(#4)

30 5 0
                                    

*Deg
*Deg
*Deg
Seketika aku terdiam lalu membalas..

***

"Emang kamu mau ngomongin apa?" balasku.

Bercucuran keringat dingin dan AC mobil yang menyala semakin membuatku takut menerima sebuah jawaban.

"Jadi, besok aku mau balik ke Jakarta. Kalo bisa besok kita ketemu lagi mau ga? Ya, itung-itung pertemuan terakhir" katanya di chat.
"Secepat itu kah? Kirain kamu balik ke Jakarta tahun depan nyatanya besok ya. Insyaallah aku usahain bisa ya"

Mendengar info itu darinya, aku memikirkan sebuah harapan yang tlah ku ukir sejak tadi. Aku takut dia singgah padaku tetapi dia sungguh pada orang lain.

"Usahain bisa dong. Yauda sih aku cuma mau ngomong itu doang. Oh iya, btw kamu lagi dimana?"
"Aku lagi otw nih bareng keluarga hehe. Emang kenapa?"
"Oh gitu ya, ngga ada apa-apa ko. Yauda lanjutin aja aku juga mau packing baju yang mau aku bawa"

Lalu aku pun berkata lewat VN.

"Jangan lupain aku ya"

Dan dia pun membalas.

"Tak akan"

Saat itu juga aku takut kehilangan untuk yang kedua kalinya. Di sisi lain sebenarnya aku bukan siapa-siapa, aku belum menjadi prioritasnya. Tapi ntah kenapa hati ini tak rela jika harus berpisah.

Di dalam mobil yang melaju ntah bertujuan kemana, aku sedih dan memikirkan semua hal yang tidak pernah aku pikirkan.

"Yah, kita ke Bandung aja gimana? Nanti kita booking hotel aja kalo ayah cape" kata Ibu.
"Kalo itu mau ibu, ayah nurutin aja deh"

Mendengar itu semua, aku merasa bingung. Sedih, memikirkan hal yang tak penting, dan sekarang aku harus merasakan bingung. Apakah ini sebuah ujian?

"Yah? Kita mau ke Bandung? Padahalkan restoran di Majalengka juga banyak" protesku.
"Inge, kita kan udah jarang ke Bandung mumpung sekarang ayah dan ibu punya waktu kenapa engga kan?" kata Ibu yang kekeh.
"Tau gitu, Inge di rumah"
"Udah dong Nge sesekali nurutin mau ibumu" kata Ayah.

Berusaha tenang menghadapi ini.

***

21.30 malam kami sampai di tempat makan yang biasa kami kunjungi dan itu berada di daerah Lembang.

Melihat ibu yang sedang booking hotel, aku semakin kesal. Ingin sekali menangis dengan kencang tapi aku merasa sudah lelah.

***

"Duh, bilang ke Awan ga ya kalo besok aku ga bisa datang. Tapi kalau aku bilang yang ada dia bakalan kecewa" kataku di dalam hati sambil kebingungan.

Aku pun menelpon Cece dan mencari tempat yang damai.

*Memanggil
*Berdering
*00.01 terhubung

"Ce? Belum tidur kan?" kataku.
"Belum ko belum, kenapa?"
"A a a aku mau minta tolong, boleh ga?"
"Emang kenapa? Ada problem?"
"Iya nih, aku kan lagi di Bandung  kemungkinan besok aku pulang dan Nouhan besok mau balik ke Jakarta. Kamu mau ga ketemu bareng dia ngewakilin aku?"
"Waduh ko bisa gitu sih"
"Iya nih, gatau Nouhan bilangnya dadakan. Aku mau bilang tapi takut dianya kecewa"
"Kecewa itu pasti Nge" kata Cece dengan suara yang meyakinkan.

Setelah Cece berbicara seperti itu aku merasa tak tau harus bagaimana lagi yang aku tau, aku hanya bisa menangis dan menangis.

"Ce kamu mau ya bantuin aku" kataku dengan nada menurun.
"Iya Nge aku mau ko bantuin kamu"
"Makasih Ce, kamu udah mau bantuin aku"
"Iya masama"

***

07.59 pagi aku terdiam di balkon hotel, menikmati kekacauan yang sedang aku rasakan saat ini. Aku tau, Bandung itu menyenangkan semua orang melampiaskan keluh kesahnya di kota ini tetapi tidak bagiku sekarang karena hari ini adalah hari dimana aku takkan bertemu lagi dengannya.

"P"
"Kamu jadikan nemuin aku?" chat dari Nouhan.

Aku tidak membalas pesan itu darinya, tetapi aku memilih menjelaskan semua ini lewat Video Call.

Video Call pun terhubung.

Aku : Maaf ya, aku ngga bisa nemuin kamu di Cafe Shop siang nanti

Nouhan : Emang nya kenapa? Ko gitu?

Aku : Maaf, aku udah buat kamu merasa kecewa. Tapi ini semua bukan mau ku. Ini mau ibuku (dengan nada merendah)

Nouhan : Hmmm, yauda gapapa ko aku bisa ngertiin kamu. Lagian kan aku kasih tau kamu dadakan berarti salah aku juga dong

Aku : Ngga ini bukan salah kamu, ini salah aku (dengan muka menunduk dan menangis)

Nouhan : Ko kamu nangis? Kamu ga perlu nangis lagi. Ga ada yang perlu di tangisin, sekarang kamu nikmatin aja liburan disana

Aku : Tapi kamu ga kecewa kan?

Nouhan : Ngga kok (dengan nada yang berbeda)

Aku : Maaf-in aku ya, aku janji gabakal lupain kamu. Hati-hati

Nouhan : Aku juga Nge, ga bakalan lupain kamu

Selama 30 menit kami ngobrol banyak sekali, Nouhan akhirnya sudah mau mengerti dan aku merasa lega. Sebenarnya aku, ingin bertemu dia untuk yang terakhir kalinya mungkin esok dan seterusnya aku akan bertemu dia lewat Video Call.

Tak lupa aku mengabari Cece dan aku bilang kalo kamu gausah temuin Nouhan.

11.10 siang akhirnya aku pulang, dengan hati yang kosong inilah aku tak tau harus bagaimana.

'' Semoga yang berjarak
Hanya raga kita
Bukan hati kita ''

RELATIONSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang