Aura Gavin | PROLOG

187 31 8
                                    

"GAVINNN!"

"PIKET GA LO?!"

"KALO GAK, GUE BUAT LO KE DALAM KANDANG SINGA 100 HARI!"

Teriak Aura yang masih berusaha mengejar-ngejar Gavin. Setiap hari Senin mereka pasti begini, kejar-kejaran, sumpah-sumpahan, bahkan pernah Aura menjambak rambut Gavin walaupun rambut Gavin terlalu pendek untuk dijambak. Aura Ferinna namanya, dia bukan ketua kelas, melainkan seorang seksi kebersihan kelas yang sangat galak. Jika diantara satu teman kelas mereka tidak piket, maka bersiaplah untuk menghadapi wajah Aura. Berbeda dengan temannya yang lain, Gavin Chandra, seseorang yang selalu membuat Aura darah tinggi setiap bertemunya. Gavin selalu membuat cara agar bisa lolos dari piket kelas, karena menurutnya sangat membosankan.

Aura masih mengejar Gavin dengan sebuah sapu yang ia pegang ditangan kirinya. Kedua sahabat Aura, Syera dan Windy, yang sudah biasa menyaksikan tingkah laku mereka di saat nama lelaki itu terdaftar di hari jadwal piket. kedua tangan mereka terangkat dan bertepuk seperti anak kecil yang sedang menonton sebuah aksi pertunjukan. Sedangkan Gavin? Ia menyilangkan kedua tangannya didepan kepala, ia sedang menghindar dari pukulan sapu pink teddy bear yang ia benci.

Syera, sahabat Aura yang sangat bawel itu mengeluarkan sorakkan nyaring seperti toa mesjid. "AYO RA! LO PASTI BISA!"

Hanya menghiraukan sorakkan kedua sahabatnya, Aura benar-benar tak peduli dengan hal tersebut. Ia hanya fokus pada lelaki di hadapannya ini. Yaps, fokus menatapnya sambil mengumpulkan energi untuk memukul Gavin.

''Sekali lagi lo berani kabur dari piket, gue bisa patahin tulang tangan lo!'' Aura menatap tajam mata Gavin. Senyum melengkung dari bibir Gavin yang membuatnya tambah kesal setengah mati. Gavin memang begitu, sangat senang membuat orang marah atas dirinya sendiri. Bahagia diatas penderitaan orang lain, itu kata-kata yang cocok untuk seorang Gavin Chandra. Bagi wanita seantero sekolah, sangat mengidamkan untuk bisa dekat dengan seorang Gavin. Lelaki cool, tampan, bertubuh tinggi, ia bisa dikatakan most wanted di SMA Angkasa ini. Sangat beda dimata Aura, lelaki ini sangat menyebalkan.

''Lo emang setia sama gue ya, Ra'' basi Gavin sambil menatap wajah Aura yang sedang menyimpan amarah padanya.

''Setia apaan?'' tanya Aura ketus, membuat Gavin semakin semangat menjahilinya.

''Tiap hari Senin selalu dampingin gue kemanapun gue lari.''

''Iya Gavin. Gue selalu setia untuk ngehabisin lo!''

Aura tertawa jahat. Sedangkan Gavin tersenyum tanpa dosa. Melihat mereka seperti itu, sangat membuat iri para perempuan seantero sekolah. Hampir saja Aura lupa untuk memenuhi targetnya, ia kembali memukul Gavin dengan sapu. Seperti rutinitas menurut Aura.

''BUSET NI ANAK! GA HENTI-HENTINYA LO GINIIN GUE!''

''MAKANYA LO KEMBALI KE KELAS, TAROH TAS LO ITU, PIKET SEKARANG JUGA!'' teriak Aura yang membuat orang-orangnya mendengar bergidik ngeri, kecuali Gavin, karena ia sangat terbiasa akan hal itu. Gavin berpikir sebentar, lalu ia memiliki ide cemerlang untuk kali ini.

''Ra, ada pesawat mau jatuh tu di atas!'' seru Gavin, sambil berakting ketakutan.

