- silent mouth but talking heart -

bab 4

Sebenarnya iya dan tidak itu bukan pilihan. Tapi iya dan tidak itu kemantapan hati.

—smbth—

.
.
.

06.30

Keluarga itu sedang berbincang layaknya persidangan. Ada yang setia mendengarkan. Ada yang malah acuh tak acuh. Ntah apa topiknya.

"Laura"
Ucap laki laki yang berada di depan laura. Yang tak lain adalah papanya.

Dengan malas laura mendongakkan kepalanya untuk tegak menghadap papanya.

"Kamu mau kapan pakai kerudung?"
Ucap papanya yang membuat anak gadisnya tersedak.

"Uhukk...uhukkk.uhukkk...."
Dengan cepat ia raih gelas berisikan air bening dengan gemetaran.
"Maksud papa?"
Sambungnya dengan mengeryitkan dahi.

"Kamu kapan mau pakai kerudung?"
Ucap papanya yang langsung fokus pada putrinya yang bengong.

"Nggak tau dan aku gak mau"
Jawab laura ketus dan langsung menyantap makanan nya kembali.

"Nggak mau?"
Jawab papa nya heran.

" ya iya kenapa emangnya? Papa mau maksa aku? Ya aku gak bakal mau pakai hijab"
Celetuk nya lagi.

"Masa kamu gak mau pakai hijab sih nak aurat kamu kelihatan nak"
Sambung mamanya yang ntah dari mana mendengar perkataan anak dan suaminya itu.

"Yaudh intinya aku gak mau pake kerudung mau dibilang keliatan aurat kek apa kek gak sekali ya tetep gak!"
Ucap laura yang langsung merah mukanya bak orang darah tinggi.

" yaudh kamu mau pilih pakai kerudung atau kamu minggu depan papa taro di pesantrennya temen papa"
Ucap lelaki itu dengan enteng.

Sontak laura terkejut dengan perkataannya. What? Pesantren? Wegasleh? Mati gw disono. Pikirnya

"Hah? Gak gak gak apaan si papa enak aja main taro laura di pesantren emang laura barang apa!"
Ucap laura yang merasa tak terima mendengar pernyataan ayahnya yang sepihak.

" yaudh nanti papa daftarkan kamu tinggal siapin baju oke?"
Ucap papanya dengan singkat.

—°—

"