Bagian Empat

18.7K 1.3K 17
                                    

Sebenarnya Calya paling malas mengikuti acara yang ada sangkut pautnya dengan dunia militer, tetapi karena hari ini adalah upacara untuk kedatangan anggota baru di kodam tempat Papa Calya dan Arion menjadi salah satu anggota baru maka Calya terpaksa ikut karena ingin mengembalikan ponsel mereka yang tertukar.

Dan Calya juga paling malas memakai dress, rok, dan semacamnya, tetapi sang Bunda yang nama tengahnya adalah 'keras kepala' memaksa Calya memakai rok lipit batik berwarna cokelat muda dan baju formal berwarna maaron. Rambut sebahunya ia biarkan tergerai dengan aksesoris jepitan mungil di sisi kiri rambutnya.

Suasana lapangan kodam sudah ramai saat keluarga Calya tiba. Papa Calya langsung bergabung dengan petinggi tentara lainnya, sedangkan Bunda Calya bergabung dengan ibu-ibu persit.

"Jangan pasang wajah jutek ya nak." bisik sang Bunda lalu menyapa ibu-ibu persit. Calya hanya tersenyum canggung

"Izin Bu, ini kakak nya Sasa yang kuliah di Paris ya Bu?" tanya seorang wanita yang duduk dibelakang sang Bunda.

"Iya Bu, Cal, ini namanya Ibu Agus, salah satu Ibu Danki disini" ucap Bunda. Calya hanya mengangguk masih dengan senyuman canggungnya. Mana gue tau Danki itu apa. Gumam Calya yang memang awam dengan dunia militer

"Mbak Gita?" panggil seorang wanita paruh baya membuat Bunda menoleh dan langsung tersenyum lebar dan memeluk wanita paruh baya itu.

"Cal, mamanya Arion nih" panggil Bunda. Jantung Calya langsung berdetak kencang. Tentu saja ia ingat dengan wanita paruh baya yang dulu ia panggil tante Lia.

"Tante apa kabar?" tanya Calya sambil mencium punggung tangan wanita paruh baya itu dengan sopan.

"Alhamdulillah baik nak, udah besar ya kamu. Sebelum tante pindah dulu kamu belum lulus Sma ya?"

Calya hanya mengangguk kalem dan mengiyakan. Kalau Sasa melihat sikap kalem Calya, pasti ia sudah meledek Calya habis-habisan.

"Kata Arion ponsel kalian tertukar ya?" tanya tante Thalia. Calya tersenyum salah tingkah.

"Iya Tan, gak sengaja" jawab Calya bersamaan dengan seorang pria dengan seragam PDU menghampiri mereka.

"Ma" ucap Arion sambil mencium punggung tangan Mamanya lalu beralih mencium punggung tangan Bunda Calya dengan sopan.

"Ikut saya sebentar, bisa?" tanya Arion pada Calya membuat orang tua mereka bertukar tatapan dan tersenyum. Calya mengangguk lalu mengikuti langkah Arion ke pinggir lapangan.

"Ini ponsel kamu, maaf kemarin saya buru-buru" ucap Arion menyerahkan ponsel milik Calya. Calya merogoh cluth nya mengambil ponsel Arion dan mengembalikannya.

"Bisa minta nomor ponsel kamu?" tanya Arion. Dengan gesit Calya menulis nomor ponselnya yang ia hafal di luar kepala dan menyerahkan ponsel Arion.

Calya menatap takjub ponselnya yang baterai nya full, padahal kemarin ponselnya nyaris lowbet sedangkan ponsel Arion kepikiran untuk mencharger nya saja tidak.

Ponsel Calya berdering sebuah nomor asing masuk.

"Itu nomor saya" ucap Arion lalu memutuskan sambungannya.

"Oh.. Iya kak" jawab Calya sambil tersenyum kaku.

"Panggil saya mas. Itu panggilan untuk orang terdekat saya" ucap Arion lalu beranjak meninggalkan Calya. Sedangkan Calya, jantungnya sudah berdetak kencang. Ia menatap punggung Arion yang menjauh lalu tersenyum tipis.

***

Seminggu setelah pertemuan di kodam, Calya tidak pernah lagi bertemu dengan Arion. Dan dari pada memikirkan hal itu, Calya memilih menyibukkan diri di dapur restoran, berkutat dengan menu pesanan pelanggannya yang akan ramai di jam makan siang.

"Cal, hape lo bunyi, angkat gih" ucap Sherly yang terusik dengan ponsel Calya yang terus berdering.

"Bodo amat, gue lagi repot nih" jawab Calya tak acuh. Tak lama kemudian, Sasa muncul di dapur restoran.

"Kak! Di telpon dari tadi" gerutu Sasa sebal. Calya berdecak lalu menyerahkan menu yang baru ia buat pada pelayan untuk disajikan ke pelanggan mereka.

"Kenapa sih? Gue lagi repot banget." jawab Calya. Sasa memicing sebal

"Kan kakak mau fitting baju buat lamaran minggu depan."

Good, diucapkan oleh Sasa dengan suara yang terdengar oleh seisi dapur.

Calya dapat merasakan tatapan memicing Sherly tertuju padanya.

"Lo udah punya pacar?"

Dan diucapkan oleh Sherly dengan suara melengking tajam.

Calya menghela napas berat. Ia memang belum menceritakan perihal perjodohan nya pada Sherly

"Gak pacaran. Gue dijodohin. Nanti malam gue ceritain di grup yaa. Gue harus pergi sekarang. Bye" ucap Calya lalu melepas apron dan hat chef nya dan melangkah keluar dapur dengan tergesa. Ponselnya kembali berdering, telpon dari Bundanya.

"Angkat gih kak, Bunda udah rewel tuh di butik" ucap Sasa. Calya menggelengkan kepala nya dengan malas.

"Nanti juga ketemu" jawab Calya. Sasa hanya berdecak sebal lalu membuka pintu mobilnya dan memacunya menuju butik milik mbak Ajeng.

Suasana butik sudah ramai oleh keluarga Calya dan keluarga Arion, tetapi pria kaku itu belum terlihat.

"Cal, ini Aira adik Arion. Dan ini Irish adik bungsu Arion" ucap tante Thalia saat Calya baru memasuki butik mbak Ajeng. Calya tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Hai, Calya" Calya tersenyum ramah.

"Airish kak, adik nya mas Arion" ucap seorang gadis yang memakai hijab dan gamis berwarna pink soft.

Oh adik nya. Gumam Calya sambil menghela napas lega diam-diam.

"Aira kak" ucap seorang gadis yang wajahnya mirip dengan Airish, ia memakai gamis floral dengan warna dasar hitam dan hijab abu-abu.

Calya hanya meringis dalam hati. Keluarga Arion semuanya memakai hijab. Ia memang belum memakai hijab, karena harus dari hati kan? Ia tau menutup aurat adalah kewajiban, tetapi ia merasa imannya masih lemah. Beberapa kali Bundanya juga sudah mengingatkannya yang dijawab Calya hanya dengan anggukan tetapi belum melaksanakannya.

"Yuk Cal, pilih baju yang mana, udah mbak siapin yang cantik-cantik" ucap Ajeng membuyarkan lamunan Calya. Calya mengangguk lalu mengikuti langkah kakak iparnya, sedangkan seluruh keluarga sudah melakukan fitting.

Pilihan Calya jatuh pada dress brokat modern dengan model cape berwarna krem yang panjang nya hingga mata kaki.

"Sana di coba dulu, habis itu mbak ukur ya" ucap mbak Ajeng. Calya berlalu menuju ruang ganti dan saat ia keluar, Arion sudah berdiri didepan ruang ganti dan mengamati Calya, sedangkan mbak Ajeng sudah tidak ada disekitar ruang ganti. Calya terdiam kikuk apalagi pandangan Arion yang menatap nya tajam.

"Setelah ini.. Kita cari cincin."

Hanya itu yang diucapkan Arion lalu beranjak pergi. Calya menatap punggung Arion dengan takjub.

Di puji juga kagak. Gilee tuh cowok papan penggilas.

***

Haaaiii, bagaimana bagian empat?
Mohon dikoreksi ya kalau ada kesalahan 🙏

Minggu, 31 Maret 2019

--Whyunn_--

DESTINY (Dihapus Sebagian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang