Sinar mentari menyeruak masuk kedalam kamar Bryan melalui jendela yang terpampang di kamar lantai dua tersebut.
Bryan yang masih mengumpulkan 'nyawanya' pun langsung duduk setelah tante Rose membangunkan nya. Saat Ini tepat jam 7 pagi. "Bryan bangun. Anak perawan gak boleh bangun terlalu siang. Ntar malah di tinggal suaminya. Hihihi". Canda Rose yang berusaha membangunkan Bryan. Ia menutupi rasa sedih di hatinya, karna sebentar lagi keponakan tersayangnya tersebut akan meninggalkan rumah nya, sekaligus meninggalkan negara yang di pijaknya sekarang.
"Apaan sih tantee. Bryan itu cowok bukan cewek. Bryan itu jaka bukan perawan. Lagian juga besok Bryan yang menjadi suami bukan is trinya........ Dan bla bla bla." Cerocos Bryan setelah di bilang 'perawa' oleh tantenya.
Rose hanya menanggapi ocehan dari Bryan dengan senyum yang anak berbeda. Entah senyum apakah itu. Mungkin di benak author itu adalah senyum miris yang takut kehilangan sesuatu utk yang kedua kalinya.
Ya memang Rose sangat menyayangi kakaknya Dan juga anak nya. Rose menganggap Bryan itu seperti anaknya sendiri. Sebenarnya Ia juga memiliki anak laki laki. Hanya saja anak laki lakinya jarang pulang, mungkin karna kesibukan kuliahnya, Ia hanya bisa pulang seminggu Satu kali. Itupun hanya weekend Dan tak ada tugas.
Namanya steven dia cool, manly, macho, suara nya sexy abiss, dan yang terpenting Ia seperti bertekuk lutut kepada Bryan. Entah kenapa saat Ia marah hanya Bryan yang dapat meredam amarahnya.
.
Kembali ke masa saat Bryan di goda oleh Rose.
."Tenteee malah senyum. Udah tau aku marah malah senyum. Aku marah nih! Huh........"
"Mmmm sepertinya tante gak salah nih." Di akhiri oleh senyum miris lagi oleh Rose.
"Tauk ah tante. Bryan mandi dulu. Habis ini Bryan mau ke California enak gak lihat wajah tante lagi."
Entah kenapa Rose jadi teringat ucapan ayah dari Bryan dulu
"Aku mau ke California ahhh. Capai cita cita di sana. Moga ajah gak ada masalah." Setidaknya itulah kata kata yang di ingat Rose sebelum keberangkatan kakak iparnya 13tahun yang lalu.Tak terasa Rose mulai menitihkan air matanya. Bryan yang tak tahu apa yang di pikirkan oleh Rose pun langsung meminta maaf karna Ia merasa bahwa Rose menangis karna kata katanya 'tadi'
"Tante, tante kenapa. Tante sakit hati. Maaf tante Bryan gak bermaksud bilang seperti itu."
"Gak gak papa kok Bryan tante gak sakit hati, hanya saja tante teringat masa lalu."
"Hmmm beneran nih tenteee?? Tapi-"
"udah jangan bicara terus. Nanti kalau kamu bicara terus bagaimana bisa berangkat?! Cepet gih sana mandi". Kata Rose sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Ia pun beranjak bangun dan menyiapkan barang barang yang di perlukan oleh Bryan.
Bukannya Bryan tak bisa menyiapkan barang nya sendiri tapi karna wants yang mepet karna keasikan bicara tadi Dan juga di tambah tantenya memaksa. Jadi Bryan hanya bisa menerimanya saja.
...............
Pesawat yang Bryan tumpangi akan terbang pukul 9 pagi tepat. Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, Bryan mengambil kopernya dan menaruhnya pada terasa rumahnya.Ia membalikkan badannya utk berpamitan dengan orang yang berada pada rumah berlantai dua tersebut. Saat sudah beberapa langkah berjalan Ia mendapat pelukan yang sangat erat disertai dengan isakan.
"Bry...... Jangan pergi. Nanti tante sama siapa??!. Hiks hiks." Suara isak tante semakin kencang saat sang suami berusaha melepaskan pelukan istrinya tersebut.
"Apaan sih mas..... Masih pengen sama Bryan nih. Hikss..... Hiks...." Sang suami tak menanggapinya. Ia tetap berusaha agar pelukan istrinya terlepaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
RomanceBagaimana jika hubungan 'persaudaraan' harus ancur cuma karna Cinta? Haruskah Salah satu mengalah supaya orang yang di cintainya bahagia? Tapi dia pun Ingin bahagia. Pengen tau?!! Baca! . Part awal agak membosankan jadi yang sabar saat membaca p...