Keributan Besar

48 4 0
                                    

Aku masih memikirkan kejadian semalam. Entah mengapa kejadian itu terngiang-ngiang di kepalaku. Sampai-sampai aku tak sadar air panas mengalir lembut ke tanganku.

Sshh ah. Keluhku

"Kakak kenapa?". Tanya Shallu sedikit khawatir

"Kena air panas"

"Mikirin apa sih kak dari tadi ngelamun terus? Kalo ada masalah cerita ya kak ke Shallu". Ucapnya

"Engga kok Shall, gakpapa". Jawabku santai sambil melanjutkan pekerjaanku memotong kacang panjang

Dari dalam dapur Bunda keluar masih memegang sodet yang penuh dengan minyak panas.

"Ngelamun mikirin uang semalem ya belum di ambil?" Tanya Bunda dengan wajah yang mengejek

Masih sama seperti kemarin-kemarin tak ku tanggapi omangan ngelantur nya itu.

"Lupa karna sudah larut malam dan buru-buru pulang sampai gak sempat ambil uang bayaran. Iya kan?" Tanya nya lagi semakin mengeras kan suaranya

"Heh! Kalo ditanya tuh di jawab! Gak punya mulut kamu, Hah?!"

Aku tak menanggapi lagi karna sudah muak mendengar omong kosong nya itu. Tak lama kemudian ia menarik rambutku hingga aku terjatuh tepat dibawah kakinya.

"Dasar pelacur gak punya mulut!! Ditanya dari tadi sama orang tua bukan nya dijawab kurang ajar!!!" Maki nya sambil terus menarik rambutku

Shallu yang melihat kejadian 'tarik-menarik rambut ' pun histeris setengah mati saat melihat minyak yang ada di sekitar sodet yang Bunda bawa tadi terciprat ke arah wajahku.

Dengan sekuat tenagaku aku berusaha bangun dari jeratan tangan kasarnya itu.
Masih dengan tangisan pilu yang keluar dari mulutku ini, aku berusaha menghentikan serangan demi serangan yang lontarkan oleh ibu tiri bejatku itu.

Dari arah luar Ayah yang baru saja datang sehabis pulang sholat Dzuhur berjamaah di masjid pun terkejut dan langsung lari menolongku meninggalkan sajadah nya begitu saja.

"ASTAGHFURULLAHHALAZIM HENI!!!! SUDAH GILA YA KAMU?!" Teriak Ayah ke depan muka Bunda sambil membantu aku berdiri

"INI ANAK AKU HEN! AKU SENDIRI SAJA TIDAK PERNAH BERLAKU KASAR KEPADA RAFA, KAMU BERANI SEKALI MENYAKITI ANAK AKU? BAHKAN AKU MEMPERLAKUKAN ANAKMU SAMA RATA SEPERTI AKU MEMPERLAKUKAN RAFA!!" Murka Ayah sambil terus memeluk dan mengusap punggungku

Aku menangis sejadi-jadinya, sekaligus terkejut karena selama ini Ayah tidak pernah membandingkan aku dan Shallu walaupun kita berdua bukan adik-kakak kandung. Ayah dan aku sepakat tidak terlalu memusingkan masalah ini Karna  aku memikirkan perasaan Shallu. Tapi hari ini semuanya terbongkar karena perlakuan Ibunya sendiri.

"Ayo nak kita ke klinik untuk obati lukamu" Ujar Ayah lagu kepadaku, aku hanya bisa diam dan patahui ucapan Ayah. Karna semakin lama luka di wajahku semakin perih

***

Sepulangnya aku dan Ayah dari klinik aku langsung naik keatas menuju kamarku dan membereskan barang-barang ku.

Aku menuruni anak tangga satu persatu dan membuat Ayah mengernyitkan dahi nya.

"Kamu mau kemana Fa, kok bawa tas besar?"

"Aku mau hidup mandiri Yah. Mungkin nanti aku nge-kost, dan maaf sudah jadi beban bagi orang rumah" Jawabku sambil menahan air mata yang sedikit lagi meleleh.

"Yaallahh, Ayah sama sekali gak menganggap kamu sebagai beban Fa" Balas Ayah dengan mata yang berkaca-kaca.

"Bukan Ayah. Tapi istri Ayah, aku udah capek ribut terus sama Bunda Yah" Ucapku lirih sambil bangkit meraih barang-barangku

"Aku pamit Yah, assalamualaikum" Lanjutku lagi sembari menyalimi tangan Ayah.

Oke, hidup sebenarnya akan dimulai. Akhirnya aku bebas selama bertahun-tahun berada di bawah tekanan Ibu tiri Haha.









                  -------------------------------

Ada yang masih nungguin cerita ini gak sih? Hahahaha, Enjooyyy!😁

Sorrowfull LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang