PULANG sekolah Farah menunggu Pak Karmin di halte depan sekolah. Saat sedang sibuk menoleh kesana-kemari Farah secara tidak sengaja melihat Farhan yang lewat dengan mengendarai motor dengan knalpotnya yang sangat berisik. Farhan menoleh sebentar kearah halte bus dan menatap sekilas kearah Farah, tetapi dia langsung mengendarai motornya itu dengan sangat cepat dan pergi dari area sekolah.
Brum... Brum... Brum...
"Lagi ngapain sih dia? Mau sombong kalau pintar naik motor?" dumel Farah.
***
Beberapa jam berlalu, Pak Karmin tak kunjung datang. Ponselnya habis baterai yang membuat Farah mulai merasa bosan. Jam terus saja berjalan, sampai malam hari Pak Karmin belum datang menjemput. Farah berpikir bahwa ini sudah keterlaluan.
"Ih! Nyebelin banget sih! Gimana bisa Pak Karmin belum jemput sampai jam segini? Ah! Aku bosan harus nunggu terus. Aku mau pulang naik taksi, tapi aku nggak tau alamat rumah baru. Terus aku harus ngapain?" dumel Farah sambil memeluk tiang halte.
Pada saat Farah sedang meratapi nasibnya itu, tiba-tiba lampu sorot dengan terang mengarah kearah halte bus yang membuat Farah kaget. Dia berdiri dan menatap lampu mobil berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Beberapa orang keluar dari dalam mobil dalam keadaan mabuk dan berjalan mendekati Farah yang langsung kembali duduk di halte karena takut. Farah berpura-pura cuek dan tidak peduli.
"Hai cantik, lagi ngapain kamu disini? Sendirian saja, belum dijemput? Ayo sini kami antar kerumah kami," ucap pria mabuk itu terkekeh sambil menarik-narik tangan Farah dengan kuat.
Farah berusaha melepaskan tarikkan tangannya dari orang-orang itu. "Ih! Apaan sih! Lepasin, sakit. Hei! kau botak lepasin, tolongg!! Tolongg!! Lepasin, aku nggak kenal sama kalian!! Lepasin! TOLONGG!!" teriak Farah dengan sangat keras.
"Ayo cepat bawa dia ke mobil sekarang!" ucap salah satu temannya.
"Lepasin!! TOLONGG!!" teriak Farah lagi tetapi keadaan sangat sepi disekitar sekolah. Dia memberontak dengan kuat membuat mereka kewalahan.
"Argh!" keluh Farah langsung terduduk lemas. Dia mendadak menarik rambutnya dan mundur ketakutan. Ke-4 laki-laki itu bingung apa yang terjadi dengan Farah. Melihat keadaan Farah yang lemah membuat mereka lebih mudah untuk menarik Farah dan membawanya masuk ke dalam mobil mereka.
Tiba-tiba dari kejauhan, terlihat sinar sangat terang yang menuju dari berlawanan arah. Dia membawa ngebut motor itu sampai hampir menabrak salah satu dari keempat orang tadi. Farah menahan sakitnya dan tetap berusaha memberontak.
Citttttt...
"Woi! Apa-apaan lo!" ujar salah satu preman mendekati motor itu.
"Sorry-sorry, Bang. Nggak sengaja!"
"Suara itu!?" batin Farah.
Awalnya Farah tidak mengetahui siapa sosok yang ada dibalik helm hitam. Tetapi ketika dia membuka dan sorot mobil menerangi wajahnya, Farah mengenali orang tersebut. Masih dengan berontaknya.
"Farhan! Farhan! Tolong!" teriak Farah ketakutan sambil menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya.
"Oh, anak muda? Kau teman dia ya? Mau apa? Mau ikut gabung sama kita?" ajak preman.
"Gabung? Boleh juga!" jawab Farhan dengan helm ditangannya.
"FARHAN TOLONG!"
"Ya udah, kita masukin dia kedalam mobil dulu baru kita rencanain tugas selanjutnya," ucap preman sambil menarik tangan Farah dengan paksa.
"Farhan tolong, Farhan! FARHAN!" teriak Farah. Setelah itu karena Farah terlalu berisik mulutnya ditutup, kemudian dia langsung dimasukkan kedalam mobil.
Farhan berjalan mendekati preman. Dari arah belakang dia menatap Farah. "Bang, jangan dipaksa kalau dia nggak mau."
