Bel pulang sudah berbunyi dengan nyaring. Perhatian para murid pada guru buyar sudah. Semuanya mengemasi barang barang yang akan mereka bawa pulang.
"Eci udah di panggil sama belahan jiwa tuh." Kata salah satu teman gadis—yang di panggil Eci ketika dia sudah berada di pintu depan.
"Hm, ya"
Gadis itu berjalan lambat kearah laki laki yang mengenakan seragam sama dengannya. "Sudah selesai? ayo pulang, Alexi." ucap lelaki itu.
Gadis yang di panggil Alexi ini menatap pada manik mata lelaki itu. "Apa kita akan langsung pulang?" Tanya alexi.
"Hmm kalau kamu mau ke suatu tempat, aku mungkin bisa mengantarmu mengingat waktu sibuk ku masih sekitar 2 jam lagi." Jawab lelaki itu sembari melihat jam tangan yang melingkar rapih di pergelangan tangannya. "Ayo, kamu mau kemana? Aku akan mengantarmu." lanjutnya.
Mengetukkan jari telunjuknya pada dagu terlihat seperti orang yang sedang berfikir. "Apa kita bisa ke restoran dulu? aku lapar." Ucap Alexi.
"Ya ayo kita kesana."
׺°”˜'”°º×.׺°”'˜”°º×
Seperti restoran restoran yang lainnya, restoran yang kini di datangi oleh mereka terlihat ramai sekali.
"Disini ramai sekali, ayo cari tempat duduk." Ajak lelaki itu pada Alexi.
Mereka memanggil Waiters untuk memesan makanan.
"Bagaimana hubunganmu dengan alea?" Entah apa yang membuat Alexi menanyakan hal itu pada seseorang di hadapannya.
"Aku sudah mengatakan padamu untuk jangan membahas dia saat kita sedang berdua, Alexi." Jelasnya
"Mau sampai kapan kita berpura pura Zasriel? mau sampai kapan? Apa nggak ada rasa bersalah di benakmu walau hanya sedetik saja? Aku seorang perempuan Zasriel aku tau akan rasa sakitnya."
"Apa yang kamu mau?" Tanya Zasriel dengan cepat saat menyadari situasi sedang tidak enak.
"Aku mau kita putus, kamu itu bahagianya dengan Alea, bukan dengan aku. Aku nggak akan mengganggu hubungan kalian lagi."
Apa yang di katakan Alexi membuat Zasriel terkejut tentu saja. "Yaudah kalau kamu maunya emang gitu."
Mata Alexi nampak berkaca kaca namu dengan segera dia menghapusnya diam diam agar Zasriel tidak mengetahuinya.
Hhhh, sepertinya aku memang harus mundur. Batin Alexi murung.
׺°”˜'”°º×.׺°”'˜”°º×
Gerimis membasahi jalanan kota yang sedang mereka lalui. Hening dalam mobil membuat suara hujan terdengar jelas.
Hembusan nafas lelah terdengar dari samping kemudi, Alexi tetap bergeming pada tempatnya dan menatap jendela di sampingnya.
"Apa kamu nggak kedinginan?" Tanya Zasriel lembut.
"Nggak."
Lagi, hembusan nafas itu terdengar lagi.
Jika saja mulut Zasriel tidak mengatakan sesuatu tempo hari yang lalu, maka semua ini tidak akan pernah terjadi."Kita langsung kerumah, kamu langsung istirahat."
"Hm."
Sebenarnya ini terjadi sejak dia masih awal masuk di kelas XI IPA-2 , di mulai dari stalking kakel kakel tampan yang populer di sekolahannya. Dia menemukan instagram dari Zasriel dan mulai menjadi stalker Zasriel. Hingga sampai dia tau bahwa Zasriel mempunyai seorang kekasih yang bukan satu sekolah dengan mereka, Alexi mulai menjadi sedikit agresif. Tanpa memikirkan apa apa, Zasriel yang saat itu mulai suka kepada Alexi pun memutuskan untuk menjadikan Alexi kekasihnya. Tentu saja kabar itu membuat Alexi senang. Namun seiring berjalannya waktu, Alexi merasa gelisah karna takut hubungannya terbongkar dengan sangat jelas. Dia takut, sampai Zasriel marah pada Alexi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Mengatakan Segalanya
Teen FictionHujan. Kata itu membuatku teringat akan 2 hal kenangan. Kenangan manis yang pernah hinggap di memoriku hingga saat ini. Namun di balik kenangan manis tersebut, tersimpan rasa ketakutan yang selama ini hinggap saat kenangan manis itu terlintas dalam...