4. Tersayat

281 48 4
                                    

"Son Wendy, mau tidak jadi istriku?" Kedua binar itu penuh harap, penuh penantian. Normalnya jantung Chanyeol akan berdetak kencang saat berada bersama Wendy, bahkan saat melihat gadis itu dari jarak seratus meter pun jantungnya tetap akan berdetak kencang, malah terkadang dengan mendengar namanya saja sudah membuat Chanyeol salah tingkah. Namun yang satu ini lain, ia tak lagi merasakan jantungnya berdetak kencang. Jantung itu seakan mati, terlebih setelah melihat wajah itu, wajah seseorang yang meragu.

"Yeol, kamu yakin?" Tanyanya setelah beberapa saat terdiam membeku dalam dekapan Chanyeol. Dalam dekapan seseorang yang sedang berjuang menutup luka dari hatinya yang tersayat akan keraguan.

"Kenapa aku harus ragu?" Tanpa ragu Chanyeol tersenyum, senyum yang begitu getir terlihat. "I know you're the one when we first met. I know you're the one when you found your memory. Aku tahu Wen, aku yakin dengan perasaanku, dengan keputusanku. Cuma aku nggak tahu gimana di kamu, apa kamu masih percaya padaku atau sudah mulai meragu?"

"No no no, it's not like that..." Wendy membuang nafas, resah. Andai Chanyeol dengar, hatinya berdetak kencang saat Chanyeol mengutarakan kata-kata itu. Andai Chanyeol tahu bahwa dirinya pun ingin segera menjawab 'iya'. Namun ada satu bagian yang meragu. "Aku cuma..."

"It's okay Wen. Ini bukan pertanyaan yang bisa di jawab langsung, aku tahu. Kamu akan menghabiskan sisa hidupmu dengan orang yang sama. Aku tahu kamu butuh waktu untuk berfikir, nggak apa-apa. Aku ngerti kok" Binar itu berubah, luka lama kembali mengambil alih sebagian besar hatinya. Untuk yang pertama kalinya setelah sekian lama, Chanyeol benar-benar merasa hancur.

"Yeol please" Tentu Wendy menyadari perubahan binar itu. Segera terpikir olehnya perjalanan mereka berdua. Perjalanan panjang itu, luka dan air mata yang mereka bagi bersama. Cinta dan bahagia yang merka jalani bersama. Semuanya bersama. Mengapa aku ragu? Kenapa aku ragu pada seorang pria yang telah memberikan begitu banyak cinta dan kasihnya kepadaku? Kenapa aku ragu pada hati yang selalu ada untukku? Tidak, ini tidak benar. Chanyeol adalah orang yang tepat. Apa yang kau pikirkan Son Wendy!

"I'm sorry" Namun tetap, kata 'iya' serasa sulit sekali keluar dari mulutnya. Padahal ia menghendaki, padahal hatinya jelas milik Chanyeol, padahal logikanya pun tidak menentangnya untuk berkata iya.

"It's okay. Aku anterin ke apartemen kamu ya? Ini sudah malam" Aku sangat menantikan malam ini, setelah semua kerja kerasku selama ini aku hanya ingin menghadiahkan sebuah cincin berlian dan menanti jawaban yang kuharapkan itu darimu. Tapi jika kamu belum siap, tidak apa-apa. Aku selalu bisa menunggumu kembali Son Wendy, selalu.

Dan untuk malam ini, mengantarmu pulang adalah hal yang terbaik. Aku tidak ingin kau melihatku kecewa, aku tidak ingin kau melihatku hancur.

"Okay"

***

Malam berganti, hari berlalu. Dua pasangan paling romantis itu sudah jarang menunjukkan hubungan mereka di kantor. Chanyeol mengambil semua tawaran lagu yang ada, Wendy bekerja non-stop dalam bidang keuangan. Musim dingin sudah hampir berakhir, udara sudah semakin hangat akhir-akhir ini. Namun jawaban tak kunjung Chanyeol dapatkan. Ia pun tidak tahu pasti apa hubungannya masih berjalan baik dengan Wendy atau...

"Hai nona manis, makin sibuk aja kayaknya" Ucap Eric menyapa sahabatnya dengan santainya sambil meneguk segelas kopi yang mulai mendingin. Seseorang yang disapannya malah cemberut, malah seakan ia hampir meledak oleh amarah. Eric memang datang sedikit terlambat dari yang seharusnya, ya paling tidak sekitar tiga puluh menit? "Jangan cemberut dong kan telat dikit doang!"

"Dikit? Ric gue baru aja mau pergi karna gue pikir lo gak jadi dateng. Gue udah duduk di sini setengah jam nungguin lo tau nggak?!"

The Girl Next Door [OH HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang