Chapter 4

2K 313 35
                                    

Namjoon mengalihkan fokus pandangnya keluar ke jendela. Ia sengaja membuka jendelanya lebar agar angin bisa masuk dengan bebas. Namjoon menyukai tempat duduk yang terletak di samping jendela, ia bisa melihat pemandangan dari arah luar jikalau bosan dengan pelajaran atau ia juga bisa mencari setitik ketenangan, seperti saat ini.

Kelas sudah lama berakhir, seluruh teman-teman sekelasnya sudah keluar dan pergi entah kemana. Dan sekarang Namjoon sedang sendirian. Ia menyukai kesendirian ini, begitu tenang dan damai. Hanya ada dirinya seorang, tak ada orang lain. Tak kan ada orang lain yang mengajaknya berkomunikasi, tak kan ada orang yang melakukan kontak fisik dengannya, tak kan ada seorang pun yang akan menyakitinya.

Namjoon memainkan pena yang ada di genggaman tangannya. Ia meneliti benda itu dengan seksama, seakan-akan hanya benda itu sajalah yang menarik perhatiannya. Kemudian pena itu terjatuh di atas meja, saat ingin mengambilnya kembali, kedua matanya tak sengaja mengamati telapak tangan kirinya.
Permukaannya sudah di balut dengan sebuah plester biru lucu bergambar koala. Namjoon menumbuk pandangannya pada benda itu.

"Aku terlalu ceroboh hari ini. Tak seharusnya aku melukai diriku di tempat yang mudah terlihat seperti ini." ucap Namjoon pelan, seakan sedang mengingatkan dirinya sendiri. "Aku akan membenturkan kepalaku saja ke tembok, lain kali." Ia mengelus pelan plester yang menutupi luka goresnya itu.

"Seokjin-hyung." gumamnya pelan, matanya menyipit, "Dia.. tidak melihatku melakukannya kan?" tanyanya entah pada siapa, karena jelas sekali hanya dirinya sendiri yang berada diruangan itu.

Namjoon menolehkan pandangannya lagi keluar jendela, matahari sudah mulai tenggelam. Ia sudah menunggu gadis yang menemuinya di gerbang tadi pagi selama dua jam. Dan ia merasa sangat bosan sekarang.

Apakah gadis itu hanya ingin mempermainkan dirinya saja?
Namjoon tak heran, walaupun IQ nya tinggi dan ia termasuk mahasiswa berprestasi, dia juga di cap sebagai makhluk anti-sosial dikampus ini. Dan mungkin saja gadis itu sedang bermain sebuah taruhan kecil dengan temannya, taruhan apakah ia bisa mengajak dirinya bersosialisasi atau tidak.
Ya, mungkin seperti itu. Akan Namjoon anggap seperti itu saja.

Bersosialisasi itu merupakan salah satu aktifitas yang merepotkan dan Namjoon sama sekali tidak menyukai kegiatan itu. Orang lain akan mengajakmu berbicara, namun sesungguhnya mereka tidak benar-benar sedang mendengarkanmu, mereka hanya menunggu. Mereka menunggu giliran mereka untuk berbicara. Mereka juga tidak benar-benar peduli pada apa yang kau bicarakan, apalagi pada apa yang tengah kau rasakan. Mereka hanya akan peduli pada diri mereka sendiri. Itulah manusia, selalu mementingkan dirinya sendiri dan Namjoon tidak bisa menyalahkan mereka semua karena hal itu.

Kegiatan bersosialisasi juga merupakan kegiatan yang dapat membahayakan diri. Orang-orang akan menyentuhnya, memegang tangannya, merangkulnya, atau apapun itu. Mereka akan selalu mencoba melakukan kontak fisik dengannya dan hal itu membuat Namjoon mual dan pusing. Mereka semua membuatnya gelisah dan tertekan. Namjoon khawatir mereka semua akan melukai dirinya.

Ia memang suka melukai dirinya sendiri untuk kabur dari kenyataan kelam dan mimpi-mimpi buruknya, namun bukan berarti ia suka di lukai oleh orang lain. Bukan, tidak seperti itu.

Pikiran Namjoon melalangbuana. Melayang entah kemana. Semilir angin terus menembus masuk dan menerbangkan helai demi helai rambutnya. Ia menghela nafas lelah.

Hari sudah mulai gelap dan dia memutuskan untuk segera pulang saja ke rumah. Ia mungkin akan mampir sebentar ke convenience store untuk membeli sesuatu. Sesuatu yang dapat mengisi perutnya, dan juga sesuatu hal lain seperti silet mungil yang baru.

***

Usai membereskan makhluk hina yang membuatnya begitu murka, Seokjin pergi meninggalkannya disana sendirian.
Ia sama sekali tak peduli gadis itu akan menangis pilu, atau dia akan berteriak kesetanan karena rasa perih pada lukanya atau malah pingsan akibat kehabisan darah.
Seokjin sama sekali tak peduli, kalau mau tahu.

Ripped Out - NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang