01. Gavin & Arsen

106 21 2
                                    

ADA seorang Gavin yang berhasil membuat Aura mematung di tempat. Sejak kapan Gavin menghampirinya? Bukankah ia tadi pergi bersama motor hitamnya? Itulah pertanyaan yang muncul dibenak Aura.

''Gavin?'' Hanya itu saja kata-kata yang Aura lontarkan. Ia menatap mata Gavin yang juga menatap matanya secara bersamaan.

''Lo bingung gue ada disini?'' Pertanyaan Gavin seolah-olah tahu apa yang dipikirkan Aura sejak tadi. Diakhir katanya, tawa singkat Gavin muncul yang bisa membuat siapa saja meleleh melihatnya.

''Yaiyalah! Kan barusan lo pergi!'' Seperti biasa, jawaban Aura yang sangat ketus membuat Gavin semakin senang mendengar.

Suasana sekolah sangat sepi, tidak ada suara siapapun disana. Biasanya suasana hampir senja begini, sekolah ingin dikunci, itulah yang membuat Aura takut untuk menunggu jemputan terlalu lama. Aura melirik jam tangan pink nya, ia tampak khawatir terhadap dirinya sendiri.

Sedari tadi, Gavin melirik ke arah Aura. Wanita itu tampak menggemaskan bagi Gavin, ia mendekat ke arah Aura.

''Mau pulang bareng, nyonya?'' tanya Gavin sambil tersenyum jahil.

''Idih..Mendingan gue pulang sama om ojek dari pada sama orang gembel!'' Aura melototkan kedua matanya, ia sangat menggemaskan.

Ada sesuatu hal yang membuat terdiam. Rintikan air terasa di tangan Aura. Satu persatu, air itu semakin deras. Hujan yang membasahi hari penuh cerita kali ini. Aura segera mengambil jaket pink nya dalam tas, dan menyelimuti dirinya dengan jaket. Gavin yang berdiri disamping Aura langsung menaiki motor hitamnya, lalu memasang helm miliknya.

''Lo kebal kan sama air hujan?" Tanya Gavin yang membuat Aura diam seribu bahasa.

''Ayo naik.'' Belum Aura menjawab pertanyaan yang baru ia tanyakan, Gavin langsung menawarkan Aura untuk pulang bersamanya.

''Gak, thanks. Ini gue lagi mesan ojol, jaringannya lelet banget kaya otak lo.''

Dalam hitungan beberapa detik, hujan mulai melebat. Gavin langsung menarik tangan Aura, memaksanya untuk pulang bersama. Ingin menolak, tapi ia harus berapa lama menunggu hujan reda?

''Ih.. apaan sih?'' Aura berusaha melepaskan genggaman Gavin dari tangannya.

''Dasar bawel! Hati-hati loh dibawa abang ojeknya..'' Disertai senyum jahil Gavin.

Ya, mau tak mau Aura ikut dengan Gavin. Aura merasa senang seketika. Seseorang yang selalu membuatnya emosi kini bisa membuat ia dinaungi oleh kebahagiaan. Aura menikmati suasana seperti ini. Menikmati hujan yang memunculkan rintikan air disetiap detiknya. Aura tidak menghiraukan dirinya bisa sakit, sebab hujan. Yang ia pikirkan sekarang, air hujan yang bisa membuat sakit, akan bisa membuat dirinya bahagia. Bersama Gavin Chandra.

Setelah beberapa lama menikmati air hujan, motor hitam Gavin menyinggahi sebuah rumah besar. Aura terseenyum singkat.

''Terimakasih bang ojol.'' Aura tersenyum manis, dibalas anggukan singkat oleh Gavin.

Tanpa beberapa patah kata, Gavin langsung menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Hari ini cukup bermakna bagi Aura. Seseorang yang bisa membuat kita sebal akan bisa menjadi kenangan manis yang bisa terukir di memori kita masing-masing.

***

''AURAAA!'' Teriak Syera yang terlihat panik mengusik semangat Aura bersekolah di pagi ini. Aura sedang berjalan melalui koridor sekolah untuk menuju kelasnya. Dengan tergesa-gesa Syera berlari menuju Aura. Saat ini sekolah sangat sepi, karena Aura terpaksa berangkat pagi-pagi untuk menyalin tugas Matematika milik Syera. Aura bukan orang yang pandai dalam bidang Matematika.

AuragavinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang