Suara angin berhembus ditengah malam yang dingin merasuk hingga ke tulang.
Ia masih tertegun diam enggan untuk pergi meninggalkan tempat berdirinya saat ini.Hanya ditemani dengan dingin nya angin malam dan suara Isak tangis yang memilukan hati. Pikirannya melalang buana entah kemana. Sambil terus air keluar dari sudut matanya berjatuhan .
Didengar nya suara langkah kaki dari kejauhan sana, buru-buru ia menyeka sudut matanya yang berair dan menetralkan suara nya yang sedikit serak
"Kak? Ngapain malam-malam begini masih diluar? Kan dingin, ayo masuk Ayah sudah khawatir dari tadi nyariin Kakak kemana-mana". Ucap adik kesayangannya itu dengan lembut sambil menepuk bahu kanan kakaknya
"Ekhm, Iya Shall nanti Kakak nyusul masuk kedalam nya. Kakak masih mau hirup udara segar dulu disini". Jawabku dengan nada yang sedikit bergetar menahan tangis
Merasa ada yang aneh dengan kakak perempuan nya gadis itu memeluk pinggang sang kakak erat.
"Kak kalau mau ada yang diceritain, ceritain aja ke Shallu gapapa kok. Jangan telan semua masalah sendirian. Nanti Kakak jadi kepikiran terus sakit, Shallu gak mau kalo kakak sakit".
Dari dalam rumah terdengar teriakan seorang wanita yang memanggil untuk segera masuk kedalam rumah.
Buru-buru kedua perempuan itu masuk dengan hati dan perasaan yang berbeda"Dari mana aja kamu jam segini baru pulang? Abis nawarin diri ke om-om, Iya?!". Teriak wanita itu depan mukaku.
"Bun, udah yah? Aku capek mau langsung istirahat. Kalo mau ribut besok aja aku ladenin". Jawabku santai sambil menahan rasa kesal campur aduk
"Wah hebat kamu sekarang. Udah dapet berapa pelanggan sampe capek begitu?". Cerocos nya lagi tak mau kalah
"Aku capek ya ribut terus kayak gini. Ga ada habis-habisnya! Kalo kamu gak suka sama saya setidaknya jangan ikut campur urusan saya!!". Balasku tidak tahan lagi
"BENAR-BENAR KELEWATAN YA KAMU! GAK PERNAH DI DIDIK YA KAMU SAMA RUMI HAH?!". Teriak nya murka
"Tolong jangan bawa-bawa nama Ibu saya. Kamu yang kelewatan gak tahu sopan santun!"
"SUDAH JANGAN PADA RIBUT AYAH SUDAH PUSING MENDENGAR PERTENGKARAN KALIAN TERUS SETIAP HARI".
"Anak kamu tuh mas, gak punya etika sama aku. Sekali-sekali harus aku kerasin dia biar paham". Ujar wanita itu dengan lenjeh sambil merangkul lengan Ayah.
"Sudah, Rafa kamu harus menghormati Bunda kamu seperti kamu menghormati Ibu kamu. Jangan jadi anak keras kepala dan membangkang perintah orang tua!" Bentak Ayah kepadaku.
"Terus Yah, terus belain terus istri kesayangan Ayah itu sampe mati." Teriakku dengan bercucuran air mata. Aku langsung pergi ke kamarku.
Sakit hati? Tiap hari.
Capek? Banget.
Benci? Apalagi. Ingin rasanya aku berteriak menyeruakkan rasa kekesalan ku selama ini.Hampir setiap hari aku dicaci maki depan Ayah kandungku sendiri!
Dan Ayah hanya diam saja menyaksikan anaknya dicaci maki oleh Ibu tiri. Catat. Ibu tiri bukan kandung!Aku segera berlari ke kamar sambil menahan tangisku. Sesak sekali rasanya dada ini, sudah cukup aku merasakannya selama bertahun-tahun.
Sudah.
Cukup.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorrowfull Life
Short StoryR e m e m b e r; The universe doesn't care about us!!