(Name) tidak percaya jika ia tertidur di dalam pelukan Murasakibara yang terasa hangat. Meski begitu, ia sangat berterima kasih pada pemuda itu karena berkat Murasakibara ia bisa kembali tidur dengan tenang tanpa rasa takut akan suara petir itu lagi.
(Name) pun mencoba melepaskan pelukan Murasakibara agar ia bisa menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, tetapi entah kenapa tubuhnya terasa meriang dan juga terasa dingin.
"(Name)-chin, kau panas sekali." Murasakibara terbangun akibat sentuhan tangan hangat (Name) yang mengenai tangannya.
Pemuda itu menatap (Name) dengan pandangan yang masih mengantuk, namun matanya berusaha untuk tetap terbuka. "B-benarkah?" tanya (Name) gugup dengan wajah yang memerah antara rasa malu dengan suhu tubuhnya yang mulai panas.
Murasakibara mengangguk pelan lalu mendekatkan dahinya ke dahi (Name) membuat gadis itu sesaat menahan napasnya karena jarak wajah mereka yang sangat dekat.
"Benar, sudah kuduga kau pasti demam karena sebelumnya tidur di lantai," jawab Murasakibara dan setelahnya menguap kecil."Tidurlah lagi, aku yang akan menyiapkan sarapannya," kata Murasakibara sembari beranjak dari atas kasur (Name).
(Name) yang mendengarnya merasa tak percaya, Murasakibara berinisiatif untuk menyiapkan sarapan? Sungguh diluar dugaan. Melihat Murasakibara yang sudah keluar dari kamarnya, (Name) pun akhirnya kembali berbaring—menuruti perkataan Murasakibara untuk kembali beristirahat.
.
.
Hari sudah beranjak sore, (Name) terbangun dengan keadaan perut yang terasa lapar. (Name) sebelumnya tidak mengira bahwa ia akan ketiduran sembari menunggu Murasakibara menyiapkan sarapan untuknya dan kini hari sudah sore saja, pantas perutnya terasa lapar.
Mengedarkan pandangannya, ia melihat di atas meja kecil terdapat semangkuk bubur, susu, obat demam dan juga potongan buah apel. Di sampingnya juga terdapat sebuah kertas kecil.
'Cepatlah makan dan habiskan semuanya!'
Itulah yang tertulis di kertas kecil itu membuat (Name) tersenyum kecil. Ia pun bangun lalu duduk di dekat meja kecil itu di samping kasurnya. Tangannya mencoba merapa dahinya apakah ia masih panas atau tidak namun ternyata sudah tidak panas lagi, selain itu ia juga bisa merasakan ada benda yang menempel di dahinya. 'Ini pasti untuk penurun panas,' batinnya lalu kembali melihat makanan yang di atas meja yang kemungkinan sudah dingin. 'Dasar Murasakibara-kun, kau benar-benar tidak ada romantisnya,' batinnya lagi dengan senyuman yang masih terlihat di wajahnya.
(Name) mulai mengambil semangkuk bubur itu lalu memakannya. Rasanya sedikit berkurang karena sudah cukup dingin lalu sedikit asin. Tapi ini cukup enak. Gadis itu pun akhirnya menghabiskan semuanya tanpa sisa dan setelahnya pergi keluar kamar sembari membawa alat makan kotor.
Saat ia membuka pintu kamarnya, tiba-tiba saja pintu kamar sudah terbuka dengan sendirinya menampakkan Murasakibara yang berdiri di depan pintu kamarnya. "Kau sudah baikan?" tanyanya dengan nada malas.
"Ya, ini semua berkatmu. Terima kasih, Murasakibara-kun," ucapnya tulus yang membuat Murasakibara ikut tersenyum meski tipis. "Syukurlah," gumamnya pelan.
"Itu, biar aku saja yang bawa. Kau istirahat saja," kata Murasakibara sembari mengambil alih alat makan yang di bawa (Name).
"Um, baiklah. Oh ya Murasakibara-kun, besok maukah kau kencan bersamaku?" tanya (Name) pada Murasakibara sebelum pergi.
"Kencan, kenapa?"
"Um, karena aku butuh refreshing."
"Kalau besok kau sudah sembuh kau kan bisa pergi jalan sendiri buat refreshing."
"Tapi aku tidak mau jalan sendirian. Lagipula jika kau ikut nanti aku akan mentraktirmu, bagaimana?" tawar (Name) disertai tatapan memohon membuat Murasakibara tidak bisa mengelak lagi.
"Baiklah-baiklah," jawabnya pasrah yang membuat (Name) tersenyum senang.
"Yatta! Arigatou!"
'Tatapan memohonnya membuatku sulit untuk menolaknya. Benar-benar menyebalkan.'
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days || Murasakibara Atsushi || ✓
Fanfiction[Salty Project] "Hanya antara kau dan aku. Kisah selama tujuh hari bersama, yang kadang mengandung makna dalam." (Name) tiba-tiba saja datang ke rumah Murasakibara dengan alasan yang ia buat-buat meski pada akhirnya itu semua tidak mempan karena Mu...