''Basi. Gamau liat gue, pasti itu cuman modal dusta lo ajakan buat kabur dari serangan gue?'' Pertanyaan Aura membuat Gavin terkekeh sendiri. Kali ini rencanya sudah ketahuan oleh Aura.

''Ayo sekarang lo piket!'' Aura benar-benar lelah sekarang. Ia menghempaskan sapu pink itu ke lantai. Ia menjauh dari Gavin, lalu pergi kemana saja yang membuatnya tenang. Melihat itu, Syera dan Windy segera menghampiri Aura. Gavin mematung ditempat, mengingat kesalahnnya di setiap hari Senin pada Aura mungkin itu yang membuat Aura semakin membencinya.

''Sekali-kali lah lo piket, Vin. Bahagia-in tuh si Aura.'' pinta Windy yang melewati dirinya. Mendengar perkataan Windy, Gavin langsung mengambil sapu pink teddy bear itu dan membawanya kekelas saat itu juga.

Gavin membuka pintu kelas. Ia melihat Aura membereskan kursi-kursi kelas yang berantakan. Kebetulan hari piket mereka sama, jadi Aura bisa mengawasi Gavin agar selalu piket.

''Puas lo?'' tanya Gavin ketus, dengan bosan ia menyapu lantai dari pojok kiri belakang. Tidak sengaja mata Gavin mengarah kedepa dan bertemu dengan mata Aura yang masih menyimpan amarah padanya. Aura segera mengalihkan pandangannya dari Gavin, ia tak ingin menambah rasa kesalnya. Di kelas hanya ada mereka berdua, Aura dan Gavin. Syera, Windy dan temannya yang lain sudah pulang duluan, mereka bisa sudah menjadi tua jika menunggu Gavin melaksanakan piket.

Tugas Gavin sudah selesai. Selama setengah tahun lebih berada di kelas ini, baru satu kali ini seorang Gavin Chandra melaksanakan piket, itupun karena paksaan dari Aura dan wali kelas mereka. Aura mengambil tas nya, lalu menghampiri Gavin yang sedang sibuk memasang jaket hitamnya.

''Thanks, Vin.'' Aura menepuk bahu Gavin dari belakang. Jujur saja, Gavin merasa kaget dibuatnya. Tidak pernah Aura berkata lembut seperti ini. Tidak disadari Gavin membuat senyuman di bibirnya, sayangnya Aura tidak melihatnya.

Aura berjalan menuju depan sekolahnya. Seperti biasa, ia menunggu Pa Ifan, supirnya untuk menjemputnya. Terdengar dari belakang suara motor yang mengampirinya. Dia adalah Gavin.

''Pulang sama siapa?'' tanya Gavin sambi membuka helm nya.

''Supir gue.'' jawab Aura singkat.

Bukan seperti lelaki biasa, Gavin tidak menawarkan tebengan pada Aura. Justru, Gavin langsung menyakan motor hitamnya, dan pergi meninggalkan Aura.

''Anjir juga tu anak.''

Kring....

Aura segera membuka benda pipih yang berbunyi di genggaman tangannya. Terlihat nama kontak bertuliskan Bunda diatas sana. Segera, Aura mengangkatnya.

''Halo, Bun?''

''Aura, kamu pulang pake taksi online, ya. Pa Ifan lagi sibuk ngurusin persalinan isterinya. Ayah gak bisa jemput, ada meeting di kantor.'' ucap Aryn, Bunda Aura diseberang sana. Ya, mau tak mau, Aura harus memesan taksi online sekarang.

''Iya, Bun''

Aura berdecih. Ia segera membuka dan memesan taksi online. Ada sesuatu hal yang membuat Aura kaget, tepukan tangan yang berada dibahunya. Dengan cepat, Aura segera balik arah, dan menemukan seseorang yang ia benci. Lelaki yang selalu membuat ia emosi.

Gavin Chandra.

***

Vote AuraGavin ya manteman.. Jangan lupa juga baca part yang lain!

See you..

AuragavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang