Ngidam - 1

225 12 1
                                    

Seorang wanita cantik memberenggut kesal pada suaminya, sudah tiga jam dia menunggu suaminya kembali, tapi rasanya seperti sudah duduk dan menunggu selama setahun! Padahal suaminya hanya pergi ke mal terdekat untuk membelikannya es krim. Oh, jangan lupakan hujan deras diluar sana. Lagi-lagi dia berhasil menang dengan suaminya, dia berhasil membujuk suaminya agar menuruti keinginannya.

"Ohayou~" dia menggumam, sambil mengelus perutnya yang sedikit membuncit, bahkan tadi pagi, saat dia dan suaminya baru saja bangun, mereka mengawali hari ini dengan pertengkaran. Ya, itu karena dia ingin menggunakan pakaian kotor soaminya. Dan jadilah mereka terlibat pertengkaran. Mudah ditebak, dia menang, dan suaminya yang mengalah.

"Kamu selalu menang lawan Ayahmu, ya." bibirnya masih mengerucut kesal, pandangannya menerawang panjang pada gerbang megah rumahnya. Belum ada tanda-tanda kedatangan sang suami, dengan sekantung es krim yang ia idamkan. "Ayahmu lama!"

Dia berjalan menuju telpon rumahnya, menekan sederet angka dan memulai panggilan suara. Tepat setelah tiga kali nada tunggu, sebuah suara menyapa dari sana dengan ramah.

"Dengan Erumi Cafe?" wanitanitu memainkan ujung rambutnya, bibirnya mengerucut lucu seperti anak kecil. "Ya." lalu dia mengangguk girang setelah pelayan disana menanyakan apakah dia ingin memesan es krim. "Empat! Vanilla, Coklat, Bluberry, dan Lecy. Pembayaran dilakukan ditempat." senyum kecil terkembang sesaat dibibirnya, sebelum bunyi bel menginterupsi imaji indahnya tentang es krim dipagi hari pada cuaca dingin.

"Siapa?" matanya membulat kaget, didepan daun pintu, seorang pria tinggi terlihat basah kuyup dengan sekantung belanjaan pada tangan kirinya, dan tangan kanannya yang melayang diudara menegaskan kalau dialah yang baru saja mengetuk pintu.

"Oh. Kirain kurir es krim." calon ibu muda itu melengos masuk, meninggalkan suaminya tanpa berkata apapun lagi.

"Sayang... Kamu kok gitu. Ini udah aku beliin es krim lho." mungkin dia harus meluluhkan hati istrinya. Dasar ibu hamil, bisanya bikin tensi orang naik saja.

"Jangan cemberut gitu dong, nanti anak kita lahirnya cemberut terus lho..."

"Biarin!"

"Jangan dong! Kalo gitu, sini! Aku suapin es krim gimana?"

"Nggak mau, makan aja sendiri!"

Lelaki itu diam, menatap istrinya dari atas hingga kebawah. Memperhatikan istrinya yang duduk dengan kedua kaki ia naikkan diatas sofa, dan memainkannremot teve asal. Bibir yang mengerucut, kedua alis yang nyaris bersatu, pemandangan yang membuatnya tidak pernah berhenti tersenyum sepanjang harinya.

"Yaudah, kamu mau apa?" dia menghampiri istrinya, memeluk pinggang istrinya lalu mengelus perut yang nyaris membulat seperti bola.

"Aku yang kasih nama anak kita." Oh, permintaan sederhana rupanya.

"Oke."

"Kok kamu pasrah sih? Ngelawan dong harusnya!" sang suami hanya menggeleng, lalu senyum terkembang dibibirnya. "Tanpa kamu pinta pun, aku akan serahin tugas itu sama kamu. Karna menurutku, kamu yang paling tahu, nama terbaik untuk anak kita."

"Lagi pula, kamu selalu menang dari aku."

"Jadi, setuju, kalo dia kita kasih nama Viktor?" salah satu alis suaminya terangkat naik, tidak buruk juga. "Kan dia yang bikin aku menang terus dari kamu."

"Iya deh, iya." lalu ia mengecup puncak kepala istrinya, yang dibalas dengan bibiryang mengerucut sebal.
.
.
.

To

Be

Continued

Next, Valeria Guntur

Omen Love StoriesWhere stories live. Discover now