Cinta sejati itu rela berkorban untuk kebahagiaan pujaan hatinya,namun ia akan tetap tersenyum untuknya meski hatinya hancur berkeping-keping.
~Zielle Eugenia Lourdes~
..
.
"Zie,,tupperware loe tuh?"Clair menepuk punggung Zielle ketika gadis itu hendak melangkahkan kakinya keluar kelas dan menunjuk ke arah meja paling belakang. Zielle memutar badannya, menatap meja deretan ketiga paling belakang sambil menghela napas pendek. Di sana ada tupperware biru miliknya yang selalu bernasib sama, tidak pernah di sentuh sedikit pun oleh lelaki itu.
Tidak masalah, Zielle tidak pernah merasa kecewa sedikit pun atau dendam pada lelaki itu. Yang jelas, semuanya akan berlangsung menjadi baik-baik saja saat Zielle menatap wajah lelaki itu. Wajah yang tak pernah mengukir senyum itu, entah mengapa selalu bisa membuat Zielle merasa nyaman kala menatapnya.
Zielle meraih tupperware biru itu lalu membuka tutupnya, melihat roti panggang yang dia buat masih utuh. Ketika Zielle hendak menutup tupperware, sebuah tangan meraih setangkup roti yang ada di dalamnya. Otomatis membuat mata Zielle membelalak kaget dan dua detik berikutnya roti itu sudah terkoyak menjadi setengah, setengahnya lagi sudah tergiling di mulu Kane.
"KANE!" Zielle langsung melayangkan tinju ke badan subur Kane dengan sekuat tenaga. Alih-alih melampiaskan kesal karena setiap hari rotinya tidak pernah di sentuh oleh Javier.
"Cowok itu selain sinting ternyata dia juga kampungan, masa roti seenak ini kagak di makan sih! Lain kali kalau loe mau bawa buat dia bawain juga buat gue. Di jamin deh, tanpa nunggu sampe setengah hari tuh roti udah masuk dalam perut gue." Cerocos Kane dengan mulut penuh roti. Zielle mendelik, masih tidak rela roti persembahan untuk Javier itu mampir ke mulut Kane yang notabennya adalah cowo yang paling suka ngetawain dia.
"Sayangnya gue ngasih roti ini khusus untuk cowo yang gue cinta!Ngerti?!" Ucap Zielle sinis, lalu menginjak kaki Kane sebelum meninggalkan kelas. Zielle bisa mendengar suara pekikan Kane saat dia sudah berada di luar kelas.
.
."Fael..gimana sama usul gue kemarin?"Tanya Zielle pada Cadfael ketika sudah berjalan beriringan dengan Cadfael dan Clair.
"Aduh...gue belum tahu deh."
"Ihk...loe kok jadi gak jelas gitu?"
"Gini ya...Zie. Gue itu sibuk. Gue banyak kerjaan tiap hari, jadi gue belum bisa nepati janji gue sama loe."
"Sibuk apaan?"Suara Zielle mendadak cempreng dan itu membuat Clair yang berjalan di antara Cadfael dan Zielle mengernyit sambil melempar pandangan tak suka ke arah Zielle.
"Biasa aja kali Cla"
"Nama gue Clair bukan Cla."Protes Clair.
Zielle hanya memutar bola matanya malas, tidak berniat untuk berdebat dengan Clair yang dia inginkan saat ini hanyalah pembuktian janji Cadfael yang sempat mereka diskusikan beberapa hari lalu.
"Janji apaan sih?" Clair menatap Cadfael dan Zielle secara bergantian. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Clair, hanya keheningan yang tercipta setelah pertanyaan keluar dari mulut Clair. Clair menghela napas pendek lalu mempercepat langkahnya.
"Ehh,,jangan marah dong." Zielle menyambar tangan Clair sebelum lelaki yang tingginya setara dengan dia itu pergi menjauh.
"Makanya cerita! Loe berdua sih main rahasia-rahasiaan segala."
"Jadi gini..." Zielle ingin menjelaskan tapi bingung harus memulai dari mana.
"Si Zie nyuruh gue masuk latihan Taekwondo tempat cowo bodoh itu."Sahut Cadfael cepat, dia menatap Zielle kecut karena merasa gadis itu semakin hari semakin bodoh saja dan tingkah bodoh gadis itu membuat Cadfael semakin kesal dengan lelaki sok ganteng itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIELLE [ON GOING]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] S L O W U P D A T E "Cinta sejati itu rela berkorban untuk kebahagiaan pujaan hatinya,namun ia akan tetap tersenyum untuknya meski hatinya hancur berkeping-keping.Gue gak maksa Tian untuk balas cinta gue, karena gue gak per...