18. Can i see u again?

1.2K 128 3
                                    













Hyesu menunduk diam didepan pria paruh baya yang kini menggelengkan kepala melihat absensi dengan huruf A yang berurutan rapi. Pria paruh baya yang mendekati masa pensiun itu memijit pelipisnya membolak-balik lembar buku kehadiran siswa kelas 11-3. Pria paruh baya dengan pin bertuliskan nama Choi Yunjoong melepas kacamatanya. Tangannya menutup buku absensi dan menatap anak muridnya.

"Aku melihat perubahan drastis dalam dirimu selama sebulan akhir ini, kau absen hampir sebulan penuh, nilai ujianmu juga turun drastis. Ada apa denganmu? Kau sudah tidak ingin sekolah?" Pria yang menjabat sebagai guru konseling Hyesu kini bertanya dengan nada yang sedikit kecewa.

"Maaf saem, aku pergi selama itu karena ada masalah dengan orang tuaku," Hyesu mencoba mencari alasan yang tepat untuk menjawabnya.

"Kau tidak ingin mengatakannya padaku? Katakan terus terang, kau tau jika aku tidak suka ada fakta yang disembunyikan," Yunjoong mencoba membujuk gadis tersebut, bagaimanapun caranya gadis itu harus mengatakan masalah yang ia pikul. Sudah menjadi tugas pria itu sebagai wadah airmata siswanya dan mendengar keluh kesahnya.

Hyesu masih pada pendiriannya. "Aku sudah mengatakannya, aku memiliki masalah dengan orang tuaku, hanya itu,"

Mendengar jawabannya Yunjoong tidak bisa berkata. Karena ia tahu setiap manusia juga butuh ruang privasi, "Baiklah, kau kembali kekelasmu. Kau bisa datang padaku saat kau butuh tempat untuk mencurahkan masalahmu, aku siap mendengarnya, kapanpun." Yunjoong melemparkan senyum tulus pada gadis didepannya. Hyesu yang melihatnya membalas senyumnya singkat kemudian membungkuk hormat dan melesat pergi.

"Apa yang pria itu katakan?" Mindae menggigit camilan yang tersedia didepannya. Perutnya sudah terasa lapar sejak jam pelajaran baru dimulai pagi tadi.

"Hanya kecewa dengan absensiku," Hyesu membuang nafas kasar dan menyandarkan punggungnya. Matanya mengedar area kantin yang sedikit sepi. Kelas duabelas sudah libur dan menunggu sertifikat kelulusannya. Kantin akan diisi oleh ratusan siswa baru nantinya. Ia tidak akan melihat sebagian teman-temannya. Terutama Namjoon.

"Kau yakin hanya itu? Aku yakin dia mendesakmu untuk mengatakan apa masalahmu," Mindae menatap Hyesu penuh selidik.

"Ya, tapi aku tetap pada pendirianku, aku tidak mau mengatakannya. Aku juga punya privasi," ia menekuk garis bibirnya melengkung kebawah. Sementara Mindae hanya mengangguk menanggapi.

"Aku dapat kabar dari roomchat jika Namjoon masuk rumah sakit, apa itu benar?" Pertanyaan Mindae berhasil membuat gadis didepannya tersentak. Hampir saja ia terlonjak dari tempatnya.

"Ya, tapi dia sudah membaik sekarang," Hyesu menggigit sandwich coklatnya dengan takut-takut. Pandangannya mengalih menatap lain. Rasanya enggan ia menatap Mindae setelah dia mengatakan hal tersebut. Itu membuatnya kembali pada ingatan Namjoon yang terbaring lemah dengan wajah yang dipenuhi luka. Rasa sesak menghujamnya.

"Kau kenapa? Kenapa raut wajahmu jadi muram?" Mindae kembali melemparkan tatapan menyelidik. Hyesu tau, Mindae peka dengan perasaan seseorang hanya melalui wajahnya.

"T-tidak a-aku tidak---"

"Sudahlah, jangan terlarut dalam kesedihan, aku tau bagaimana rasanya jadi dirimu, pasti akan sangat menyakitkan melihat orang yang kita cintai harus masuk rumah sakit," Hyesu terkejut dengan apa yang Mindae katakan.

Matanya membulat sempurna menatap temannya yang kini menatap dirinya penuh iba dengan tangan yang mengusap lengannya lembut. "Ah, i-iya terima kasih Mindae, kau memang temanku yang paling baik." Hyesu memaksakan senyumnya dan menyambar botol minumnya. Dalam hatinya ia bersyukur Mindae tidak memaksanya mengatakan apa yang ada dipikirannya.

Sweet Bad Boy [Kim Namjoon] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang