1

48 2 0
                                    

elita pov
sesudah melihat kekejaman naomi ia sering sekali ketawa sendiri entah karena kebanyakan manggil arwah atau apalah dia sepertinya tambah gila

"elita aku tahu kau sedang memikirkan apa"
gawat
"eh hehehe maaf eh btw mana leon kok tu anak gak nunjukin batang hidungnya?"
"sepertinya dia sedang mencari informasi tentang sekolah ini"

ooooooo pantesan tu anak gak muncul dan ganguin aku ,kami berdua terus berbincang bincang tetang bagaimana kekuatan lawan kita ,naomi terus bercerita tentang seorang pembunuh yang sangat di takuti di suatu negara besar sangking ditakutinya dia termasuk buronan tingkat atas samapai sekarangkun ia tidak bisa di tangkap dan terus menjadi seorang pembunuh tingkat kakap

"kau tahu naomi sedaritadi aku tidak melihat ibu gradia"
"sepertinya dia sedang bertarung dengan sang kepala sekolah"
"masak sih?"
"dari wajah ibu gradia padasaat bertatapan dengan kepala sekolah itu sepertinya ia ingin sekali melenyapkanya"
"benener juga sih suruh siapa meremehkan kekuatan organisasi"

author pov
setelah melihat daftar peserta yang akan melawan mereka leon mengkampiri kedua wanita itu

"elita cepat bersiap selanjutnya adalah dirimu"
"heeeeeeeee padahal aku ingin bersantai sebentar"
"gak ada kata bersantai cepet bersiap ,jadi cewek jangan males"
"iya iya"

dengan malas elita beranjak dan pergi menuju tenpat peserta ,meninggalkan naomi dan leon

"naomi apa kau merasakanya?"
"iya"
"sepertinya dia akan menyaksikan pertarungan elita"
"hmmm sepertinya........ leon aku ingin menanyakan sesuatu"
"apa?"
"apa kau menyukai elita?"

seketika wajah leon memerah karena pertanyaan naomi namun ia mengingat masa kelam elita dulu iapun menunduk

"memang aku menyukai nya dari dulu namun kerana masa masa itu dia menutup hatinya rapat rapat agar masa kelam itu tidak terjadi lagi"

naomi yang mengerti hanya mengangguk dan beranjak menuju tempat peserta bersama leon

di sisi lain elita sedang mereganggakan tangan dan kakinya

"sepertinya kau sangat bersemangat"

elitapun menoleh ke samping menemukan dion yang sedang duduk di sebelah elita

"kakak inikan tempat untuk peserta"
"iyaiya gak usah sok iyaaa tahu situ ikut pertandingan"

elita hanya menyengir mendengar ucapan dari kakaknya memang dion sangat ingin mengikuti pertandingan ini namun sudah keduluan sama adiknya

"ngomong ngomong lawanmu seperti apa?"

"hmmmmm sepertinya dia seorang wanita tinggi berdada besar dan dari postur wajah dia agak sombong dan sepertinya tingginya melebihiku"

"heeeeeee dasar pendek"
"iiiiii kakak!"

dion hanya tertawa melihat tingkah adik semata wayangnya dan mengelus ujung kepala elita

"sudah lama yaaa aku tidak melihat kau beraksi"
"kakak liat saja aku pasti akan membuat balok yang sempurna"
"hahaha iya iya berjuanglah dan bawakan aku oleh oleh yaaa atau bawakan aku potongan dada"

"iiiiii kak dion mesummmm!!!"

elita pun beranjak dan meninggalkan dion di tempat peserta karena sebal dengan kakaknya yang mulai membuatnya geli

semoga dia tidak memakai amarahnya dalam membunuh

dion hanya memandang suram pada seorang wanita berbadan tinggi dan persis dengan yang di katakan elita
kerena wanita itu sedang berbicara dengan temanya leon menajamkan indra pendengaranya dan memusatkan pada wanita itu

"haha ternyata musuhku seorang cewek cupu ya?!"
"lexsi habisi saja dia atau kamu mutilasi saja"
"haha aku akan menghancurkan mentalnya dan membuat dia ketakutan baru aku akan memutilasinya"

dion sempat tersentak dengan pendengaranya
gawat elita pasti tidak akan bisa menahan emosi  aku akan turun tangan jika keadaan menjadi buruk

tiba tiba sachiko menghampiri dion

"onisan kau di panggil oleh ketua"

dion tersentak dan melesat menuju suatu ruangan di sana terdapat beberapa orang yang tengah mamandangi jendela stadion yang mengarah langsung pada arena

dion mengetuk pintu dan seorang pria menakai jas hitam membukakan pintu

"saya dion aleksander"

setelah mendengar namanya pria itu mempersilahkan dion masuk.
dion melangkahkan kakinya memasuki ruangan ia melihat seorang wanita duduk di kursi dan ada ibu gradia di sana

"lama tidak berjunpa ya dion "

dion tersentak dengan suara seorang wanita ,dion menatap penuh hormat pada seorang wanita beranbut panjang berwana hitam,memakai gaun merah darah yang sedang membelakanginya

"kenapa kau diam saja dion apakau lupa denganku?"
dion pun mulai mebungkung ,dan angkat bicara
"saya tidak pernah lupa dengan anda yang mulia "
"hahaha kau tidak berubahya selalu memanggilku sebutan itu ,santai saja kau bisa memanggilku dangan namaku jika kita hanya bebicara biasa tapi jika pada saat pertemuan penting kau bisa memangilku dengan sebutan itu"

"baik nona"

"nona apa hayoo?...."

"nona nagisa"

"hahaha tepat 😁"

"jadi ada perihal apa anda memanggil saya?"

"oh iya ini tentang adikmu"

dion langsung tersentak karena pokok pembicaraan ini mengarah pada adiknya

"dion apa elita sudah mengendalikan emosinya"

"sepertinya dia masih butuh pelatihan untuk menahan emosi"

"hmmmm karin jelaskan seperti apa musuh elita "

seorang wanita berambut coklat tua dan memakai kemeja hitam membawa beberapa kertas di tanganya

"baik , musuhnya kali ini ada seorang murid senior yang mulia ,lexsi jounata ,dia biasa membuat mental musuhnya hancur sebelum ia menghabisinya ,di sekolah ini dia biasa di juluki 'wanita berbisa'"

"hmmmmmm aku tidak yakin kalau elita bisa menahan emosi untuk pertandingan ini"

"iya yang mulia "

"jadiiii dion aku tugaskan kau turuntangan dalam hal ini kau tahu kan apa yang harus di lakukan?"

"baik nona"

dion membungkuk menberi hormat dan meninggalkan ruangan

aku akan melindungi adikku apapun caranya..

psychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang