Lalisa sedang membaca buku yang baru saja ia beli di toko buku kemarin. Sekarang jam kosong tetapi murid-murid di kelas ini masih terlihat tenang. Berbeda dengan kelas lain yang juga sedang kosong di gedung IPS. Kelasnya sangat ricuh dan ramai, bahkan suara gaduh mereka terdengar sampai gedung IPA.
"Bener-bener heran gue sama anak IPS." Rose berujar tiba-tiba. Mata gadis itu menatap keluar, menerawang apa yang kira-kira sedang dilakukan anak IPS hingga suara mereka bisa sampai ke sini.
"Kenapa?" tanya Lisa.
"Gede bener bacotnya," jawab Rose.
Lisa terkekeh geli. "Kalau udah bacot dari lahir emang susah ngilanginnya."
"Mereka udah bacot dari zigot deh kayaknya. Habis kayak udah pro banget itu cerewetnya," tambah Rose.
Lisa bagian tertawa saja. Kemudian Younghoon datang, menaruh sebuah buku tulis di atas tumpukan buku lainnya di atas meja Lisa. "Nih, udah selesai."
"Lama banget, sih," kata Rose. Sebenarnya hanya Lisa yang ditugasi untuk mengumpulkan, tapi sedari tadi Rose lah yang berkomentar.
"Dih kenapa lu yang bacot? Lisa aja biasa aja whek," balas Younghoon.
"Gue ke kantor guru dulu," pamit Lisa sambil beranjak karena semua buku tulis sudah dikumpulkan teman-temannya.
"Sendirian? Rose, lo gak mau nemenin Lisa?" tanya Younghoon.
"Mau tapi kaki gue habis keseleo gara-gara anak IPS kemarin. Bangsat lah," maki Rose.
"JIHYOOOOO, ROSE MISUH NIH, DENDA YAAAA," teriak Younghoon pada Jihyo, bendahara kelas mereka.
"Bangsat." Rose memaki lagi.
"JIHYO, ROSE MISUH LAGIII," lapor Younghoon lagi. Jihyo mengangkat jempolnya, tanda ia telah menerima aduan Younghoon.
Rose menghela nafas kasar. Ingin memaki lagi tapi itu akan membuat dendanya semakin bertambah.
Lisa terkekeh sebentar. "Yaudah, gue duluan nih."
"Gak mau gue anterin?" tawar Younghoon.
Lisa menggeleng. "Enggak. Bukunya cuma dikit, kok. Lagian gak jauh-jauh amat kan."
"Tapi ruang guru itu zona nya anak IPS juga," kata Younghoon, mengingatkan.
"Dih emang kenapa kalo anak IPS juga bisa masuk ruang guru?! Kalo mereka ngapa-ngapain Lisa gue bakar dah itu gedung IPS," sahut Rose.
Lisa tertawa, sedangkan Younghoon mendelik.
"Gak papa. Gue keluar ya."
•sepatu•
"Siapa yang tidak mengerjakan PR?" Bu Sunny bertanya pada murid kelas XI IPS-3, tapi tak ada yang menjawab. "Jangan berbohong. Murid kalian ada 34 dan buku tulis di depan saya sekarang cuma ada 4? Yang 30 kemana?"
Semua murid diam. Tidak semua sebenarnya karena beberapa lelaki di kelas itu malah terlihat santai dan mengobrol satu sama lain, walaupun dengan bisikan.
"Saya bertanya." Bu Sunny menekan kalimatnya.
"Bu, ini sudah 2019, kok masih ada PR sih?" Jungkook tiba-tiba membuka suara.
Di bangkunya, Jiho meringis karena sikap Jungkook yang sangat tak sopan barusan. Meskipun Jungkook yang berulah, dia pasti juga ikut disalahkan karena jabatannta adalah ketua kelas.
"Memang kenapa kalau masih ada PR? Bapak kepala sekolah tidak melarang itu," kata Bu Sunny.
"Berarti Bapak Kepala Sekolah kita gak mengikuti aturan pemerintah dong?" Jungkook membalas, alisnya ia naikkan, entah menantang atau apa. "Kita udah fullday, Bu. Pulang sekolah jam 4. Pulang sekolah belajar buat besok soalnya kalian para guru selalu menuntut kita buat paham sama materi sebelum kalian ngajar, biar kayak anak IPA. Kalau ada PR, gimana kita belajarnya, Bu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
sepatu • lizkook [Discontinue]
Fanfic-kita adalah sepasang sepatu. selalu bersama, tak bisa bersatu. dalam kamus murid SMA Nusa Raya, IPS dan IPA adalah dua jurusan yang tak akan pernah akur karena keduanya ditakdirkan untuk menjadi musuh bebuyutan. dari jaman pra-aksara, sampai jaman...