Part 2 ~ Memandang Kamu

71 28 29
                                    

Menatap, Memandang, Mengagumi
Refleksku ketika didekatmu

Tersenyum, Tersipu dan Terpesona
Spontanku ketika memikirkanmu

*********************

Matahari tersenyum cerah pagi ini, kegelapan dan dinginnya malam telah berganti dengan kehangatan dari sang surya. Heningnya malam telah sirna oleh bunyi yang timbul dari aktivitas manusia. Sebagian besar manusia telah siap untuk melanjutkan aktivitas yang menantinya.

Dhea begitu semangat pagi ini. Kesedihan yang sempat melandanya tidak ia biarkan meruntuhkan semangatnya. Ia telah selesai melaksanakan ritual paginya dan kini telah siap berangkat menuju tempat yang selalu menuntutnya untuk mengerahkan segala tenaga dan pikiran.

"Selamat pagi Dhea" sapa salah seorang teman kantornya yang juga bekerja di bagian yang sama dengannya. "Pagi juga Rara." 

"Hey Dhe, udah dengar gosip terbaru gak?"

Dhea yang sudah berjalan menuju ruangannya berhenti melangkah dan kembali menoleh ke arah Rara. 

"Ada gosip apa lagi kali ini?" walaupun dia bukan tipe orang yang suka bergosip, tapi rasa penasarannya muncul. Berita apa lagi yang akan disampaikan oleh temannya kali ini.

Sebenarnya, Rara juga bukan termasuk tipe yang suka bergosip. Dia sama seperti Dhea lebih suka mendengarkan berita-berita yang masuk ketelinganya tanpa memberikan komentar yang berarti. Buat apa membicarakan dan mengurusi hidup orang lain. Mengurusi hidupnya saja kadang-kadang membuatnya lelah. Tapi karena Dhea tahu kalau Rara adalah orang yang hanya akan ikut bergosip jika sesuatu itu benar-benar mengusiknya, jadi menurutnya berita yang akan disampaikan Rara ini pasti berita yang perlu dan harus didengarnya. oleh karena itu Dhea menjadi semakin penasaran akan gosip yang akan disampaikan Rara.

"Masak sih kamu gak tahu? Padahal beritanya lagi heboh lho di kantor."

"Aku kan baru sampai, jadi gimana bisa langsung tahu. Emang ada berita heboh apa lagi pagi-pagi gini hingga membuat kantor jadi seperti studio gosipi?"

"Kamu harus tahu Dhe, kemarin ada yang lihat pak Rian lagi jalan berdua sama cewek! Catat ya cewek. Makhluk yang sama jenis kayak kita. Kamu kan tahu kalau selama ini Pak Rian gak pernah terlihat jalan berdua sama cewek.  Terus kemarin Siska anak sebelah cerita pas dia pergi nonton sama pacarnya, dia gak sengaja liat pak Rian lagi nonton disana juga sama cewek itu."

Dhea terdiam meskipun telinganya masih mendengarkan setiap ocehan Rara. Dia terdiam bukan karena memikirkan siapa Siska yang disebut Rara sebagai sumber berita dan orang yang digadang-gadang sebagai saksi kunci dalam berita yang sedang banyak dibicarakan oleh orang-orang di kantornya saat ini. Tapi yang membuatnya terpaku adalah mendengar nama lelaki itu. Mendengar fakta kalau Rian jalan berdua bersama seorang wanita. 

Seharusnya dia biasa saja. "Ya harusnya kamu biasa aja Dhe, gak perlu terkejut. Bukannya kamu sudah tahu bahwa hal seperti ini akan terjadi?" batin Dhea menyemangati dirinya. Namun, sekeras apa pun ia meyakinkan dirinya, rasa sesak itu tetap muncul menyelimuti hatinya, mengikis semangat yang telah dibangunnya sejak pagi. Biarpun hatinya menolak tapi Dhea tetap menguatkan diri mendengarkan kelanjutan dari cerita Rara. Membiarkan hatinya menikmati rasa yang sering dihindari oleh semua orang itu.

"Dan kamu tahu gak Dhe? Katanya cewek yang jalan sama pak Rian itu cantiknya kebangetan. Siska aja yang juga sama-sama cewek mengaku minder kalau disandingkan dengan cewek itu. Padahal menurut cowok-cowok di kantor ini, Siska itu termasuk cewek yang bikin mereka susah berkedip lho."

"Berarati cewek itu benar-benar cantik banget ya?" lirihnya

"Memangnya kamu tahu siapa cewek itu?" Lanjut Dhea ingin memastikan.

Satu ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang