5 detik?

54 8 2
                                    

Anita menghela napas saat sampai di depan gerbang SMA TUNAS NEGERI, SMAnya sendiri. Gerbang itu tertutup dan dia hanya berdiri menstabilkan napas akibat berlari tadi. Ia berdiri bersama beberapa siswa siswi lain yang terlambat. Beberapa dari mereka di kenal Anita, ada beberapa lagi yang hanya tahu namanya, dan ada beberapa pula yang ia tidak kenal ataupun tahu.

Ia mengangkat pergelangan tangannya dan menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangan tersebut.

07.40

Ini artinya tinggal 5 menit lagi waktu yang dibutuhkan para siswa siswi terlambat untuk masuk gerbang dan melaksanakan hukuman.

Lagi, ia mengangkat dan menatap arloji yang ada di pergelangan tangannya.

07.45

"Yes!" ia bersorak tertahan memperlihatkan wajah senang dan lega. Ini kali pertama ia terlambat di jenjang SMA. Dan biasanya dahulu, saat SD dan SMP, ia akan dapat jatah terlambat 1 kali. Entah kenapa bisa begitu, ia pun tak tahu.

"Hayo.. Cepat! hayo..! " Ia menatap gerbang penuh harap. Hingga satu detik setelahnya, Pak Hartono, satpam di sekolahnya terlihat membuka gembok gerbang dengan didampingi Sang ketua OSIS, Alan.

Anita tercekat, ia lupa yang memberi hukuman adalah Alan. Si ketua OSIS itu akan sangat marah jika ada anggotanya yang melanggar peraturan tata tertib sekolah.

Ia menatap sekitar mencari apakah ada anggota OSIS lain yang bernasib seperti dirinya. Merasa menyerah mencari dan Alan juga sudah mendekat,ia menunduk.

"Masuk!" terdengar sayup sayup Alan memerintah semuanya. Untung, ia berdiri di tengah, jadi terlindungi oleh siswa siswi di depan maupun belakangnya.

Untuk yang ini, lo masih selamat ta,batinnya.

---

"Kalian semua pasti tahu hukuman orang orang yang terlambat bukan?!" terdengar suara tegas Alan. Sekarang, mereka sudah berada di lapangan dengan terik matahari pagi menyengat.

"Jadi laksanakan sekarang hingga bel istirahay berbunyi!" perintahnya tanpa menunggu jawaban. Namun, tiba - tiba berhenti saat tak sengaja menatap Anita. Anita terbelalak kaget saat Alan menyadari keberadaannya.

Tapi sebaliknya, Alan justru berlalu dengan... senyum kecil di bibirnya? 'mata gw pasti salah nih! Ga mungkin bang Alan senyum! Ga mungkin! tu orang kan kaga pande senyum!' batin Anita. Ini kejadian langka! seorang Alan Wiratha bisa tersenyum dan meloloskan anggotanya yang melanggar aturan!

Anita menggeleng gelengkan kepala dan mulai melaksanakan hukuman.

Hukuman mainstrem, hormat ke tiang bendera. Yah, you know lah.

--

"Jadi ta, lo telat?tumben," komentar Rizra setelah mendengar alasan Anita tidak mengikuti pelajaran pagi tadi.

"Yoi. Tenang aja! Tercatat dalam sejarah seorang Anita hanya telat 1 kali dalam jenjang pendidikannya. Terbukti di SD ataupun SMP nya dahulu." balas Anita panjang lebar.

"Serah lo dah ta serah." Rizra memutar bola mata malas namun tak pelak memijat kening terusik mendengar kata 'SD dan SMP' dari Anita.

"Eh kenapa diam aja lo Nal?," Anita bersuara tak menjawab Rizra.

"Males. Lo bedua kebanyakan adu bacot." jawab Nalia santai dan melanjutkan acara makan bakso yang sempat tertunda untuk menjawab Anita. Padahal dirinya sempat terdiam seperti Rizra, merasa terusik dengan kata 'SD dan SMP'. Kedua-nya sama - sama tidak yakin Anita mengingat masa - masa tersebut.

He is Jaim BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang