Chapter 2

39 6 0
                                    

Alyss, negeri yang kaya dan subur. Negeri dimana para manusia, siluman, monster dan makhluk immortal lainnya hidup berdampingan. Dipimpin oleh seorang raja dari kaum manusia dengan seorang perdana menteri dari bangsa Ent, monster yang wujudnya menyerupai tanaman, namun sangat mencintai perdamaian. Negeri Alyss terbilang cukup damai, meski terkadang ada pertikaian kecil antar penduduknya.

Di sepenjuru Alyss dikenal satu tempat yang tidak sembarang orang dapat memasukinya. Tanah terlarang, begitulah mereka menyebutnya. Di tanah itu berdiri sebuah kastil megah berusia ribuan tahun milik sang angel-fallen, sang bintang fajar, sang iblis, Lucifer.

Kastil Bolivar, adalah nama dari kediaman sang angel-fallen, berdiri jauh di ujung negeri Alyss, tidak terikat pada satupun kebijakan yang dibuat sang raja. Kastil Bolivar punya aturannya sendiri, punya pimpinannya sendiri. Semua orang tahu dan tak ada yang membantahnya. Karena semua orang pun tahu siapa saja yang tinggal dikastil tersebut. Sang iblis Lucifer dan mesin pembunuhnya.

Tap. Tap. Tap. Tap.

Langkah kaki Vie menggema di sepanjang lorong kastil. Ia berjalan menuju ruangan di ujung. Ruangan dengan pintu besar bercat emas. Disana sudah ada Rowan dan sang Tuan yang menunggu kedatangannya.

"Kalian sudah berkumpul," ucap pria berambut ikal bernama Samael itu.

"Jadi apa game kali ini, Tuan Samael?" Rowan bertanya.

"Aku sudah bilang kau istirahat untuk dua minggu ke depan." Raut wajah Rowan seketika mendung. "Tapi, aku punya game baru untuk Vie."

"Apa aku disini hanya untuk mendengarkan itu?"

"Diam!" Samael melempar tatapan tajam pada Rowan, membuat anak itu bergidik ngeri. "Aku memanggil kalian untuk sebuah tugas. Pergilah ke bar di Seattle dan ambilkan pesananku di sana," titahnya.

"Bar milik Eric?" tanya Rowan, rautnya menunjukkan ketidaksukaan.

"Ya."

"Cih!" Ia berdecih kesal, sudah jelas dia tidak menyukai tempat itu.

"Aku mengerti. Permisi." Vie menjawab dan langsung beranjak dari sana.

"Jangan membuang-buang waktu, Rowan." Teguran Samael mampu membuat Rowan melesat keluar dari ruangan itu.

***

Dalam waktu 5 menit mereka telah sampai di pusat Kota Seattle, kota yang lebih banyak dihuni monster dibandingkan manusia. Tujuan mereka adalah bar milik seseorang bernama Eric. Tempatnya masih cukup jauh dari pusat kota, harus memasuki gang kumuh yang penuh tumpukkan benda-benda kotor. Rowan sangat membenci hal itu.

"Aku benci tempat ini! Ini membuatku seperti tikus yang berjalan melewati gang kotor! Banyak sampah disini, bau busuknya bisa membuat pakaianku jadi jelek! Ini benar-benar menyiksaku!"

Pemuda bersurai merah itu merutuk sepanjang jalan, mengomel seperti ibu-ibu di pasar. Bagaimana dengan Vie? Pemuda itu tidak berbicara sepatah kata pun, bahkan tidak menunjukkan secuilpun ekspresi sejak tiba di Seattle. Ia sama sekali tidak peduli.

Setelah beberapa menit menyusuri gang dan beberapa jilid rutukan serta sumpah serapah yang keluar dari mulut Rowan, mereka pun sampai di sebuah bar yang bisa dibilang cukup berkelas. Entah kenapa bar bagus seperti ini bisa berada di ujung gang yang penuh sampah, sungguh pemilihan tempat yang unik—jika tidak ingin dibilang aneh.

"Hah, akhirnya aku terbebas dari kutukan gang itu!"

Seorang pelayan wanita bertubuh molek dengan pakaian minim menyambut kedatangan mereka. Membawa mereka ke meja yang kosong dan menawarkan pelayanan dengan nada bicara yang menggoda.

The Dark Angel [ Hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang