Hati

2.4K 96 0
                                    

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Hati atau dikenal dengan qalb, mempunyai berbagai macam makna. Qalb terbentuk dari akar kata qalab-yaqlibu-qalban yang berarti membalikkan. Dalam kamus bahasa Arab-Indonesia, kata qalb, bila berdiri sendiri, diartikan dengan hati, jantung dan akal. Kata qalb (bentuk jamaknya aqlub atau qulub) yang telah menjadi satu istilah, diartikan dengan segumpal yang menggantung dalam dada. Dalam pengertian fisik adalah segumpal daging berbentuk bulat yang terletak di rongga dada sebelah  kiri yang mengandung darah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, hati disebut qalb karena memang secara fisik keadaannya terus menerus berdetak dan bolak-balik memompa darah. Namun dalam pengertian psikis, qalb merupakan suatu keadaan rohaniyah yang selalu bolak-balik dalam menentukan suatu ketetapan. Al-qalb juga berarti membelokkan sesuatu dari arahnya. Al-qalb dapat diartikan pula membalikkan manusia dari arah atau tujuan yang dikehendakinya.

Menurut Ibn Manzhur, kata qalb juga terkadang diungkapkan dari kata aql (akal). Beliau mengutip apa yang dikatakan oleh Al-Farra mengenai firman Allah : Inna fi dzaalika ladzikraa liman kaan lahu qalb ("Sesungguhnya di dalam hal itu ada peringatan bagi orang yang memiliki qalb"), bagi Al-Farra, qalb dalam ayat tersebut bermakna aql (akal). Akan tetapi ada juga ulama yang memaknai qalb dalam ayat tersebut bukan aql melainkan sebagai pengertian, pemahaman dan juga perenungan, pertimbangan.

Qalb, kata ini disebut sekitar 101 kali, di 43 ayat berkaitan dengan persoalan keimanan (QS. Al-Maidah 5:41, Al-Hujurat 49:7), dan lain-lain. 24 ayat berkaitan dengan emosional seperti rasa ketakutan, kecemasan, kegoncangan, harapan dan ketenangan (QS. Al-Imran 5:151 dan 156), dan lain-lain. 20 ayat menjelaskan sifat-sifat seperti keteguhan, kesucian, kasar dan keras, kesombongan (QS. Al-Hajj 22:53, Az-Zumar 39:22, Ash-Shaffat 37:84), dan lain-lain.

Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Sa'id Al-Kudri R.A, Rasulullah bersabda :
"Sepasang mata adalah petunjuk. Sepasang telinga adalah corong. Lisan adalah juru bicara. Kedua tangan adalah sayap. Perut adalah kasih sayang. Limpa adalah senyuman. Paru-paru adalah jiwa. Kedua pinggang adalah tipu daya. Dan hati adalah raja. Ketika rajanya bagus, maka rakyatnya pun bagus. Dan jika rajanya rusak maka rakyatnya pun rusak." (HR. Ibnu Hibban, Abu Syaikh dan Abu Nu'aim). 

Amir An-Najar menjelaskan bahwa hati ibarat seorang raja yang segala urusan berada ditangannya, akan tetapi, hati dapat juga diibaratkan sebuah kota dimana akan diperintah dan dipengaruhi oleh orang yang menguasai kota tersebut. Dengan kata lain, apabila ada sesuatu yang mengalahkan fungsi hati, maka ia akan menguasai seluruh anggota tubuhnya. Bisa diumpamakan juga bahwa hati manusia ibarat pusat pemerintahan di dalam sebuah kekuasaan yang apabila ada satu kekuatan yang dapat mengalahkan pemerintahan maka tentu akan menguasai kerajaan.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ada hubungan timbal balik antara fungsi hati dan perilaku manusia. Bila seseorang memiliki hati yang sehat/selamat (qalbun salim), maka ia akan cenderung berperilaku positif. Meskipun demikian, hati yang sehat terkadang melahirkan perilaku yang negatif bahkan destruktif. Jadi, bukan hanya hati yang mempengaruhi perilaku seseorang akan tetapi kekuatan-kekuatan eksternal di luar diri seseorang. Bila kekuatan eksternal yang bersifat negatif itu akhirnya menghasilkan perilaku yang buruk dan perilaku ini dibiasakan, maka keadaan hati akan terpengaruh. Hati akan muncul menjadi substansi yang berpenyakit (qalbun maridhun), yang tidak memperoleh penyucian akan menjadi hati yang mati (qalbun mayyitun).

Mengingatkanku do'a yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah Shallahu'alaihi Wa Sallam :
"Ya muqallibal quluub tsabbit qolbii 'ala diinika wa'alaa thoo'athik"
( Wahai Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)

Mengenal IslamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang