02. Tikus yang berbicara!

73 16 1
                                    

HUKUMAN dari Bu Selly, yang mengharuskan Aura menerimanya secara terpaksa. Sejak kejadian pertengkaran Gavin dan Arsen, Aura rela tidak mengerjakan tugas Matematikanya. Ini adalah hukuman kelima kalinya yang Aura terima dari Bu Selly, dan sebab akibatnya pun sama, tidak mengerjakan tugas Matematika. Hukuman yang Bu Selly berikan adalah membersihkan perpustakaan sekolah.

Aura berjalan santai menuju perpustakaan. Ia bersenandu kecil, seperti tidak ada masalah yang harus diselesaikan hari ini. Tangannya menainkan rambut panjangnya.

Pintu perpustakaan ia buka secara perlahan-lahan. Tidak ada siapapun disana, karena ini sudah jam pelajaran yang mengharuskan murid-murid tidak boleh kesana, kecuali meminjam buku. Penjaga perpustakaan juga tidak ada. Aura berjalan mengarah rak buku yang rada berantakan. Sebagai orang yang cinta kebersihan, Aura merapihkannya dengan semangat jiwa.

"WOY!"

Aura terkejut. Suara seorang lelaki yang lebih tinggi darinya, membuat ia mengelus dadanya.

"GAVIN!" Aura menarik ujung seragam Gavin. Ia nampak sebal dengan seorang lelaki ini.

"Ngapain lo kesini?" Aura mengangkat salah satu alisnya. Kedua tangannya ia lipat didepan dada.

"Liatin bidadari lagi bersih-bersih."

Begitulah Gavin. Selalu membuat amarahnya memuncak, tapi kadang juga membuat pipi Aura merona.

Aura berusaha menghiraukan Gavin yang sedang berdiri menatapnya. Namun, upaya itu tidak berhasil. Ia selalu gagal fokus untuk membersihkan rak-rak buku.

"Aduh Gavin, lebih baik lo ke kelas aja deh ya."

Aura mendorong badan Gavin untuk segera pergi dari perpustakaan ini. Tak berhasil juga.

Pandangan Gavin teralih pada depan pintu perpustakaan. Ia melihat penjaga perpustakaan yang akan memasuki pintu. Dengan segan, ia berlari cepat untuk bersembunyi dibawah meja.

Melihat hal itu, Aura tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya.

"sussst susst"

Suara Gavin yang berada di bawah meja itu membuat Aura risih. Pa Utsman, penjaga perpustakaan sudah memasuki perpustakaan dan disambut oleh senyum manis Aura.

"Eh, Pa Utsman, lagi ngapain kesini pa?"

"Seharusnya bapak yang nanya kamu. Kamu ngapain kesini?"

"Lagi ngelaksanain tugas dari ibu negara."

Aura tertawa, begitu dengan Pa Utsman. Pa Utsman sebenarnya tidak perlu bertanya lagi pada Aura, karena ia tau, Aura adalah langganan hukuman dari Bu Selly.

"Bikin Pa Utsman keluar dong."

Suara Gavin yang sangat pelan, sehingga tidak membuat Pa Utsman mendengarnya. Hanya Aura saja yang dapat mendengar. Dengan sengaja, Aura mempunyai ide baru. Mungkin ide ini akan membuatnya terbahak-bahak.

"PAAAA! ADA TIKUSSSSSS!" Aura menjerit sekencang mungkin, ber-akting ketakutan, membuat Pa Utsman benar-benar percaya dengan hal ini. Yang tidak diketahui oleh orang banyak, Aura mempunyai sifat jahil juga, namun ia sembunyikan sebagai cara-cara yang nantinya ia butuhkan.

"DIMANA?" Kini, Pa Utsman menjawab dengan kaget. Ia juga bingung, perpustakaan setiap pagi ia bersihkan, tapi kenapa ada tikus?

"Dibawah meja pak!"

Saat itu juga Gavin melototkan kedua matanya, mengerutkan dahinya. Kurang ajar sekali Aura. Gavin tidak bisa mencari cara lagi agar dirinya lolos kali ini. Sebelumnya, Gavin pernah dihukum Pa Utsman gara-gara ia melakukan sebuah prank ke lelaki paruh baya itu. Ia mendandani dirinya seperti kuntilanak, dan di senja hari, ia melakukan aksinya di perpustakaan. Tidak sendirian, ia dibantu sahabat gilanya.

AuragavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang