【Day 7 - Kebenaran】

169 44 0
                                    

Murasakibara terdiam di depan kamar (Name) dengan tatapan yang tampak terkejut. Ia tidak sengaja mendengar pembicaraan (Name) di saat ia hendak memanggil (Name) untuk makan siang bersama dengan teman-temannya. Tapi kini apa yang ia dapatkan, sebuah kebenaran yang tak sengaja ia dengar? Murasakibara merasa di bohongi, namun disisi lain ia juga merasa bersalah karena mencuri dengar pembicaraan (Name) tapi tetap saja ini mengejutkan.

Flashback

Murasakibara mendapatkan pesan dari teman setim-nya dulu sewaktu di SMP, mereka mengajak reunian namun Murasakibara membuat sebuah permintaan untuk mengajak (Name) untuk ikut acara mereka karena (Name) dulu sangat ingin bertemu dengan mereka semua. Dan setelah mendapatkan persetujuan, Murasakibara pun langsung berjalan menuju ke kamar (Name). Baru saja ia hendak mengetuk pintu kamar (Name), tiba-tiba ia mendengar suara (Name) dari dalam.

"Eh? Hari ini juga kita harus berangkat, kaa-san? Tapi ini mendadak sekali, bahkan (Name) masih belum sempat mengucapkan salam perpisahan pada Murasakibara-kun."

"...."

"Iya, (Name) mengerti. (Name) pasti akan mengatakannya, kalau begitu (Name) akan bersiap-siap dulu sambil menunggu kaa-san."

Dan setelah mendengar percakapan itu selesai, Murasakibara juga mendengar suara isak tangis yang terdengar cukup menyedihkan. Gadis itu menangis, suaranya memang tidak terdengar keras karena ia yakin pasti (Name) tengah meredam suaranya.

"Apa aku sanggup mengatakan sampai jumpa lagi padanya?"

Suara (Name) kembali terdengar lagi. Murasakibara sebenarnya sudah tidak berniat untuk mendengarkannya namun ia terlihat sangat penasaran hingga ia memilih untuk mendengarkannya sampai habis.

"Aku takut, hiks ... aku takut jika operasi itu akan gagal dan aku tidak akan bisa bertemu dengannya lagi, hiks."

Dan saat itulah Murasakibara tampak terkejut. Ia tidak tahu jika (Name) menderita sebuah penyakit yang berbahaya meski ia tidak tahu penyakit apa yang diderita (Name). Namun tetap saja ini membuat hatinya ikut sedih, (Name) selalu saja menutupi isi hatinya yang sebenarnya membuatnya ia tidak mengetahui hal itu karena hal yang sering ia lihat hanyalah wajah ceria (Name) saja.

Flashback End

Murasakibara merasa ragu, namun ia mencoba untuk bersikap seperti biasa lalu mengetuk pintu kamar itu.

Tok tok tok

"Iya, tunggu sebentar." (Name) menyahut dari dalam dengan suara seraknya. Cukup lama Murasakibara menunggu dan akhirnya pintu itu terbuka juga.

"A-ada apa Murasakibara-kun?" tanya (Name) berusaha untuk tetap ceria meski matanya terlihat sembab.

"Hm? Tidak ada hanya saja teman setimku dulu sewaktu SMP mengajak makan siang bersama di Maji Burger, apa kau mau ikut?" tawar Murasakibara lalu pura-pura mengamati wajah (Name). "Kenapa matamu sembab? Kau habis menangis?" tanya Murasakibara yang membuat (Name) gelagapan.

"T-tidak ada kok, ini efek karena semalam aku mimpi di kejar hantu di saat petir menyambar. Dan biasanya di saat aku mimpi buruk pasti tanpa sadar aku akan menangis," ujarnya bohong. (Name) berusaha membohongi Murasakibara tapi tanpa (Name) ketahui Murasakibara sudah mengetahui semuanya.

"Selain itu sepertinya aku tidak bisa ikut. Sampaikan salam dan permintaan maafku, ya. Lain kali saja, karena hari ini aku harus bersiap-siap untuk pulang," kata (Name) lagi dengan senyuman yang tampak dipaksakan.

Murasakibara ingin sekali bertanya dengannya tentang hal yang sebenarnya tetapi ia ragu. (Name) pun terlihat enggan untuk menjawab jujur pertanyaannya seolah-olah itu bukanlah urusannya. Dan itu sangat menyebalkan.

