Lin-Ki POV
"Hahhhhhhhhhhh" Aku membuang napasku dengan berat.
Menikmati udara di pagi hari, dengan berdiam diri memikirkan banyak hal.
Beberapa hari lagi aku akan berinteraksi dengan individu baru. Aku sangat membenci itu. Lebih baik aku dikatai nolep dibanding harus berteman dengan manusia sok ngartis.
Aku membayangkan, bagaimana nanti aku jika sudah menjadi orang sukses? Apakah aku akan terkenal? Menjadi kaya raya? Banyak disukai pria? Atau bagaimana? Aku masih sibuk dengan pikiranku.
Di sela-sela pikiranku tentang itu semua, tak sepenuhnya mengenai itu. Aku masih sempat memikirkan tentang laki-laki yang sudah membuatku hancur dengan kata-katanya yang menurutku lumayan kasar.
Setelah pertemuanku yang 'secara pribadi' katanya aku tak pernah berniat untuk bertemu dengan dia lagi. Bukan berarti aku ini marah atau membencinya, melainkan aku sudah tidak sudi memunculkan wajahku di depannya.
Bohong jika aku tak merindukannya. Jujur aku sangat, sangat, sangat, dan sangat merindukannya.
Tapi mau bagaimana lagi, gengsiku terlalu meroket.
Aku terlalu sibuk bergelud dengan pikiran bodohku, hingga tak sadar sudah ada seseorang yang diam-diam masuk ke kamarku.
"4NJ1N9 B4W4 P4KU" Sh*t... Aku dikagetkan dengan satu kali tepukan di pundakku. Ditambah umpatanku di pagi hari, sehingga siapa pun yang mendengarnya indar pendengarannya akan terasa sakit dan bisa menyebabkan ketulian.
Pelakunya siapa lagi jika bukan Amanda Manopo.gg maksudku Amanda.
Dugaanku selalu benar, siapa lagi yang ingin bertamu di pagi hari jika bukan dia.
"Bisakah jika kau masuk ke dalam kamarku katakan 'Permisi' atau jika tidak bisa ketuk saja. Kau seperti pencuri jika masuk ke dalam kamarku tanpa izin." Dia hanya tertawa malu dan langsung mendaratkan bokongnya di sampingku. Aku hanya menatapnya malas.
"Maafkan aku, aku tadi tidak berniat mengagetkanmu, tapi aku hanya ingin menyadarkanmu dari khayalanmu." Ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang aku yakin tidak gatal sama sekali.
"Terserah kau saja." Aku lebih memilih mengalah lagi dan lagi. Saat ini aku tidak mood menjadi Tom & Jerry.
Lin-Ki POV off.
Author POV on.
Seketika hening. Hanya ada suara burung yang sedang bernyanyi di luar sana.
Lin-Ki lebih memilih melanjutkan khayalannya dari pada harus beradu mulut dengan Amanda.
"Dari pada kau berdiam diri seperti orang bodoh, tapi memang kenyataan seperti itu, mending kita pergi refreshing saja, seperti ke Mall, atau ke taman." Ajak Amanda sambil merangkulkan tangannya di bahu Lin-Ki.
"Tidak" Jawab Lin-Ki singkat, jelas, dan padat.
"Ayolah, aku tau kau sangat malas keluar, tapi kumohon untuk kali ini saja kita keluar jalan-jalan, dan sebentar lagi juga kan kau akan meninggalkanku." Amanda langsung memasang wajah sedihnya, seolah-olah dia barus saja kehilangan sesuatu yang begitu berharga.
Lin-Ki membuang nafasnya, ntah itu sudah yang keberapa kalinya. Jika dipikir-pikir, apa yang dikatakan Amanda ada benarnya, jika hari itu telah tiba, dia tak akan bisa bertemu dengan Amanda lagi, walau dia bisa melakukan video Call tapi rasanya akan terasa beda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Di Belakangmu.
RandomBelajarlah menghargai sesuatu, kadang sesuatu itu datang hanya sekali. -Lin-Ki Carter.