O7 ; Keseriusan Jihoon

7K 1.1K 108
                                    

[Warning : Cerita ini hanya fiktif belaka. Bila ada sifat pemain yang kurang berkenan, ini hanya ada dalam cerita ini]

***

Kamu merasa kesal. Sebab, kemarin Jihoon berlatih dance bersama Ryujin dan tidak mengantarmu pulang padahal ia sudah berjanji sebelumnya. Sebenarnya hal ini sepele sekali, tapi kamu cemburu melihat gerakan dance Jihoon dan Ryujin yang terlihat intim sekali.

"Sayang, udah dong jangan ngambek terus. Kemarin kan aku gak sempet ngabarin kamu,"

Kamu tetap meringkuk di atas kasurmu dan tidak ada niat untuk beranjak dari posisimu yang membelakangi Jihoon.

"Saking asiknya latihan sama Ryujin sampe gak inget pacarnya yang lagi nungguin, ya?" cibirmu.

Jihoon meraih pundakmu, membawa tubuhmu untuk menghadapnya. " (Y/n), ngertiin aku dong, kemarin itu Kak Chan lagi galak-galaknya ngelatih buat lomba. Ayo dong jangan ngambek lagi, aku bawain martabak nih buat kamu," ucap Jihoon dengan senyum manisnya lalu beranjak untuk meraih bungkusan berisi martabak.

Entah kenapa emosimu terasa meledak-ledak saat ini, kamu tidak tahu apa yang terjadi pada dirimu sendiri. Namun, tanpa sadar tanganmu melayang memukul bungkusan yang dibawa Jihoon, membuat isinya berceceran di atas lantai kamarmu.

BRAK!

"Pergi! Urusin aja sana club dance lo, gausah mikirin gue!" teriakmu, dan entah sejak kapan kamu sudah menangis sesenggukan.


***


Kamu merutuki kecerobohanmu yang tidak menyadari bahwa saat ini adalah periode datang bulanmu. Kamu menyesal telah berperilaku buruk pada Jihoon hari kemarin.

Hari ini kamu berniat untuk meminta maaf kepadanya.

Namun, saat tiba di kelas kamu tidak melihat batang hidung Jihoon.

"Han, Jihoon belum dateng?" tanyaku pada Hana yang tengah menyalin tugas dari buku Asahi.

Hana menoleh ke arahku. "Udah, tadi gue ketemu dia di gerbang tapi gak tau tuh kok sampe sekarang belum sampe di kelas."

Kamu pun mengangguk dan memutuskan untuk duduk di bangkumu.




Kamu terus menekan tombol telepon pada ponselmu, berusaha menghubungi Jihoon yang hingga bel istirahat pertama berbunyi ia sama sekali tidak menampakan wujudnya. Alih-alih menunggu jawaban Jihoon, kamu pun segera melangkah mencari Jihoon di setiap sudut sekolah.

Nihil! Tapi, ada satu tempat yang belum kamu kunjungi, ruang latihan dance.

BUGH!

Kamu tersentak saat mendengar hantaman keras dari dalam ruang latihan dance. Penasaran, kamu pun mengintip dari celah jendela yang sedikit terbuka.

Terkejut! Kamu melihat Jihoon tersungkur di lantai. Di sana ada Kak Chan, Ryujin, dan juga Pak Hanbin, Guru Pembimbing.

"Hebat lo ya! Lo kira kompetisi ini cuma buat main-main aja?!"

"Mana kata-kata lo waktu itu yang mau berjuang biar bisa banggain sekolah?!"

"Lo sendiri kan yang bilang kalo ikut kompetisi ini tuh impian lo dari dulu? Gapi sekarang apa?! Lo malah nyia-nyiain kesempatan ini!"

"Bapak kecewa sama kamu, Hoon,"

Kamu mundur selangkah. Terkejut melihat kemarahan yang terjadi di dalam ruang latihan dance.





***




Sepulang sekolah, kamu sengaja duduk di halte, menunggu Jihoon lewat di hadapanmu. Dan benar saja, Jihoon melintas dengan sepeda motor kesayangannya.

Dia berhenti tepat setelah kamu menyerukan namanya.

Jihoon tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa. "Tadi niatnya aku mau kabarin kamu, tapi ternyata hp aku lowbat. Untungnya kamu nunggu di sini," ucapnya.

Kamu menahan air matamu, entah apa yang membuatmu meragukan laki-laki sebaik Jihoon. Namun, akhirnya kini kamu sadar, Jihoon adalah laki-laki yang kau butuhkan selama ini.

Kamu memeluk erat tubuh Jihoon. "Kenapa sih lo baik banget? Kenapa juga lo harus keluar dari club dance, lo nyia-nyiain kesempatan tau gak?!"

"Loh emang gak boleh ya jadi orang yang baik banget? Enggak, aku gak nyia-nyiain kesempatan kok, aku cuma gak mau egois ngebiarin kamu sedih liat aku sibuk sama club dance aku,"

"Tapi ini berlebihan, Jihoon. Lagian gue juga yang salah kok, waktu itu gue PMS jadi emosi gue lagi gak menentu. Maafin gue,"

"Udah kamu gak perlu minta maaf gitu,"

Kamu menatap Jihoon dengan lelehan air mata di pipimu yang kemudian dihapus oleh tangan Jihoon. "Tapi kan kompetisi itu impian kamu dari dulu,"

"Iya sih, tapi impian aku yang bener-bener pengen aku capai itu milikin kamu, jadi aku gak nyesel gak ikut kompetisi itu."

Kamu menatap Jihoon kesal. Bisa-bisanya ia berkata santai seperti itu dengan kekehan tanpa dosanya.

 Bisa-bisanya ia berkata santai seperti itu dengan kekehan tanpa dosanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun, kamu akhirnya tidak bisa menahan senyummu saat melihat Jihoon.

Kamu merasa beruntung sekali mendapatkan laki-laki sepertinya. Ya, walaupun awalnya ragu, tapi kini kamu benar-benar yakin dengannya.

***

Long time no see guys 😚😚

Time ; Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang