PROLOGUE

6.5K 512 28
                                    

"C'mon, guys! Y'all can't stay up all night in these craziness party! Let's get out of this!"

Mungkin sudah kesekian kalinya, ucapan itu berakhir sia-sia. Sama sekali tak mendapat respon selama musik masih berdentum keras, orang-orang yang justru semakin berdatangan dan malam yang semakin larut. Gila. Tidak ada cara lain untuk keluar dari sini selain menunggu dua teman gilanya itu merasa bosan dengan pestanya. But sadly, they wouldn't.

"Oh really?" Akhirnya, setelah sejak tadi sibuk menari tidak jelas, ucapannya pun mendapat respon meski terkesan mengejek. "Kenapa? Takut diomelin bokap lo lagi? Please, (Nam..)! Bokap lo aja yang terlalu kuno pemikirannya. Just enjoy the party!" Dan kembali menari.

Perempuan yang sejak tadi sudah merasa tidak nyaman, mendengus sebal tanpa bisa berbuat apapun. Dengan seluruh rasa frustrasi yang ada, perempuan itu berjalan keluar dari kerumunan orang yang sedang gila menari ini. Selain karena risih badannya tersenggol, telinganya juga sensitif dengan suara musik dari speaker yang berada di area tersebut. Sungguh memekakan telinga. Lalu memutuskan untuk duduk manis di meja bar, menatap keriuhan di depan mata, sampai kemudian sebuah gelas berisi minuman tersodor padanya.

"I think you need this, baby gurl!" Katanya.

Tak bodoh bagi dirinya untuk menyadari jika minuman yang ditawarkan padanya adalah sesuatu yang pantang diminumnya, meski dunia malam sudah menjadi kebiasannya. "No, Cla! I don't need this fucking drink. Go get it for yourself!" Tolaknya kasar.

Clara, nama perempuan yang memberikannya segelas minuman namun mendapat penolakan mentah-mentah. Tanpa aba-aba, perempuan berambut dark brown itupun duduk pada kursi kosong di sebelah. "Bored huh?"

"So damn much, literally." Ujarnya.

"Mau pulang? Nunggu Dieza sama Eries kelar party, bisa sampe jam 3 pagi lho!"

"I know." Kemudian memutar badan hingga menatap Clara sepenuhnya. "Tapi bukannya lo lagi sama Sean ya? Nanti kalo lo nganter gue balik, Sean gimana?"

Clara berdecak seraya meletakan gelas di atas meja. "Udah tenang! Sean nggak sebrengsek itu buat gue tinggal sebentar."

Sebuah senyum tipis tampak di bibir. "Cla, ati-ati ya! Gue takut lo dicampakin lagi kaya dulu."

"Alright, (Nam..)! I'll be careful from now on." Di akhiri kekehan dan turun dari kursi untuk mengantar sahabatnya ini pulang. Karena jujur, Clara sendiri sudah merasa bosan berada lama-lama di tempat yang dipenuhi manusia tanpa kesadaran penuh ini. "Yuk! Gue juga ngantuk parah nih!"

Bagaikan mendengar kabar baik, (Namakamu) tersenyum lebar saat Clara benar-benar mau mengantarnya pulang. Akhirnya, kasur yang sejak tadi sudah membayang di pikiran, tercapai juga untuk didatangi. Sungguh, untuk pertama kalinya, (Namakamu) merasa bosan dengan rutinitasnya beberapa tahun ke belakang ini. Entahlah, Mungkin karena moodnya sedang tidak baik atau sedang merasa tak nyaman, jadi rasa bosan pun muncul dalam benak.

Hingga ketika keduanya sudah berada diluar, di jalan menuju parkiran, handphone yang sejak tadi berada di genggaman bergetar panjang dan membuat (Namakamu) menghentikan langkahnya seketika. Tangannya terangkat. Melihat caller ID yang terpampang jelas di depan mata sanggup mendatangkan kepanikan.

Clara ikut berhenti berjalan. Memutar badan, menghampiri (Namakamu) yang lantas menatapnya seolah tahu kalau dirinya sedang mendekat.

"Kenapa?"

"Bokap gue telfon."

Dan semua pun tahu jika kalimat yang keluar dari bibir (Namakamu) tadi adalah sebuah bencana.

Bersambung...

ini buat pengganti MPH sama Love, Iqbaal yg bentar lagi mau tamat

Anyway gue pernah post ini di fanpage socmed writers. So, kalo kalian ngerasa pernah baca di fb, ya itu gue yg nulis

Part 1 di publish kalo salah satu dari cerita yg gue sebutin tadi tamat. Jangan lupa masukin library, vote dan comment yaaa!

 

17/03/19

Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang