BAB 2

378 55 56
                                    

Kini ketujuh remaja tadi sudah sampai di depan gedung. Menatap bangunan gedung yang sudah tidak terpakai dan tidak terurus. Semuanya tampak berantakan dengan banyak sekali tumbuhan liar dan beberapa coretan dengan berbagai gambar dan tulisan. Bedanya, bangunan ini masih menjulang kokoh.

Mereka berjejer menatap gedung itu dengan seksama. Semuanya melengkungkan senyuman kala melihat gedung itu tapi tidak dengan Emily. Dia hanya memandang gedung itu dalam diam. Memang terlihat seperti gedung biasa pada umumnya tapi entah kenapa perasaannya masih tidak enak, rasanya tidak tenang.

“Masuk sekarang?” tanya Noah pada keenam sahabatnya.

Semuanya mengangguk dan mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung dengan Noah yang berjalan lebih dulu di susul dengan Grey, Max, Mark, Sam, Alice dan Emily.

Mereka mengedarkan pandangan menatap suasana gedung yang begitu berantakan. Tak jarang juga mereka menemukan tikus yang juga melintas, membuat Alice dan Emily memekik terkaget. Tikus, sarang laba-laba dan kecoa ada dimana-dimana. Membuktikan kalau gedung ini sudah lama sekali di tinggalkan.

Entah kenapa semakin lama mereka masuk ke dalam gedung, pencahayaan semakin berkurang dan menjadi sangat minim. Alice dan Emily yang ketakutan langsung merapatkan tubuh mereka diantara para lelaki. Emily bahkan sampai menggigit kuku tangannya saking gelisah.

Mereka terus berjalan di lorong yang semakin gelap untuk mencari elevator. Suasana menjadi hening, mereka saling berpegangan tangan hingga akhirnya mereka sampai di ujung lorong.

Mereka semua berhenti dan menatap sebuah elevator yang sudah agak usang itu.

“Apa ini elevator yang kau maksud, Max?” tanya Noah sambil berjalan mendekati elevatornya. Mata elangnya terus menelisik takut-takut ada hal aneh atau mencurigakan di sana.

“Iya, itu elevatornya,” kata Max dengan yakin sambil menunjuk tulisan ‘Elevator’ di atasnya.

“Iya, itu elevatornya,” kata Max dengan yakin sambil menunjuk tulisan ‘Elevator’ di atasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Perasaan Emily semakin tidak enak. Dia memandangan dengan takut isi lorong ini. Keringat dingin sudah membasahi keningnya.

Ini benar-benar menyeramkan.
Grey yang peka terhadap situasi langsung mendekat ke arah Emily.

“Kenapa, Em?”

“Ayo kita pulang, Grey,” gumam Emily.

“Apa maksudmu dengan pulang? Kita sudah setengah jalan, Em,” kata Sam.

“Apa kau mau kita pulang dengan sia-sia?” balas Mark.

Emily hanya diam tapi tatapannya memancarkan aura ketakutan.

Hellevator ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang