Bismillaahirrahmaanirrahiim
Pakar-pakar filsafat dan orang-orang bijak membahas, apa kesimpulan dari akhlak. Ada yang berkata, kesimpulannya adalah bahwa kegiatan itu melahirkan manfaat. Tetapi sejenak ada yang bertanya, apakah suatu perbuatan yang tidak dimaksudkan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat tetapi menghasilkan manfaat, apakah perbuatan itu berakhlak? Apakah suatu perbuatan yang diniatkan menghasilkan manfaat tetapi tidak menghasilkan manfaat, apakah itu bukan akhlak terpuji? TIDAK, kata yang lain. Maka, jangan jadikan manfaat sebagai tanda akhlak. Apakah kekuatan? Juga tidak. Karena Tuhan adalah Tuhannya orang yang kuat dan yang lemah. Dan sekian banyak hal yang dinilai kelemahan justru dicelahnya mengandung kekuatan.
Lalu apa ukuran akhlak yang terpuji menurut pandangan agamawan? Mereka berkata, akhlak terpuji tercermin dalam upaya seseorang untuk meneladani sifat-sifat Tuhan. Dalam ajaran Islam, dikenal dengan 99 sifat Tuhan, walaupun kalau dibahas lebih jauh, jauh melebihi 99 sifat tersebut. Mari kita ambil 1 atau 2 contoh akhlak Tuhan yang dapat diteladani. Kita sering membaca "Bismillaahirrahmaanirrahiim". Tuhan adalah Rahman dan Rahim. Rahman berarti pemberi kasih, kasihnya melimpah tidak hanya untuk muslim tetapi juga hewan, tumbuhan, orang kafir bahkan benda tak bernyawa. Jika kita meneladani sifat Allah yang Ar-Rahman, kita akan menyebarkan kasih seluruh makhluk tanpa memilih apakah ini manusia, hewan atau tumbuhan. Kita bisa mengambil sifat Al-Alim, yang Maha Mengetahui, yang meneladaninya akan terus berusaha meningkatkan kemampuan dan usahanya tersebut. Akan setiap saat belajar melalui cara apa pun agar dia memperoleh secercah dari sifat Tuhan, yakni Al-Alim. Semua sifat-sifat Allah yang 99 itu, semuanya bila dipelajari dengan baik dapat menghasilkan akhlak luhur dan dapat menjadikan kita manusia-manusia yang berakhlak luhur.
Rasulullah Shallahu'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya kalian tidak akan dapat memuaskan manusia dengan harta-harta kalian tetapi yang dapat memuaskan mereka adalah akhlak yang baik". Karena itu beliau juga menekankan bahwa: "Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan (amalan) seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia".
Semua agama mengajarkan budi pekerti luhur sayangnya sebagian kita lebih memperhatikan sisi-sisi ritual dengan mengabaikan akhlak. Ada suatu hadis tentang sikap Allah kepada seseorang yang berakhlak luhur, "Di hari kemudian nanti ada seseorang yang membawa banyak dosa tetapi dia berakhlak luhur. Bersikap baik terhadap semua orang bahkan memerintahkan semua anak buahnya, kalau ada seseorang yang susah membayar utang, jangan tuntut dia". Di hari kemudian, ketika orang ini diadili di pengadilan Ilahi, malaikat-malaikat berkata "Wahai Tuhan orang ini tidak melaksanakan kewajiban dengan baik tetapi memiliki akhlak yang luhur". Maka sabda Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim, Allah berfirman "Kami lebih wajar berbuat baik ke orang ini maka maafkanlah dosa-dosanya". Disisi lain ada seseorang yang membawa solat banyak, puasa banyak, kebaikan dari sisi pengamalan ritual agama yang banyak tetapi memaki orang, menuduh itu, menghakimi orang dan sebagainya. Maka semua yang dilakukannya sewaktu di dunia datang menuntut kepada Allah di pengadilan-Nya.
Akhlak/Budi pekerti sesuatu yang sangat penting bahkan oleh Nabi SAW mengatakan : "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia."
Jika ditinjau dalam segi bahasa, akhlak berasal dari Bahasa Arab, adalah bentuk jamak dari Khuluq, yang pada mulanya bermakna ukuran, latihan dan kebiasaan. Dari makna pertama (ukuran) lahir kata makhluk, yaitu ciptaan yang memiliki ukuran, sedangkan dari makna yang kedua (latihan) dan ketiga (kebiasaan) lahir sesuatu yang positif maupun negatif. Makna-makna diatas mengisyaratkan bahwa akhlak dalam pengertian merupakan budi pekerti maupun sifat yang mantap dalam diri seseorang, baru dapat dicapai setelah berulang-ulang latihan dan dengan membiasakan diri melakukannya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan dengan budi pekerti, kelakuan. Sedangkan moral diartikannya sebagai ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb. Akhlak juga diartikan dengan kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya, sebagaimana ia juga dipahami dalam arti isi hati atau keadaan perasaan, sebagaimana terungkap dalam perbuatan. Sedangkan etika diartikannya dengan ilmu tentang apa yang baik apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengenal Islam
SpiritualIlmu itu seperti buruan, dan tulisan itu seperti ikatannya. Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. -Imam Syafii- #KajianIslam