"Apa maksud-"
"Ini Surabaya. Berhentilah mabuk-mabukan. Brengsek kalian!" Belum selesai preman itu berbicara Farhan melayangkan helmnya dengan sangat kuat dan membuat preman itu langsung terjatuh lemas ke aspal.
Mereka bertengkar sangat keras, sampai-sampai pukulan Farhan itu membuat semua preman itu tidak sadarkan diri. Setelah memastikan semua preman tergeletak, Farhan langsung mengeluarkan Farah yang sudah lemas ketakutan dari mobil secepat mungkin. Farhan membuka penutup yang menutupi mulut Farah dengan perlahan.
Farah yang masih terlihat ketakutan, langsung dengan sigap memeluk Farhan yang berada di depannya. Nafasnya menjadi tidak beraturan, Farhan memeluknya balik dengan sedikit erat berpikir hal itu akan menenangkan Farah, tubuhnya gemetaran. Pelukan Farhan itu membuat Farah kesulitan bernafas. Dia menunjuk kearah tasnya yang terjatuh didekat halte.
"Ob... obat. Obatku di tas," pinta Farah yang membuat Farhan bingung.
"Obat? Lo sakit? Sebentar," ucap Farhan menidurkan Farah di aspal dan berlari mengambil tas Farah. Dia secara terburu-buru membuka tas Farah dan menemukan obat yang dimaksud Farah.
Setelah mendapatkan obat itu, dia kembali berlari dan membantu Farah agar bisa duduk. Kemudian dia memberikan sebutir tablet ke dalam mulut Farah dan memberikannya air. Farhan menatapi Farah yang langsung memeluknya lagi. Dia yang terbawa suasana juga ikut memeluk Farah sambil mengelusnya secara perlahan. "Sstttss, tenang. Lo udah aman."
Akhirnya pelukan itu berhasil membuat Farah menjadi sedikit lebih tenang.
***
Tidak lama dari itu Farah tersadar dan membuka matanya. Dia kaget karena sekarang posisinya sedang berada dipelukan Farhan. Secara spontan dia langsung mendorong Farhan dan melepaskan pelukan itu.
"Astaga! Bisa nggak sih jangan dorong-dorong."
"Maaf. Spontan, kaget."
"Lo baik-baik aja?" tanya Farhan kaget dengan dorongan yang tiba-tiba.
Farah menatapi Farhan dengan curiga. "Ka-kamu? Ngapain meluk aku?"
"Ha?"
"Kutanya kenapa kamu meluk aku? Kamu mau modus ya?" tanya Farah dengan rasa curiga.
Dengan wajah cueknya Farhan berdiri dan membersihkan celananya. "Sembarangan. Diinget dulu sana siapa yang meluk duluan. Dasar asal nuduh aja."
Farah ikut berdiri dan melihat obatnya sudah berada disebelah Farhan berdiri. Secara cepat dia langsung mengambil obat itu dan menyembunyikannya. "Ke-kenapa obat ini bisa ada disini?"
Farhan mengernyit bingung. "Lo ini, beneran lupa atau pura-pura lupa sih? Nggak inget kejadian tadi?" tanya Farhan yang dijawab gelengan kepala Farah.
"Wah! Lo nggak inget tadi nyium gue?" tanya Farhan dengan tegas yang membuat pupil mata Farah membesar seketika.
"HA!? Apa maksudmu? Aku? Aku nyium siapa?" tanya Farah.
"Lo nyium gue. Lihat nih bibir gue sampai kering, lo sedot."
"Kamu gila ya? Jangan bercanda! Mana mungkin aku ngelakuin hal itu."
"Wah, parah! Lo udah ambil first kiss gue dan sekarang malah pura-pura lupa? Mau gue laporin polisi?"
"Heh! Apaan sih? Aku sama sekali nggak inget tuh nyium kamu."
"Udah! Pokoknya nanti gue mau minta pertanggung jawaban lo! Sekarang kita bahas keadaan lo dulu. Gimana? Udah mendingan?"
"Hmm," ucap Farah dengan menahan malu dan masih terus memikirkan perkataan Farhan tadi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Untuk Farah
RomanceSejak kehilangan Ibunya karena kasus yang aneh, Farhan menjadi sosok yang berbeda. Pikirannya menjadi liar, begitu juga kelakuannya. Berusaha mencari tau tetapi tidak ada jalan keluar. Farhan adalah murid SMA yang juga tidak biasa. Seorang ketua Gen...