~~~~
"Apa hyung? Kau berkata benar? Kau lolos?" Tanya Taehyung antusias dari panggilan telfonnya dengan sang kakak.
'Tentu, aku lolos menjadi trainee Tae! Aku berkesempatan menjadi idol.' Balas Jimin girang.
Sudah tiga hari semenjak kepergian Jimin ke Seoul, dan hari ini ia memberi kabar baik pada sang adik.
"Wah, daebak hyung! Chukkae.." Lanjut Taehyung tak kalah bahagia dari Jimin.
Doanya tidak sia sia untuk sang kakak, akhirnya Jimin bisa menggapai impiannya. Taehyung jelas turut senang dengan keberhasilan Jimin.
'Terima kasih Tae, kau selalu mendukungku. Terima kasih.' Ungkap Jimin.
"Nee, aku akan selalu mendukungmu hyung. Sudah ku duga kau pasti bisa."
'Yak! Tapi,'
"Tapi kenapa hyungie?" Taehyung penasaran saat Jimin menggantung ucapannya.
'Saat masa trainee ku, aku akan tinggal di asrama. Dan mungkin akan sangat jarang aku bisa kembali ke Gwangju.' Lanjut Jimin.
Taehyung tersenyum tipis, ini memang sudah diduganya sejak awal.
"Tidak apa apa hyung. Jangan khawatirkan kami dirumah. Aku akan merawat eomma. Tenang saja, dan fokuslah dengan kegiatanmu disana."
'Apa kau sungguh sungguh Tae?'
"Ne, jangan khawatir."
'Baiklah, jika begitu aku akan latihan dengan sungguh sungguh. Aku akan tunjukkan kemampuanku dengan baik, dan segera menjadi idol yang sesungguhnya. Setelahnya aku bisa menghasilkan banyak uang untukmu dan eomma. Kalian tidak akan kekurangan lagi.' Janji Jimin.
Dan diangguki oleh Taehyung, meski Jimin tidak dapat melihatnya.
~~~~
Empat bulan berlalu,
"Eomma lihatlah! Jimin hyung ada disana. Dia sudah menjadi idol, eomma!" Bangga Taehyung sembari menunjuk ke arah televisi yang memutar acara musik sore ini.
Tidak ada sahutan apapun dari Nyonya Kim. Tapi senyum tampak jelas diwajahnya. Meski ia sulit berbicara, tapi ia benar benar bangga pada putranya.
"Wah, hyung benar benar keren! Ia memegang posisi center dalam grupnya. Hebat sekali!" Lagi lagi Taehyung berujar dengan girangnya. Bertepuk tangan sendiri melihat kakaknya yang tampil debut menjadi idol di salah satu acara musik ternama.
"Lihatlah eomma! Jimin hyung sudah punya cukup banyak fans. Banyak yang meneriaki namanya." Taehyung kembali mengajak bicara Ibunya yang duduk diam disebelahnya.
Sungguh, perasaan senang tidak dapat ter-elakan dari keluarga Kim. Mereka sangat bersyukur dan benar benar bangga pada keberhasilan Kim Jimin.
Begitu seterusnya hingga semuanya berubah dengan begitu cepat.
"Jimin hyung, ayo angkat telfonnya. Aku mohon," Taehyung berjalan mondar mandir sembari mendekatkan ponselnya ke telinga namja itu.
Berkali kali ia berusaha menelfon kakaknya, yang tak lain adalah Kim Jimin, tapi dia sangat susah untuk dihubungi.
Hingga panggilan ke delapan, tetap tidak ada jawaban. Taehyung pun berhenti menelfon sang kakak.
"Aku harus bagaimana? Keadaan eomma semakin memburuk, dan Jimin hyung tidak mengirimkan uang sedikit pun untuk biaya pengobatan eomma. Taehyung harus bagaimana?"
Perlahan tapi pasti, air mata mulai menetes dari raven tajam pemuda Kim. Ia benar benar tidak tahu harus bagaimana, melihat kondisi Ibunya yang sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Kondisinya yang semakin melemah, dengan biaya biaya rumah sakit yang semakin menuntut, total membuat si bungsu Kim kebingungan dan khawatir sepenuhnya.
"Hyung, eomma sangat membutuhkanmu. Kondisinya benar benar buruk saat ini," Lirih Taehyung.
"Aku tidak bisa diam saja, aku harus bekerja untuk keselamatan eomma." Gumam Taehyung, dan lantas mengusap air matanya kasar.
Namja itu berdiri dari duduknya. Lalu berjalan keluar rumah sakit dengan raut wajah yang sarat akan kecemasan. Tapi apapun itu, yang ada dipikiran namja Kim hanyalah keselamatan Ibunya. Ia harus bisa membantu pengobatan sang Ibu, meski tanpa kakaknya yang mungkin sudah lupa akan keluarganya.
Di sisi lain,
"Jiminie, kemana mobilmu? Kau kembali tidak membawa mobilmu?" Kim Seokjin bertanya heran ke arah teman satu grupnya. Teman sesama idol yang tak lain adalah Kim Jimin.
Namja itu kembali entah dari mana dengan sudah tidak membawa mobil mewahnya, padahal ia tadi pergi dengan mengendarai mobilnya.
"Mobilku sudah aku tinggalkan, aku bisa membeli yang baru, yang jauh lebih mahal dari itu." Balas Jimin santai.
"Sudah kuduga, bahkan ini sudah mobil ke enam yang kau tinggalkan begitu saja. Kau memang terlalu banyak uang hingga berkali kali membeli mobil semahal itu." Gumam Kim Seokjin yang tak dihiraukan oleh Jimin.
Begitulah kehidupan Kim Jimin yang mulai dihinggapi oleh kekayaan, melupakan keluarga yang dulu amat sangat ia sayangi. Karna ketenaran dan kekayaan yang di dapat namja itu, Kim Jimin mulai sombong atas apa yang dimilikinya.
Tak terkecuali pada keluarganya sendiri. Ia seperti sudah tidak menganggap keberadaan Kim Taehyung dan Ibunya yang setia menanti dirinya dari kejauhan. Ia sudah lupa, dan benar benar lepas dari kendali kebaikan yang dulu selalu melekat dalam dirinya.
TBC
~~~~
Yeay! Taefeu update lagi ;)) jangan lupa vommentnya yaa, terima kasih.
Salam sayang dari Taefeu, muachh :*

KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me
FanfictionStory by Taefeu, 2019 VERY++++ SLOW UPDATE "Ada saatnya, seseorang yang selalu ada bersamamu akan benar benar lelah dan menjauh. Dan ketika saat itu tiba, ku harap kamu bisa melihat kearahku." Brothership Hubungan sedarah V x Jimin VMin