"Jadi sudah kau sudah tujuh hari, ya ... di sini," ucapnya yang langsung dibalas dengan anggukan kepala (Name). "Ya, tidak terasa ya aku sudah menginap di sini selama tujuh hari. Dan ini sangat menyenangkan!" jawabnya berusaha riang, berbeda dengan Murasakibara yang wajahnya tampak datar sambil menatap (Name) intens.

"(Name)-chin ...."

"Ya?"

"Tidak ada, lebih baik kau cepat berkemas," kata Murasakibara lagi lalu meninggalkan (Name) sendirian.

(Name) merasa kalau Murasakibara sedikit aneh, apa Murasakibara mendengar pembicaraannya tentang penyakitnya? Semoga saja tidak.

.

.

Setelah berkemas-kemas, (Name) segera keluar dari rumah Murasakibara. Ia juga tak lupa memberi hadiah kecil yaitu tiga kotak maibou dengan rasa yang baru. Selama tujuh hari ini ia pasti sangat merepotkan dirinya dan ia merasa bersalah dengan hal itu tetapi tetap saja ia ingin membuat kenangan bersama dengan Murasakibara. Meski mungkin ia tetap tidak akan bisa mengingatnya juga.

"Murasakibara-kun, terima kasih karena sudah mau mengizinkan aku tinggal di sini selama seminggu. Maaf kalau aku banyak merepotkanmu," kata (Name) tulus dan juga sedikit merasa bersalah. Ia ingin berlama-lama di sini tapi ia tidak bisa, ini sudah saatnya ia pergi.

"Ya."

Jawaban singkat Murasakibara membuat hati (Name) sedikit sedih. Ia melihat ke arah luar, ibunya sedang menunggunya di sana. Ia tidak boleh berlama-lama atau ia akan kembali menangis lagi.

"K-kalau begitu ... selamat tinggal ...."

"Jangan katakan 'selamat tinggal'! Seharusnya kau mengatakan 'sampai jumpa lagi' padaku, bukannya sebaliknya!" kata Murasakibara membuat (Name) terkejut. Perkataan Murasakibara membuatnya kembali sadar bahwa pemuda itu pasti mengetahui tentang penyakitnya meski aslinya dia tidak tahu kalau (Name) sakit apa tapi menurut Murasakibara pasti itu penyakit yang berbahaya. Hanya saja perkataannya itu membuatnya harus berjuang sekuat tenaga agar ia tetap hidup. Sungguh egois.

"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa lagi, Murasakibara-kun!" ucapnya dengan senyuman manis meski di sudut matanya terdapat cairan bening yang hampir saja mengalir melewati pipinya yang mulus.

Setelah itu, (Name) berjalan keluar namun pergelangan tangannya di tahan akibat Murasakibara yang menarik tangannya hingga ia membentur dada bidang Murasakibara. Murasakibara kembali memeluknya, pelukan hangat yang entah kapan lagi bisa ia rasakan.

"(Name)-chin, jangan tinggalkan aku atau melupakanku. Jika kau tetap melakukannya kau harus membayarnya dengan sepuluh kardus maibou," bisik Murasakibara yang membuat (Name) tersenyum tipis. Ternyata dugaannya benar, pemuda ini memang sudah mengetahuinya namun ucapannya yang selanjutnya membuatnya tersenyum geli. Rasa sakit di hatinya kembali terasa, ia takut tapi ia harus melakukannya.

"Baiklah, aku tidak akan meninggalkanmu ataupun melupakanmu. Tapi jika aku mendapatkan liburan tambahan lagi, ya, Murasakibara-kun," ujarnya lalu melepaskan pelukan Murasakibara. Ia menatap Murasakibara dengan tatapan hangat lalu berbalik badan hingga ia memunggungi Murasakibara.

"Kalau begitu aku pergi dulu, Murasakibara-kun. Sampai jumpa lagi."

Setelah mengatakan hal itu, (Name) segera menghampiri ibunya dan masuk ke dalam mobil. Murasakibara hanya bisa menatap kepergian (Name) dengan tatapan sedih hingga mobil yang dimasuki (Name) sudah tidak terlihat lagi dipandangannya.

'Kumohon, kembalilah (Name)-chin.'

'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
7 Days || Murasakibara Atsushi || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang