Btw cerita ini gue rombak abis penulisannya. Jadi, buat yg udh pernah baca di fp, pasti bakal beda sama yg disini. Gumoh juga sih gue, kok tulisan gue gini amat ya? Gajelas wkwkw. Tapi segini mah udh pantes lah buat dibaca
Happy reading!
oOo
(Namakamu) cuma bisa pasrah saat tahu hari ini adalah penentuan hidup dan matinya. Apalagi sejak di mobil tadi, Abi terus saja diam dan membuat suasana terasa mencekik lehernya. Diamnya itu mengalirkan hawa panas. Pasti Abinya masih marah tentang kejadian kemarin. Beruntung Umi tidak ikut-ikutan seperti Abi. Setidaknya (Namakamu) masih bisa bernapas lega selama dua jam ke depan.
Handphone di tangan bergetar singkat. Menandakan ada chat masuk yang setelah (Namakamu) lihat ternyata dari Clara. Teman baiknya yang sepertinya hanya satu-satunya yang menjadi teman baiknya. Baiklah. Tak apa. Sejak awal (Namakamu) memang tahu hanya Clara saja yang tulus padanya.
Clara Devia
Beb, lo gpp kan?
Sorry, kemarin gue jg teler jadi ga sempet nanyain kabar loHanabilla (Namakamu)
Im okay!
Habis ngapain lu sampe teler?Clara Devia
Ya ngantuk
Kan abis nganter lo balik, gue jg balik ke rumahHanabilla (Namakamu)
Kirain sama seanClara Devia
Ya kagalah gila!
Tar kalo diajak dugem lagi gue off ya
So fckin tiredHanabilla (Namakamu)
Okey!
You probably the same side with meClara Devia
Gue rasa ini waktunya buat gue tobat
HmmBalasan terakhir dari Clara hanya (Namakamu) baca. Entahlah. Dia agak sensitif jika ada yang membahas tentang tobat. Kalau Clara tahu apa yang sedang (Namakamu) alami saat ini, mungkin Clara tidak akan percaya. Tobat versinya adalah keluar dari dunia malam. Sayangnya, (Namakamu) tidak bisa melakukan tobat versinya. Melainkan tobat versi Abinya yakni menikah dengan orang pilihannya. What a great choice!
Maka dari itu, (Namakamu) memutuskan untuk melihat pemandangan dari jendela saja selama perjalanan. Supaya pikirannya dapat teralihkan dari perjodohan yang sejak semalam membuatnya susah tidur.
Kali ini, Abi Rasyid yang memilih untuk menyetir mobil sendiri. Tentu saja. Ini adalah masalah keluarga. Tujuan mereka ke Pesantren Ustadz Ghafur adalah untuk mengakhiri masalah. Makannya (Namakamu) bilang ini penentuan hidup dan matinya. Karena kalau ternyata ini semua tidak sesuai harapan, sama saja (Namakamu) menjerumuskan diri pada kehidupan yang tidak seharusnya. Kehidupan yang tidak pernah dia harapkan. Dengan seseorang yang sudah pasti bukan (Namakamu) inginkan. (Namakamu) tidak mau itu terjadi.
"Jadi, kedatangan saya dan keluarga kemari adalah ingin membicarakan rencana baik yang dulu sempat tertunda. Lebih tepatnya, karena ketidaksiapan dari putri sewayang kami. Tapi sekarang kami yakin-terutama putri kami, sudah siap untuk melanjutkan apa yang sempat tertunda."
Sekarang, (Namakamu) harus terjebak di sebuah rumah bergaya kuno yang penuh akan pernak-pernik di dalamnya. Perempuan itu mulai gelisah. Apalagi saat Abi Rasyid mulai membuka tujuan utamanya datang kemari. (Namakamu) hanya bisa menggerakan pahanya tidak tenang. Kakinya terus bergerak hingga tubuhnya ikut bergetar. Tangannya memainkan ujung kerudung paris yang menjuntai kebawah hingga menutupi bagian perutnya saat duduk di sofa. Dia takut. Bagaimana dengan hidupnya setelah ini? Sepertinya dia benar-benar harus say goodbye dengan kehidupan malam.
'Pasti gue bakal diketawain kalo tau gue dijodohin. Ck Abi ngeselin.'
"Kamu kenapa?"
(Namakamu) langsung menoleh mendengar bisikan dari Umi. "Nggak papa, Umi. Cuma rasanya kaya mau mati aja. Panas dingin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband
Fanfic"I ain't gonna married except I found a perfect guy to be my husband like him." (Third series of Happy Perfect Marriage Series)