Chapter 1

7K 477 144
                                    

Ruangan itu gelap, sangat gelap, tak ada satu pun cahaya yang merembes masuk.
Suasana kian mencekam, di sertai dengan rongrongan angin kencang.
Bau dari tanah yang baru saja di guyur air hujan menggelitik indera penciuman.
Udara kotor di sekitar mampu mencekik paru-paru.

Kaki kecil tanpa alas kaki itu berjalan menelusuri sebuah lorong tanpa pendar cahaya lampu. Langkahnya berat nyaris terseret-seret.

Saat hendak melangkah lebih jauh, ia merasakan sebuah cairan lengket melekat pada kakinya. Dan bau ini, bau anyir yang khas. Dia tau apa ini. Dibawanya kaki itu berlari kencang, menuju satu titik yang menampilkan seberkas cahaya.
Ia jatuh terduduk, matanya membelalak, air mata mengalir deras ke pipinya.

Mayat. Ia menemukan setumpuk mayat, dengan leher yang nyaris putus, bola mata yang di cungkil, serta organ gerak yang tercerai-berai. Bagian dalam tubuh mereka terburai keluar. Jantung mereka sudah hilang entah kemana. Usus-usus itu dijadikan sebagai pengikat mulut, di putar melingkari bagian kepala. Bahkan tempurung kepala mereka sudah retak, cairan otaknya merembes keluar sedikit demi sedikit.

Rasa mual yang teramat sangat menerjangnya. Tanpa bisa di cegah, ia pun mengeluarkan semua isi perutnya. Tubuh kecil itu melemas, pandangannya mulai mengabur. Kegelapan sudah menjemputnya.

***

Bunyi jam weker menggema keras di segala penjuru kamar, mengusik ketenangan sesosok makhluk yang berbaring di sebuah tempat tidur. Ia menggeliat tak nyaman di balik selimut.

Kedua matanya terbuka pelan, ia bahkan baru tidur dua jam. Insomnia yang di alaminya semakin hari semakin bertambah parah. Ia bahkan bermimpi buruk dan berhalusinasi lagi.

Menyibak selimutnya kasar, ia terduduk di ranjang. Kantung matanya bertambah hitam dan kepalanya mulai berdenyut sakit. Pandangannya mulai mengabur.

Kenangan-kenangan pilu dan menyakitkan bahkan tak bisa meninggalkannya sendiri, tak bisa membiarkannya tidur dengan damai. Ia meringis pelan sembari mencari sesuatu yang ada di balik bantalnya.

Tangannya menyentuh suatu benda yang cukup panjang dan dingin. Ia menariknya keluar dari bawah bantal. Ia menggulung lengan piyama yang di pakainya ke atas.
Tanpa pikir panjang, ia menorehkan benda itu di lengan bagian atasnya. Tidak terlalu dalam, namun cukup mampu menghasilkan rasa sakit.

Luka basah itu berdenyut tak karuan, namun penglihatannya kembali menjadi jelas. Ia pun merasa sangat lega sakit di kepalanya sudah menghilang.

Ia melirik goresan panjang di lengannya, darah segar mengalir pelan dari sana.
Ia menikmati sensasi rasa sakit yang menderanya, rasa pedih yang membuat kedua matanya terbuka lebar dan pikirannya menjadi tenang kembali. Ia menyukainya.

Ia menjilati darah yang keluar sambil merenung. Ia tahu ia gila, ia kerap kali menyakiti dirinya sendiri, berusaha mencari setitik ketenangan.

Rasa sakit membuatnya terlena dan lupa akan mimpi-mimpi buruk yang di alaminya.
Kepalanya terasa ringan, dan pikirannya kembali jernih.

Luka dan rasa sakit ini membuatnya merasa nyata, menyadarkannya bahwa ia memang masih hidup. Terlebih lagi rasa ini bisa menghilangkan bayangan-bayangan gelap yang ada di kepalanya. Ya, walau hanya sejenak.

Setidaknya ia tidak menyakiti orang lain. Ia hanya menyakiti dirinya sendiri. Ia bebas melakukan apapun terhadap tubuhnya, ia yang memegang kontrol dan berkuasa atasnya. Dan ini bukanlah suatu tindakan kejahatan bukan?

Ripped Out - NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang