima apa yang akan datang, dan senja juga yang bisa membawa kita berteleportasi dengan masa yang kita inginkan. Entah itu kesedihan, penyesalan, atau rindu yang selalu siap menenggelamkan. Yang pasti waktu akan tetap berjalan, masa depan yang selalu lebih dekat.
Dan malam yang siap memeluk kita untuk memastikan kita punya cukup kekuatan berjalan.

Tenanglah Aluna, semua akan baik baik saja.
Seperti perkataan lelaki yang selalu buatku candu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alur AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang