Pertama Melihat

51 11 6
                                    

"WOIII TA!!  JAGAIN YANG BENER WEI! GUE BELUM SELESE!" teriak Rizra panik saat pintu kelas terbuka sedikit akibat di dorong murid lelaki yang usil dari luar. Rizra sedang mengganti seragam hari Senin sekolahnya dengan pakaian khusus petugas upacara.

"IYA! IS ANJIR DAH SANA! SI RIZRA BELOM SELESE" Anita balas meneriaki dan menegur Raksa, cowok usil yang mendorong pintu kelas tadi. Raksa hanya menyengir tak merasa bersalah.

"CEPETAN! UPACARA MAU DIMULAI!!" Ervin sang ketua kelas 11 ia'2 datang meneriaki mereka.

"CEPETAN RIZ!" Anita berteriak mengingatkan.

Beberapa anggota OSIS diutus menjadi petugas upacara pada senin ini. Sobat Anita, Rizra salah satunya.

"IYE UDIN NIH UDIN!" Rizra balas berteriak pula.

"AYUK TURUN!" tanpa menunggu Rizra selesai merapikan seragam, Anita menarik tangan sahabatnya tersebut menuruni tangga dengan tergesa - gesa.

"WEI ANJIR! PELAN PELAN! NTAR NYUNGSREP TA! INI TANGGA WOEE!" lagi lagi, Rizra berteriak panik.

"KITA UDAH TELAT RIZRA! UDAH GOSAH BAC----------"
*BUKK

Belum Anita menyelesaikan kata katanya, ia menabrak seseorang hingga sedikit terhuyung. Untung saja ia punya sisa tenaga yang cukup untuk menyeimbangkan tubuhnya.

"Ee..?" Anita mengangkat kepalanya melihat wajah cowok yang ditabraknya.

"Eh maaf maaf bang!" serunya cepat kepada cowok yang ternyata kakak tingkatnya, dilihat dari tiga lambang garis yang tertempel di dada lelaki tersebut.  

"Kalian pergilah cepat menuju Lapangan. Upacara akan dimulai" hanya itu, dan ia berbalik diikuti dua temannya.

"Jangan dibawa hati ya. Emang gitu orangnya" ucap salah satu dari ketiganya sebelum meninggalkan mereka.

"O!" bukan Anita, Rizralah yang membalas perkataan tersebut. Kemungkinan, mereka tidak dapat mendengar nada sewot Rizra. 'syukurlah' batin Anita.

"Ettt et!No tarik tarik" ucap Rizra saat melihat tangan Anita ingin menggapai tangannya untuk ditarik 'lagi'.

"Hehe..  Iya iya! Yodah hayu!" balas Anita sambil menyengir.

Mereka berdua berjalan beriringan dengan diisi perbincangan sepihak Rizra tentang cowok datar tadi. Anita yang tak mengenalnya hanya tersenyum senyum masam, bosan. Hingga mereka sampai di lapangan upacara dihadiahi omelan sang ketos.

Karena ini merupakan upacara pertama pada tahun ajaran baru, beberapa perwakilan OSIS diutus menjadi petugas upacara sebagai pembuka.

"Kalian dari mana saja?hampir saja,upacara dimulai tanpa kalian" tegur Alan, Sang ketua OSIS.

"Kami--"

"Sudah! Berbaris sebagaimana kalian ditugaskan!" perintah Alan tak mendengarkan.

Rizra yang bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD langsung mengambil tempat sebagaimana telah ditentukan. Sedangkan Anita langsung menuju tempat anggota OSIS yang tidak bertugas. Awalnya, ia diutu sebagai pembawa bendera. Tetapi entah bagaimana, posisinya tersebut malah bergeser menjadi tugas Zeffina—kakak kelasnya sekaligus Sekretaris Osis.

"SIAP.. GRAK!" perintah Pak Kifli, Pembina OSIS pertanda upacara akan segera dimulai.

"Tata tertib upacara tanggal --------------------------------" Kiara, sang pembaca tata tertib memulai tugasnya.

Upacara telah dilaksanakan setengah dari waktu yang biasanya. Namun tiba - tiba saja terjadi keributan pada bagian depan barisan Anita.

"Kenapa?" tanya Anita kepada Ghina, anggota OSIS yang berbaris di depannya. Jarang sekali ia peduli sekitar bagini, masalahnya firasatnya merasakan hal buruk.

"Si Nalia pingsan" jawab Ghina tak peduli.

"HAh?" nyaris saja Anita berteriak karena kaget mengetahui sahabatnya lah yang pingsan. Anita memperhatikan sekitarnya bingung, DIA LUPA BAHWA IA TELAH BERTERIAK BUKAN NYARIS. Diedarkannya pandangan ke seluruh mata yang menatapnya bingung hingga tanpa sengaja beradu tatap tepat dengan kakak kelas yang di tabraknya beberapa waktu lalu. Ardhan. Kata Rizra itu namanya.

Selama 2-3 detik tatapan mereka terkunci sampai teriakan heboh para Siswi menyadarkan keduanya. Anita melihat sumber keributan. Diyo, begitulah Rizra menyebut namanya tadi, menggendong Nalia yang pingsan. Ia memutar bola mata malas.

Diedarkan lagi pandangannya hingga menatap Rizra yang menggigit bibir cemas. Pasti karena Nalia, jarang sekali anak itu sakit begini.

|~|

"Gimana? Si Nal udah bangun?? " tanya Rizra setelah kembali dari kantin. Ia membeli makanan dan minuman untuk Anita, Nalia, juga Rizra sendiri dengan harap-harap ketika kembali, Nalia sudah bangun.

"Belum" jawab Anita sekenanya membuat Rizra menghela napas. Rizra berjalan menuju kursi yang disediakan di UKS.

Tak lama hening, suara pintu UKS tiba tiba menggema pertanda ada seseorang masuk. Anita tak berbalik, menebak bahwa itu pasti penjaga UKS. Namun.. Kenapa Parfume lelaki yang tercium?bukannya penjaga UKS merupakan wanita?

"Dia udah bangun?" 3 kata yang kedengarannya dari cowok yang masuk itu mampu membuat Anita berbalik. ' Tidak...mereka bertiga lagi? Ada apa dengan hari ini?' batinnya berteriak. Dengan secepatnya lagi, ia berbalik sebagaimana posisi sebelumnya.

"Belom" jawab Rizra singkat. 'Loh? Bukannya tadi dia antusias saat menceritakan Ardhan?disini kan ada
Ardhan, tapi kenapa dia keliatan gak peduli, what happen?' Anita kembali membatin.

Anita berbalik lagi menatap satu persatu 3 cowok aneh yang 'kata Rizra' populer ini. Dan lagi, matanya terperangkap pada mata Ardhan dengan ekspresi keduanya yang datar. Tetapi.. Anita merasa matanya tampak tak asing.

Ardhan berjalan kedepan agar berada di sebelah Diyo yang satu langkah di depannya. Anita memutar tubuh, reflek karena kaget ditatap dalam jarak dekat dengan durasi cukup lama.

"Jangan lupa dimakan" sayup - sayup Anita mendengar hal tersebut. Tetapi saat berbalik yang tampak hanya punggung ketiganya yang menjauh.

---------------

Jangan lupa vote dan koment:)

He is Jaim BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang