TIGA #

547 14 1
                                    

Author's POV

"Iraaaa, bangun sayang" seorang wanita paruh baya mengetuk pintu kamar Ira dan ingin membangunkan gadis itu dari tidur kebo-nya.

"Mmmmhhh hoooaaahh" mulut Ira terbuka lebar untuk menguap sambil merenggangkan otot-otot nya yang kaku. Siapa sih pagi-pagi gini yang mengganggu tidur cantiknya.
Itu suara mama bukan sih???

Sadar dari alam mimpinya, Ira langsung loncat dari tempat tidur dan berlari membuka pintu kamarnya.

"Mamaaaaaa" teriak Ira girang setelah tahu siapa orang yang telah membangunkan tidur cantiknya. Gadis itu memeluk Mamanya, menyalurkan rasa rindu setelah sebulan tidak bertemu.

"Mama dateng kok nggak ngomong sama Ira sih!!???" Gerutunya dengan nada merajuk tanpa melepaskan pelukannya, hanya mendongakkan wajahnya dengan bibir yang mengerucut.

"Yang penting kan Mama udah disini, udah ketemu sama princess syalala nya mama" jawab sang mama sambil mencubit gemas pipi anaknya.

"Ihhhhh, mamaaaaaa, sakit tahu!!" Gadis itu merajuk, mengelus pipinya yang terasa sedikit panas karena cubitan gemas dari mamanya.

"Jangan manggil Ira gitu lagi Ma!!"
Demi dewa-dewi Yunani yang suka nyebarin mitos hoax, Namira merutuki dirinya sendiri yang menyebut dirinya sendiri Princess syalala sewaktu kecil. Memang ketika dia masih kecil, ketika ditanya waktu besar mau jadi apa, dia selalu menjawab ingin jadi Princess Syalala seperti Princess-princess mainan Barbie miliknya dan ingin hidup bahagia dengan pangeran berkuda yang tampan dan rupawan, kaya raya juga pastinya. Tapi tolong ya! Itu ketika dia masih kecil helaawwww!!!!! Bahkan sensor motorik otaknya masih belum bekerja dengan baik.

Menurutnya sangat menyebalkan ketika tiga orang yang sangat dia sayangi menyebutnya Princess Syalala dengan nada yang mengejek, siapa lagi kalau bukan Papa, Mama, dan kakaknya. Ingin sekali rasanya dia menyumpal mulut ketiga orang itu dengan lap meja jika tidak ingat bahwa azab kubur itu nyata.

"Papa mana Ma?" Tanya gadis itu sambil merenggangkan pelukannya.

"Itu Papa nonton TV di bawah, cepetan cuci muka sana, terus turun kebawah, anak perawan jam segini baru bangun, mau jadi apa kamu?" Mamanya menatap Ira dengan wajah judes yang dibuat-buat.

Suka heran sama orang-orang kalo ada yang melakukan kesalahan pasti ditanyain cita-cita. Etdahhhh.

.
.
.
"Papaaaaaaa" Namira berteriak dan berlari menuju Papanya, berhamburan memeluk pria separuh baya yang perutnya membuncit seperti orang hamil 10 bulan itu.

"Selamat pagi Princess syalala nya Papa, Gimana kabar hari ini? Jomblonya sudah mendingan belum?" Pria paruh baya itu melontarkan candaan yang mengingatkan putri nya pada kejadian memalukan tadi malam.

Flashback on

"Iya iya bentar, aku pamit dulu sama Rio Bang"

"Nggak usah pamit-pamit, kayak mau berangkat sekolah aja pamit-pamit"

Tut Tut Tut..........

Sambungan telepon diputus secara sepihak oleh Rama.

"Buset nih Abang gue, gue harus cepet balik nih, dari pada Abang ngamuk disini"

"Kenapa Ra?" Tanya Rio yang kini sudah berdiri di depannya.

"Abang gue udah jemput, gue pamit pulang ya?" Baru saja Namira membalikkan badannya, tiba-tiba Rio mencekal tangannya. Namira kembali menolehkan wajahnya pada Rio.

"Bentar Ra, aku mau ngomong bentar aja, 5 menit" kening Rio berkerut meminta persetujuan.

Lima menit itu udah waktu yang lama mengingat tabiat kakaknya yang over protektif akan mengamuk, menghunus pedang 212 nya.

My Protective AbangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang