Prolog

106 11 10
                                    

Kaki-kaki kecilnya berlari menerobos semak. Masuk kedalam hutan antah berantah, mencari perlindungan. Bibir mungilnya meringis kesakitan merasakan luka dilengannya yang mengucurkan darah segar. Ia meremas lengannya dan terus berlari. Apa? apa yang ia hindari?

Di sana, di belakangnya. Sekumpulan laki-laki tengah mengejarnya dengan kuda mereka, lengkap dengan senjata panah, seakan ia adalah hewan buruan.

Pssiuhh....

satu orang melepas anak panah. Bocah bersurai sewarna kayu itu menghindar. Luka dilengannya juga karena senjata itu.

"Sial!" orang itu mengumpat kesal. " Kejar!"

Ia terus berlari, tak peduli tanah hutan yang kasar telah merobek kulit kakinya yang lembut. Karena jika ia tertangkap, mungkin takkan ada lagi mentari esok. Namun, apa daya, ia hanyalah bocah 7 tahun. Langkahnya tak seberapa cepat hingga mampu mengalahkan kuda-kuda itu.

Terlalu panik sampai membuatnya tak melihat jalan. Ada akar kayu besar di depan. Dan benar saja, ia tersandung, hingga jatuh tersungkur.

"Cih, mau kabur kemana lagi kau monster kecil?" Mereka menatapnya seperti singa kelaparan.

Iris coklat indahnya basah, ia menangis ketakutan. Bertanya, kesalahan apa yang telah ia lakukan pada mereka? Kenapa mereka sebegitu bernafsu ingin memburunya? Ahh, percuma. Kabut kebencian telah menutup mata mereka.

"Tembak!" Satu komando dan belasan anak panah melesat angkuh ke arah bocah malang itu.

Ia berusaha bangkit, namun anak panah telah menyambutnya. Memaksanya kembali jatuh tak berdaya. Warna merah memenuhi tubuh mungilnya. Mereka tertawa. Puas!

Tapi, ia masih belum mati. Ia masih mendengar langkah kuda-kuda itu menjauh. Ia masih bisa merasakan sakit yang menelan sekujur tubuhnya. Dan, ia masih bisa melihat seseorang berjalan mendekatinya. Dalam pandangan yang mulai buram, ia bisa melihat sepasang kaki berbalut kain hitam melangkah mendekat. Apa yang orang ini inginkan? Menolongnya atau mempercepat kematiannya? Ah, mungkinkah ia malaikat maut?

"Betapa malangnya nasibmu, anak kecil. Mereka tega sekali pada bocah manis sepertimu."

Apa ini pendahuluan sebelum mencabut nyawa? Tapi kenapa suaranya terdengar menenangkan?

"Aku akan menolongmu. Aku akan memberikan kehidupan untukmu. Tapi, kau akan menjadi milikku."

Sebuah kontrak 'kah? Masa bodoh! Ia masih ingin hidup.

Dengan tenaga yang tersisa, bocah itu berusaha meraih sosok yang menawarinya kehidupan. Tapi ia terlalu jauh, tak mampu digapai. Napasnya semakin memendek, pandangannya sudah menggelap. Ahh, mungkin hidup kedua hanyalah angan. Ia terkulai di tanah yang telah bercampur darahnya.

Sosok itu mendekat dan mengangkat tubuh mungil bocah itu. Tersenyum. Senyum yang menyimpan banyak arti. Ia melesat, menghilang di antara pepohonan bersama tubuh bocah itu.

***

"ARRRGGHH!!"

Pusaran energi gelap keluar dari lingkaran sihir. Membungkus tubuh mungil di tengahnya. Energi itu berkobar, menciptakan gelombang udara yang besar. Mengobrak-abrik benda di sekitarnya. Setelah beberapa saat, energi itu mulai menipis. Menampakkan sosok mungil yang tertutupi sayap hitam.

"Kau telah terlahir sebagai makhluk baru, kehidupan baru dan identitas baru. Mulai saat ini dunia akan mengenalmu sebagai Vie of  Arc!"

Bocah itu membuka kelopak matanya. Menampakkan sepasang iris sewarna darah yang berkilat dalam kegelapan.

 Menampakkan sepasang iris sewarna darah yang berkilat dalam kegelapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Thank you for your vote!

The Dark Angel [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang