Pertemuan Ke-dua yang Mulai Membaik

188 14 1
                                    

FARAH hanya diam mendengar penjelasan Bu Ina yang menurutnya tidak terlalu penting. Saat hendak menjelaskan lebih lanjut, perkataannya terhenti ketika ruangan Bu Ina kedatangan seorang murid laki-laki dengan baju seragam berantakan, rambut sedikit rapi dan tidak memakai dasi. Ya, ciri-ciri anak berandalan, beban sekolah. Dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana, dia berdiri di dekat pintu dan menatap langsung ke Farah yang juga sedang menatapnya. Farah mengabaikannya dan kembali fokus ke arah Bu Ina.

"Masuk kamu."

Dia berjalan menghampiri meja Bu Ina. Berdiri tepat disebelah Farah yang sedang duduk diam dan cuek dengan apa yang sedang terjadi.

"Kenapa Buna manggil Saya?" tanyanya tengil tapi sopan.

"Tunggu sebentar ya Farah, Ibu ngurusin anak berandalan ini dulu."

"Iya, Bu silahkan. Santai saja," jawab Farah cuek.

Bu Ina menatap tajam. "Keluarin nggak tanganmu dari saku?!" Peringatan itu langsung dilakukannya.

"Kemana aja kamu kemarin! Kamu ini sudah 3 kali loh bolos pelajaran Pak Panji. Kamu nggak tau gimana watak dia? Kamu seenak jidat nggak masuk di pelajaran dia dan malah keluar untuk balapan motor. Farhan, kamu jangan buat kesabaran Ibu habis ya!"

"Kok tau Bu? Buna stalking Saya ya?" Tanyanya yang membuat Farah sedikit tersentak kaget sekaligus bingung.

"Wah, benar-benar murid gila. Sekolah ini nerima orang-orang aneh dan gila. Bagaimana bisa seorang murid menjawab pertanyaan guru seperti itu?" Muncul banyak pertanyaan diotak Farah saat mendengarnya.

"Kamu pikir Saya nggak peduli sama siswa sendiri. Jangan bercanda ya kamu, Farhan!" bentak Bu Ina membuat Farhan terdiam.

"Kamu jangan mentang-mentang selalu ranking 1, jadi kamu pikir dapat bolos seenakmu ya. Awas saja kalau lain kali Ibu dengar kamu bolos, akan Ibu kurangi nilai kamu. Ingat kamu itu sudah besar, jadi jangan banyak membuat masalah. Sudah cukup masalah yang dulu kamu buat, kesabaran ada batasnya. Jangan sampai Surat Peringatan sampai ke tangan Ayahmu. Kamu mengerti?" jelas sekaligus tanya Bu Ina dengan tegas.

"Si ranking 1? Dia? Si berandalan ini ranking 1? Benar-benar seperti keajaiban. Gimana bisa orang jelek yang terlihat nggak pintar kayak dia bisa dapat ranking 1? Tapi, sepertinya gampang buat ngerebut ranking 1 di semester berikutnya," batin Farah sambil menatap Farhan dari atas kebawah.

Farhan terdiam sejenak memproses semua perkataan Bu Ina. "Baik Buna, Saya mengerti," jawabnya yang secara tiba-tiba menoleh dan membuat Farah kaget.

"Kenapa dia tiba-tiba noleh sih? Kaget banget," batin Farah sambil menenangkan jantungnya yang kaget.

Bu Ina menghela nafas dan kembali tenang. "Baiklah, Ibu akan anggap kamu benar-benar mengerti ya, Farhan. Sekarang sekalian kamu mau ke kelas, Ibu minta tolong kamu antar Farah."

Farah terlihat kaget dengan suruhan Bu Ina. Dia langsung berdiri dari tempat duduknya dan berpikir. "Ha? Kelas dia, Bu? Maksud Ibu, Saya sekelas dengan dia?" tanya Farah sambil menunjuk Farhan yang ada disebelahnya.

"Iya, kamu sekelas dengan Farhan. Memangnya ada apa?" tanya Bu Ina bingung dengan tingkah Farah.

Lagi-lagi Farhan menatap sinis kearah Farah yang membuat Farah menurunkan tangannya. "Ah, tidak Bu. Tidak ada masalah apa-apa."

Cerita Cinta Untuk FarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang