Bab 4

269 41 23
                                    

Butuh beberapa menit untuk mereka menemukan elevator agar dapat masuk ke level dua ini.

Mereka tak hentinya mengumpati pria misterius itu. Level satu tadi cukup membuat mereka bergidik ngeri saat melihat ribuan jarum suntik menembus kulit putih milik Emily.

Grey saja sampai ikut meringis saat menolong Emily mencabuti semua jarum di tubuhnya.

Pintu elevator terbuka. Menampilkan sebuah lorong dengan pencahayaan yang minim. Lorong itu begitu kotor dan mengerikan.

Mereka mulai melangkahkan kakinya dengan ragu. Mata mereka begitu jeli menatap sekitar. Takut pria itu menaruh jebakan atau sebuah clue seperti yang dia pernah katakan.

"Grey," gumam Emily.

Grey yang memang di samping Emily karena memapahnya langsung mengalihkan pandangan, manatap wajah Emily.

Wajah cantik dan bibirnya terlihat pucat juga banyak sekali keringat di keningnya.

"Astaga, kau terlihat kesakitan, Em. Ayo kita duduk dulu," kata Grey dengan panik.

Grey lalu membantu Emily duduk di bawah dan menyandarkan punggung Emily dengan hati-hati.

Noah dan yang lainnya langsung menoleh ke belakang, menatap Emily. Tanpa menunggu lama, mereka segera menghampiri Emily dan Grey.

"Ada apa?" tanya Noah.

"Emily, dia kesakitan," jelas Grey.

Emily terus meringis kesakitan sambil memegang kepalanya. Napasnya juga terlihat terengah dan berat.

"Apa ini efek dari trap di level satu?" tanya Alice.

"Sepertinya," jawab Mark singkat.

Noah mengusap wajahnya gusar. Emily terlihat kesakitan sekali tapi dia dan yang lainnya tidak dapat berbuat apa-apa karena pria sialan itu memberikan penawarnya di level tiga.

"Sakit sekali," lirih Emily.

"Noah, bagaimana ini?" tanya Sam ikut panik.

"Ikuti permainannya dan menangkan. Aku yakin kita semua akan selamat," kata Noah mencoba tenang.

"Lebih baik kita diam saja di sini. Aku tidak mau mengikuti game sialan itu!" geram Max.

Sontak saja mereka langsung menatap Max dengan nyalang. Apa maksud Max berbicara seperti itu?

"Kau mau mati di lorong ini?" tanya Grey dingin.

"Mau itu di lorong ini atau di level berapa pun, kita semua akan mati, Grey," balas Max.

"Tapi setidaknya kita berusaha, Max," kata Alice.

Max mendecih sebal. "Apa katamu? Berusaha?" Max tersenyum kecut. "Kau tau jelas nasib Emily. Dia tadi berusaha di level satu tapi nyatanya dia juga terancam bahaya. Pria sialan itu menaruh penawarnya di level tiga, bagaimana kalau Emily mati di level dua ini?!"

"SHUT UP!" teriak Noah yang langsung membuat Max menjadi bungkam. "Emily takkan mati di level dua atau level berapa pun. Kita semua akan tetap hidup sampai akhir!"

Hellevator ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang